top of page

Korea Selatan : Keajaiban Sungai Han (Bagian Pertama)

  • Gambar penulis: Bakuyyyy
    Bakuyyyy
  • 7 Apr 2023
  • 50 menit membaca

Halo teman-temankuy!


Jujur, untuk menulis perjalanan kali ini tuh Bakuy kayak berrraaaaaaattttt bangett. Bukan karena perjalanannya tidak menyenangkan, tapi justru sebaliknya, karena perjalanan amat sangat menyenangkan sehingga ketika Bakuy harus duduk di depan laptop dan menulis hal ini, itu berarti perjalanannya sudah selesai huhu. Padahal rasanya baru kemarin Bakuy nunggu-nunggu hari keberangkatan. Yang bener-bener hari demi hari tuh Bakuy itung pelan-pelan. Eh tau-tau sekarang uda harus kerja lagi. Rasanya kek benar-benar hampa :"


Tapi yauda gapapa. Hidup harus tetap berjalan. Destinasi selanjutnya harus segera ditentukan. Tapi sebelum itu, Bakuy harus berbagi pengalaman Bakuy pada teman-temankuy. Semoga tulisan ini akan bermanfaat.


Kenapa Korea Selatan?

Ketertarikan Bakuy pada Korea Selatan bermula saat pandemi. Serius, tadinya Bakuy tu gaada minat sama sekali pada negara ini. Dibanding Korea, Bakuy lebih tertarik untuk ke Eropa atau Timur Tengah. Akan tetapi, pandemi mengubah segalanya. Gara-gara pandemi, seluruh perjalanan internasional harus terhenti. Bakuy yang hobinya jalan-jalan pun terpaksa harus menunda seluruh rencana yang ada. Semua orang dipaksa untuk diam dan mengunci diri di rumah. Bosan? Tentu dong! Jadinya Bakuy pun mulai mencari hiburan lain : nonton!

Korean traditional houses
Musim dingin di Seoul yang menyenangkan (신나는 서울의 겨울)

Nah, Bakuy yang suka film zombie ini dapat kabar kalau ada serial Korea judulnya Kingdom dan itu bagus banget. Sebelumnya, memang udah ada film zombie Korea kayak Train to Busan dan itu memang bener-bener bagus. Tapi karena Kingdom ini cuma ada di Netflix, yauda deh Bakuy pun mulai langganan Netflix cuma untuk nonton Kingdom ini.


Dan ternyata oh ternyata,serial Kingdom yang mengambil latar Korea pada masa Dinasti Joseon benar-benar memukau! Bakuy bener-bener dibuat terpana sama nama-nama tempat seperti Tongmyeongjeon (통명전/通明殿), Daejojeon (대조전/大造殿), Mungyeong Saejae (문경새재/聞慶새재), Dongnae (동래/東萊), Gyeongsang (경상/慶尙), dll. Intinya, Bakuy yang tadinya ga tertarik sama Korea pun jadi penasaran sama negara ini! Bakuy pun mulai mempelajari sejarahnya, tempat-tempat istimewa, sampai tokoh-tokohnya. Setelah Kingdom selesai (waktu itu masih musim pertama dan kalau ga salah cuma 6 episode), Bakuy pun beralih ke Vagabond dan ini juga sama kerennya! Bakuy jadi ngefans sama Bae Suzy dan Lee Seung-Gi hehe.

History of Korea
Catatan bangsa Eropa mengenai Semenanjung Korea di era Joseon (조선 시대 한반도에 대한 서방제국의 기록)

Itulah permulaan Bakuy berkenalan dengan sinematografi kontemporer Korea Selatan. Selama pandemi, banyak banget drama maupun film yang Bakuy tonton. Hingga akhirnya Bakuy pun memutuskan kalau Bakuy harus mengunjungi Korea Selatan setelah pandemi selesai. Korea Selatan yang tadinya ga masuk daftar prioritas, tau-tau meroket jadi yang paling puncak hehe. Tak sampai di situ, Bakuy juga sampai intensif belajar bahasa Korea saking tertariknya dengan kebudayaan negara ini lho! Jadi waktu di Korea, Bakuy berkomunikasi ya pakai bahasa Korea. Membantu banget!


Sejarah singkat Korea Selatan

Menurut mitologi, bangsa Korea didirikan pada tahun 2333 SM oleh Dangun Wanggeom, seorang dewa sekaligus raja yang mendirikan suatu negara bernama Gojoseon (고조선/古朝鮮). Namun, orang asing lebih familiar dengan kisah Tiga Negara (Samguk Sagi/삼국사기/三國史記), yakni kisah tentang tiga negara yang menguasai Semenanjung Korea dalam rentang tahun 57 SM hingga 668 M. Ketiga negara itu adalah Silla (신라/新羅), Baekje (백제/百濟), dan Goguryeo (고구려/高句麗). Goguryeo adalah negara terbesar dan terkuat yang secara militer mampu menandingi dinasti-dinasti Tiongkok sedangkan Baekje memiliki keunggulan maritim yang luar biasa. Berkat kemampuan navigasi Baekje-lah Jepang dapat tersentuh kebudayaan Asia daratan hingga Buddhisme.

traditional Korean war attire
Seragam tentara Joseon (조선군인 제복)

Kendati Silla merupakan negara terkecil dan terlemah, kemampuan diplomasi yang lihai membuat negara ini dapat mempersatukan ketiga negara di bawah kepemimpinannya pada tahun 676 M, kecuali wilayah utara Goguryeo yang dikuasai oleh Balhae/Bohai (발해/渤海). Dalam bahasa Inggris, untuk membedakan Silla pada masa Tiga Kerajaan dan Silla pasca-unifikasi, digunakanlah istilah 'Late Silla/Later Silla' untuk merujuk Silla pasca-unifikasi. Semenanjung Korea mengalami masa keemasan pada saat itu di mana kebudayaan, sains, ekonomi, dan Buddhisme meningkat pesat. Pada saat itu, ibukota Silla, Gyeongju, turut berkembang menjadi kota besar di Asia Timur.


Kekuasaan Silla berakhir pada tahun 935 akibat kekisruhan internal yang menyebabkan Korea kembali terpecah menjadi tiga negara yang sama : Goguryeo, Baekje, dan Silla. Namun, setahun kemudian, tiga negara ini kembali disatukan - kali ini di bawah kepemimpinan Goguryeo - dengan Wang Geon sebagai raja. Wang menamai negara baru ini Goryeo (고려/高麗), dan nama inilah yang menjadi dasar nama 'Korea', mengikuti cara pelafalan para pedagang Arab dan Persia - coba deh teman-temankuy ikut melafalkan, di mana huruf 'g' dari 'Goryeo' dibaca 'k' sehingga jadi 'Koryeo' dan itulah dasar dari nama 'Korea'! Bahkan, maskapai nasional Korea Utara dinamakan Air Koryo, dan orang-orang etnis Korea yang tinggal di Rusia maupun negara-negara Asia Tengah disebut Koryo-saram!

Korean tiger
Harimau yang merupakan simbol keberanian bangsa Korea (한국민족 융감 상징인 호랑이)

Setelah Goryeo didirikan, negara Balhae di utara jatuh ke tangan Dinasti Liao (Kekaisaran Khitan) dan putra mahkota terakhir Balhae pun melarikan diri ke Goryeo, di mana ia disambut hangat bak keluarga dan diterima dalam keluarga kerajaan yang juga masih merupakan kerabat dari garis keturunan bangsawan Goguryeo. Dengan bersatunya seluruh Goguryeo, maka dimulailah masa keemasan di mana kebudayaan kembali berkembang pesat dan para filsuf serta ilmuwan dilahirkan. Bahkan, Goryeo berhasil mengalahkan Dinasti Liao di abad ke-11.


Kedigdayaan Goryeo melemah akibat serangan bangsa Mongol yang menguasai Tiongkok di bawah Dinasti Yuan. Serangan ini berlangsung selama tiga dekade dan, meskipun Goryeo tidak pernah ditundukkan, berhasil memaksa Goryeo untuk mengirim putra mahkotanya pada Kublai Khan, raja Yuan, untuk dinikahkan dengan bangsawan Mongol. Di Asia Timur, praktik seperti ini adalah simbol tunduknya satu negara atas kedigdayaan negara lain. Hanya pada pertengahan abad ke-14 Goryeo dapat memperoleh kembali kemerdekaan sepenuhnya dari Dinasti Yuan yang mulai melemah.

Korean incense burning rite
Ritual penghormatan leluhur yang banyak dilakukan di benua Asia (아시아 대륙에서 많이 드리던 차례)

Ketika Dinasti Yuan yang dipimpin bangsa Mongol mulai runtuh dan digantikan Dinasti Ming yang dipimpin bangsa Han, Ming mengirim utusan ke Goryeo untuk meminta negara tersebut mengembalikan Prefektur Ssangseong/쌍성총관부/雙城摠管府 (kini terletak di sekitar Provinsi Hamgyong Selatan, Korea Utara) pada Tiongkok. Permintaan ini menimbulkan kegaduhan di dalam istana Goryeo, sehingga Raja U (왕우/王禑) memerintahkan pasukannya untuk menginvasi Semenanjung Liaodong yang merupakan wilayah Ming. Pemimpin dari penyerangan ini adalah Admiral Yi Seonggye.


Akan tetapi, Yi Seonggye ternyata berhianat. Ia malah menyerbu balik ibukota kerajaan, menggulingkan kekuasaan Goryeo, lalu mendirikan negara baru dengan dirinya sebagai raja bernama Taejo (태조/太祖) pada tahun 1392. Negara baru ini ia namai Joseon (조선/朝鮮), dengan ibukota baru di Hanseong (sekarang Seoul, Korea Selatan) dari yang tadinya di Gaeseong (sekarang Kaesong, Korea Utara). Selama 200 tahun kemudian, Korea sekali lagi mengalami masa keemasan berkat perdamaian serta stabilitas yang berhasil dijaga. Dinasti Joseon juga menetapkan Konfusianisme sebagai ideologi negara - sesuatu yang masih dirasakan begitu kental dalam nilai-nilai bangsa Korea.

King Taejo of Joseon
Lukisan Raja Taejo yang disimpan di Jeonju (전주에서 보관하는 태조 王 어진)

Joseon mengalami masa-masa sulit pad tahun 1592-1598, di mana Toyotomi Hideyoshi dari Jepang melancarkan serangan ke daratan Korea untuk menyerbu Tiongkok. Perang ini di Korea disebut dengan Perang Imjin dan dikenang sebagai salah satu perang paling merusak sebab banyak sekali kekayaan serta artefak kebudayaan bangsa Korea yang dijarah maupu dihancurkan oleh Jepang. Meskipun pada akhirnya Jepang gagal menguasai Joseon berkat perlawanan gigih rakyat Korea dan bantuan dari Ming, Semenanjung Korea yang menjadi medan pertempuran tetap mengalami keporakporandaan yang luar biasa.


Note : pada Perang Imjin, Laksamana Yi Sun-shin dikenal sebagai pahlawan nasional berkat strateginya yang luar biasa yang membuat Joseon mampu memutus rantai logistik Jepang di laut. Yi Sun-shin mengungguli musuh dengan menggunakan teknologi kapal kura-kura. Walaupun sang admiral gugur di medan pertempuran, ia dikenang sebagai salah satu laksamana terbaik dalam sejarah.

Yi Sun-shin
Patung Laksamana Yi Sun-shin yang berdiri gagah di depan Gwanghwamun (광화문 앞에 멋지게 서는 이순신 조각상)

Selamat dari Jepang tidak lantas membuat Joseon aman. Bangsa Manchu di utara menyerang Joseon pada tahun 1627-1637, kemudian menggulingkan Dinasti Ming di Tiongkok yang juga melemah akibat perang habis-habisan melawan Jepang. Orang-orang Manchu pun mendirikan Dinasti Qing di Tiongkok. Tak lupa pula mereka menjadikan Joseon sebagai negara satelit mereka. Barulah setelah itu Joseon kembali dapat menikmati 200 tahun perdamaian tanpa intervensi signifikan dari luar negeri.


Sayangnya, pada abad ke-19, keluarga ipar raja merenggut kekuasaan. Bukannya raja, justru mereka-lah yang memiliki kekuasaan de facto negara. Mereka adalah Klan Kim dari Andong dan Klan Jo dari Pungyang. Hal ini menimbulkan korupsi besar-besaran di seluruh penjuru negeri yang membuat rakyat Joseon menderita kelaparan, kemiskinan, dan ketertinggalan. Para penguasa menciptakan jurang pemisah yang dalam antara kelas aristokrat dan kelas jelata. Pendidikan hanya diperuntukkan bagi kelas tertentu sahaja, begitupula dengan posisi-posisi di pemerintahan.

Namsan Tower
Foto Namsan Tower yang diambil dari jauh (멀리서 찍는 남산타워 사진)

Situasi yang carut-marut di Joseon membuat negara itu menjadi amat lemah dan sangat bergantung pada perlindungan negara asing, terutama Tiongkok. Namun, Jepang yang pada saat itu telah memodernisasi diri mengikuti standar Eropa, bukan lagi tandingan Tiongkok yang telah renta. Hal ini terbukti pada tahun 1895 di mana Jepang melecehkan militer Tiongkok dalam Perang Sino-Jepang Pertama. Akibat perang ini, Tiongkok terpaksa menyerahkan Taiwan dan Kepulauan Penghu pada Jepang. Joseon yang mengetahui Tiongkok tak lagi dapat diandalkan, beralih pada perlindungan Rusia. Namun, tetangga raksasa di utara itu ternyata sama loyonya. Jepang berhasil memecundangi militer Kekaisaran Rusia dalam Perang Russo-Jepang tahun 1905. Kini, tak ada lagi yang mampu melindungi Joseon. Negara itu ditinggal sendirian menghadapi Jepang yang mulai merangkak naik memasuki teritorinya.

Korea under Japanese rule
Perjanjian Jepang-Korea tahun 1910 berisi tentang aneksasi Jepang atas Korea (1910년 한일합병조약은 일본이 한국을 합병에 관한 협정문입니다)

Setelah berkali-kali mengintervensi urusan dalam negeri Joseon, Jepang akhirnya resmi menganeksasi negara itu pada tahun 1910. Dinasti Joseon pada akhirnya runtuh di tangan Jepang setelah berkuasa selama lebih dari 500 tahun di Semenanjung Korea. Selama 35 tahun kemudian, Korea mengalami penindasan di mana budaya, bahasa, dan identitas mereka dikekang.

demonstration in Seoul
Demonstrasi menentang penjajahan Jepang (일본 점령 반대 시위)

Setelah Jepang dilumatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet, Korea pun dibagi menjadi dua wilayah pendudukan : di sebelah utara dipimpin Kim Il-sung yang komunis, serta di sebelah selatan dipimpin Syngman Rhee yang nasionalis. Kebuntuan dialog antar-kedua pihak membuat Kim Il-sung memutuskan untuk menginvasi Korea Selatan pada bulan Juni 1950. Penyerbuan ini dikenal dengan nama Perang Korea. Dalam sekejap, pertahanan Korea Selatan yang lemah itu berhasil diterobos hingga perimeter Busan. Sudah tentu, Korea Selatan akan sepenuhnya hilang dari peta apabila Amerika Serikat tidak mendesak PBB untuk mengintervensi perang tersebut. Kali ini, Korea Utara yang berhasil didesak mundur hingga perbatasan Tiongkok.


Note : meskipun pada saat itu Korea tidak dianggap penting oleh Amerika Serikat dan tidak pernah ada dalam peta prioritas Gedung Putih, posisinya yang begitu dekat dengan Jepang membuat Presiden Truman cemas komunisme akan menyebar di Jepang apabila Korea Selatan ambruk. Belum lagi, para politisi di Washington masih trauma akan kejatuhan Tiongkok ke tangan komunis setahun sebelumnya. Mereka khawatir apabila seluruh Korea menjadi komunis, maka akan menimbulkan efek domino di Asia-Pasifik.

Korean War
Artefak Perang Korea (한국전쟁 인공물)

Melihat tentara Amerika Serikat yang mulai bergerak maju ke arah perbatasan negaranya, Mao Zedong memutuskan untuk terjun ke medan perang membantu Korea Utara. Keterlibatan Tiongkok berhasil memukul mundur pasukan Amerika Serikat dan PBB hingga ke garis lintang 38 derajat - nyaris tidak ada perubahan dibanding perbatasan pra-perang. Lalu pada tahun 1953, gencatan senjata pun disepakati antara Tiongkok, Korea Utara, dan Amerika Serikat. Korea Selatan di bawah kepemimpinan Syngman Rhee menolak gencatan senjata tersebut. Karena perang tersebut bukan diakhiri dengan perjanjian perdamaian, melainkan hanya gencatan senjata belaka, maka secara teknis Perang Korea masih berlangsung hingga hari ini.


Setelah Perang Korea 'berakhir', Korea Selatan harus membangun negeri yang kacau balau akibat perang saudara. Pemerintahan sipil yang lemah membuat situasi politik sangat tidak stabil sehingga Jendral Park Chung-hee dari militer Republik Korea mengambil alih kekuasaan secara paksa pada tahun 1961. Di bawang kepemimpinan Jendral Park, perekonomian Korea Selatan tumbuh pesat berkat orientasi ekspor yang diusung sang presiden. Berbagai infrastruktur seperti kereta bawah tanah Seoul hingga jalan tol nasional pun diprioritaskan untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. Korea Selatan pun sukses secara ekonomi, tapi terpuruk dari segi politik karena kepemimpinan Park yang represif. Kediktatoran Park pun berakhir pada tahun 1979 ketika ia dibunuh oleh Kim Jae-gyu, kepala Badan Intelijen Korea.

Korean War
Republik Korea pasca-perang yang miskin (전쟁 후 가난 대한민국)

Bukannya terbebas dari kediktatoran, Korea Selatan kembali jatuh pada despotisme ketika Chun Doo-hwan mengambil alih kekuasaan secara paksa selepas Park Chung-hee. Ia kembali melanjutkan kebijakan Park yaitu memperioritaskan ekonomi dan memberantas lawan politik. Banyak sekali lawan politik yang dituding komunis oleh Chun, dan dengan dalih tersebut ia pun bebas mengeksekusi siapa sahaja yang menentang kekuasaannya. Salah satu kebrutalan Chun dapat dilihat pada peristiwa Pergerakan Demokratisasi Gwangju tahun 1980, di mana Chun memerintahkan militer Republik Korea untuk menghabisi siapa sahaja yang berdemonstrasi menuntut demokrasi.


Angin segar bagi demokrasi Korea Selatan baru berhembus tahun 1987, ketika bukti keterlibatan pemerintah atas penyiksaan dan pembunuhan mahasiswa Universitas Nasional Seoul, Park Jong-chul, diketahui publik. Hal ini menimbulkan kemarahan di seluruh negeri yang memicu berakhirnya karir politik Chun. Maka, pemilihan presiden secara langsung pun kali pertama diadakan di Korea Selatan dengan Roh Tae-woo terpilih sebagai presiden dari partai yang sama dengan Chun. Maka, Korea Selatan pun mulai memasuki babak baru demokrasi yang sejati.

dictatorship in South Korea
Propaganda anti-komunis di era Presiden Chun Doo-hwan (천두환 대통령 시대의 반 공의 선전)

Kendati memiliki sejarah politik yang berdarah-darah, perekonomian Korea Selatan justru mencatat prestasi yang gemilang. Korea Selatan yang tadinya merupakan negara termiskin di Asia, hanya dalam satu generasi mampu melompat menjadi negara makmur dengan teknologi tinggi. Ibukota Korea Selatan, Seoul, berhasil menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas tahun 1988. Bersama dengan Jepang, Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA tahun 2002. Lalu, pada tahun 2018, kota Pyeongchang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin. Sempat terpuruk pada Krisis Finansial Asia tahun 1997, Korea Selatan mampu bangkit kembali dalam waktu yang sangat cepat dibanding negara-negara lain di Asia seperti Thailand dan Indonesia.


Sejarah kontemporer Korea Selatan saat ini tak terlepas dari posisi geografisnya yang tidak menguntungkan - berada di persimpangan antara Tiongkok dan Jepang yang kerapkali berebut pengaruh. Korea Selatan juga harus selalu menyeimbangkan kebijakan luar negerinya agar tetap bersahabat dengan sekutu utamanya, Amerika Serikat, tanpa memusuhi rekan dagang utamanya, Tiongkok. Di samping itu, Korea Selatan juga harus selalu berurusan dengan saudaranya di utara yang terisolir dan kerapkali sulit ditebak - yang miskin dan kelaparan tapi memiliki senjata nuklir yang mampu dengan cepat menghantam Seoul hingga daratan utama Amerika Serikat.

Cheonggyecheon
Ibukota Seoul masa kini dengan gemerlap lampu kelap-kelip malam hari (밤에 전등으로 빤짝인 현대 서울)

Di samping kondisi politiknya yang rumit, anak-anak muda Korea Selatan mampu mengembangkan kreativitas mereka di dunia seni. Pada abad ke-21, Korea Selatan menjadi satu-satunya negara di dunia yang mampu mengimbangi hegemoni Amerika Serikat di bidang musik dan sinematografi. Negara ini dengan cepat melahirkan talenta-talenta yang digandrungi di seluruh Asia dan dunia, memberikan lampu sorot yang belum pernah didapatkan negara ini di era-era sebelumnya. Kemajuan industri hiburan Korea Selatan, yang populer dengan istilah Hallyu (한류/韓流) sudah tentu memberikan keuntungan politis pada negara ini, yang secara tak langsung memberi pesan pada Korea Utara, Tiongkok, Rusia, Jepang, dan Amerika Serikat bahwa Korea Selatan saat ini bukan lagi negara yang dilupakan seperti saat Perang Korea dahulu. Seluruh dunia saat ini mengenal dan memahami Korea Selatan. Sehingga apabila sesuatu terjadi pada negara ini, maka mereka harus selalu ingat bahwa seluruh dunia memperhatikan.


Keberangkatan

Dari Jakarta, Bakuy naik Cathay Pacific menuju ke Korea Selatan. Untuk harga tiket dan keberangkatannya, teman-temankuy bisa baca di artikel terpisah di sini. Bakuy sengaja pisahin karena transit di Hong Kong lama, yaitu sekitar 10 jam, jadinya Bakuy bisa jalan-jalan dulu di Hong Kong.

Incheon International Airport
Suasana di Seoul-Incheon International Airport yang tetap terburu-buru meski sudah tengah malam (밤늦게도 아직 서두른 서울인천국제공항 분위기)

Dari Hong Kong, Bakuy berangkat sekitar jam 4 dan mendarat di Seoul Incheon International Airport (ICN) sekitar jam 9 malam. Ada selisih 1 jam antara Seoul dan Hong Kong, di mana Seoul satu jam lebih cepat dari Hong Kong, yang berarti 2 jam lebih cepat dari Jakarta.


Dokumen untuk Masuk Korea Selatan

Bagi pemegang paspor biasa Republik Indonesia, apabila tujuannya untuk pariwisata, visa masih diperlukan. Prosedurnya sudah Bakuy jelaskan di artikel terpisah yaitu di sini. Selebihnya, tidak ada lagi yang diperlukan. Warga negara Indonesia pun tidak diwajibkan untuk melakukan tes COVID-19 sebelum keberangkatan maupun pada saat ketibaan.


Namun, pada saat kedatangan Bakuy, terdapat pengecualian. Waktu itu, Hong Kong dan Tiongkok baru saja membuka perbatasan internasional. Terdapat banyak kantor berita yang mewartakan bahwa kasus infeksi COVID di Tiongkok membludak dan Pemerintah Tiongkok tidak terbuka seputar data jumlah infeksi yang sebenarnya. Akibatnya, banyak negara termasuk Korea Selatan memberlakukan prosedur tambahan bagi pelancong yang datang dari Tiongkok - terlepas dari apapun kewarganegaraannya.

Korean temple
Paviliun Hyangwonjeong di tengah danau buatan yang dibangun tahun 1873 atas perintah Raja Gojong (호수 한가운데 위치되는 향원정, 1873년 고종께서 공사 시킴)

Tadinya, persyaratan itu hanya diberlakukan bagi pelancong yang datang ke Korea Selatan lewat Tiongkok daratan (Hong Kong dan Makau berbeda karena memiliki peraturan imigrasi terpisah). Tapi beberapa hari sebelum keberangkatan Bakuy, tahu-tahu persyaratannya diperluas hingga mencakup juga Hong Kong dan Makau. Penyebabnya adalah karena banyak turis dari Tiongkok yang memilih terbang dari dua wilayah ini demi menghindari kewajiban tes tersebut. Maka, Bakuy yang transit selama 10 jam di Hong Kong pun secara otomatis terikat dengan kewajiban ini.


Untungnya, persyaratan bagi yang datang dari Hong Kong/Makau lebih ringan. Apabila pelancong dari Tiongkok daratan diwajibkan untuk tes PCR sebelum keberangkatan dan melakukan tes PCR kembali sehari setelah ketibaan, pelancong dari Hong Kong/Makau hanya diminta untuk melakukan tes PCR (72 jam sebelum keberangkatan) atau RAT (24 jam sebelum keberangkatan). Bakuy tidak diminta untuk melakukan tes sehari setelah kedatangan di Korea Selatan. Fyuh, setidaknya deg-degannya udah berkurang lah yaa..

South Korean flag
Patung prajurit Goryeo di depan Gwanghwamun (광화문 앞에 있는 고려 군인 조각상)

Setelah melakukan tes, Bakuy diwajibkan untuk mengunggah hasil tes tersebut ke situs Q-Code yang ada di sini. Perlu diingat bahwa walaupun teman-temankuy tidak datang dari Hong Kong, Makau, dan Tiongkok, pengisian Q-Code ini tetap wajib. Hanya saja, teman-temankuy tidak diminta untuk mengunggah hasil tes. Hanya mengisi informasi data diri sahaja.

Korean traditional house
Keindahan sudut Kuil Jongmyo (종묘 아름다운 구석)

Setelah selesai mengisi Q-Code, teman-temankuy akan mendapat QR Code yang akan dipindai pada saat kedatangan di Korea Selatan. Pesawat-pesawat yang tiba dari Hong Kong, Makau, dan Tiongkok memiliki gate terpisah dan prosesnya lebih lama karena petugasnya benar-benar teliti mengecek satu per satu. Itulah alasan kenapa Bakuy lama mengurus imigrasi dan baru benar-benar keluar dari terminal kedatangan sekitar pukul 10.30.


Note : peraturan ditulis per Januari 2023, sehingga bisa sahaja terjadi perubahan pada saat artikel ini dipublikasikan.


Urusan Darurat Pertama : Uang!

Mata uang Korea Selatan adalah won (KRW), dan Bakuy hanya bawa KRW 30k. Itupun sisa dari HKD yang Bakuy tukar sebelum berangkat di bandara Hong Kong. Sisanya Bakuy hanya membawa mata uang euro sisa trip ke Iran yang masih tersisa banyak sekali. Bakuy enggan nuker euro ke won di Jakarta karena gamau kena cas money changer dua kali (dari euro ke rupiah, lalu dari rupiah ke won). Jadi Bakuy lebih memilih tukar langsung sahaja di Seoul.


Sayang seribu sayang, di bandara Incheon waktu itu sudah tidak ada lagi money changer dengan petugas. Mereka hanya menyediakan mesin money changer yang bentuknya mirip ATM dan tersebar di banyak tempat. Mesin ini praktis karena bisa dioperasikan selama 24 jam, sehingga bisa menekan biaya payroll hehe. Trus ini juga bagus untuk orang-orang introvert yang malas berurusan dengan orang lain.

money changer Myeongdong
Myeongdong yang punya banyak money changer (환전 많은 명동)

Tapi, masalahnya bukan di situ. Mesin yang canggih itu hanya menerima maksimal pecahan EUR 100, sedangkan Bakuy adanya pecahan EUR 200 huhu. Selain EUR 200, Bakuy cuma punya 2 pecahan EUR 50. Bakuy pun terpaksa deh tukar dua EUR 50 untuk mendapatkan sekitar KRW 140k.


Note : mesin ini juga menerima IDR loh, tapi pecahan yang diterima cuma IDR 100k doang. Bakuy juga ga cek berapa rate-nya waktu itu.

winter in Seoul
Bunga salju di Seoul (서울 설강화)

Pertanyaannya adalah : bagaimana kalau teman-temankuy hanya membawa pecahan EUR 200 seperti Bakuy? Meskipun Korea Selatan adalah negara yang sangat menyenangi kartu kredit, uang tunai tetap dibutuhkan misalnya kalau hendak belanja di toko-toko kelontong atau restoran kecil yang engga punya mesin EDC, atau (yang paling penting) untuk isi ulang saldo T-Money. Satu-satunya cara adalah dengan mencari money changer berpetugas yang ada di kota Seoul. Saran Bakuy, cari sahaja di Myeongdong. Di sana money changer bertebaran, menunggu turis-turis asing yang hendak menukarkan aset lancar mereka dengan kosmetik.

Unmanned Currency Converter Korea
Mesin penukar uang otomatis yang ada di Bandara Incheon (인천국제공항 있는 무인 환전기)

Apakah kartu debit/kredit Indonesia berlaku di Korea Selatan?

Untuk kartu debit, kalau dipakai untuk gesek langsung gitu Bakuy kurang tau karena engga coba. Apabila untuk tarik ATM, jujur Bakuy uda coba tarik uang dari Hanabank yang ada di Seoul Station tapi engga bisa. Padahal udah ada tulisannya 'Global ATM', tapi tetap gabisa. Bakuy baca keterangannya, karena gagal validasi PIN. Bakuy pun coba-coba cari di internet, ternyata memang ATM di Korea Selatan itu hanya bisa dipakai untuk kartu yang PIN-nya 4 digit, sedangkan di Indonesia dan mayoritas negara di dunia standarnya sudah 6 digit.

topokki vendors
Tempat jajan malam saat winter (겨울은 밤에 분식 파는 자리)

Tapi, beberapa teman Bakuy katanya bisa-bisa aja tarik uang di Korea. Hanya sahaja, harus cari yang di kantor-kantor gede gitu. Nah, Bakuy gabisa verifikasi sih ini benar atau engga, karena Bakuy akhirnya nemu money changer di Myeongdong. Tapi Bakuy bisa verifikasi kalau ATM di Seoul Station engga bisa, walaupun tulisannya udah ada 'Global ATM', dan di mesin maupun kartu ATM-nya Bakuy sama-sama ada logo Visa.


Bagaimana dengan kartu kredit? Jujur, Bakuy juga engga pakai kartu kredit. Bakuy termasuk kaum yang takut pakai kartu kredit, takut kalap dan malah jadi konsumtif. Nah, untuk mengakali hal ini, untungnya Bakuy udah bikin kartu Jenius sebelum berangkat ke Korea Selatan. Asli, Jenius ini bener-bener guna banget! Bakuy ga bisa jelasin sih, bedanya dia sama rekening-rekening lain itu apa, tapi untuk mudahnya adalah Jenius ini kayak kartu kredit, tapi limit-nya kita yang top-up sendiri. Bayangin aja kayak Ovo/Gopay, tapi dijadiin kartu. Jadinya, kita tetap bisa bertransaksi dengan vendor-vendor yang hanya menerima pembayaran kartu kredit bahkan tanpa memiliki kartu kredit itu sendiri. Plus, kita gaakan kalap karena sistem Jenius ini kita yang top-up. Kalau kita gapunya uang, ya berarti gabisa dipake. Sesimpel itu. Jadi kalau hilang pun, ga semengerikan kayak kalau kita kehilangan kartu kredit dengan limit puluhan juta.

Jeju City
Kota Jeju yang mendung (흐린 제주시)

Bakuy tau, ga semua orang bisa lolos screening kartu kredit, ya kan? Nah, bagi teman-temankuy yang ga lolos screening, atau yang memang gamau punya kartu kredit karena berbagai alasan, ya Jenius ini solusinya. Cara pakainya juga gampanggg, tinggal digesek atau ditancepin aja ke mesinnya. Udah. Transaksi selesai.


Bakuy uda coba pake Jenius ini di senantero-Korea Selatan. Mulai dari convenience store, restoran, souvenir shop, vending machine, tiket KTX, bahkan sampai taksi, semuanya sukses! Gaada yang ditolak barang sekalipun! Jadi udah 100% valid kalau Jenius ini bisa dipakai sebagai pengganti kartu kredit di Korea Selatan!

Jungkook and Jimin BTS
Mural Jungkook dan Jimin BTS di Gamcheon Cultural Village, Busan (부산 감천문화마을에 있는 방탄 정국이랑 지민 벽화)

Note : teman-temankuy waktu isi saldo Jenius, gaperlu tukar saldonya ke KRW yaa. Pakai rupiah sahaja. Nanti tiapkali transaksi akan otomatis di-convert ke IDR dan ngurangin saldo. Pokoknya praktis deh! Kayaknya Jenius harus mulai branding lagi sebagai travelmate bagi anak-anak muda yang suka traveling ke luar negeri!


Semua tempat yang Bakuy bayarnya pakai Jenius, engga perlu minta PIN sama sekali. Cuma 1 gerai 7-Eleven di Jeju yang minta Bakuy tanda tangan. Itupun keknya karena si ahjumma-nya aja rada sensi. Emang dia jutek dan galak banget. Sisanya mah, selo santai lancar jaya!


Apakah perlu beli T-Money?

Perlu banget. T-Money ini ibarat e-money kalau di Indonesia. Dia penting karena bisa dipakai untuk naik subway, bus, bahkan belanja di convenience store dan beberapa restoran. Akan riweuh banget kalau tiap naik transportasi kudu siapin uang. Mending pakai T-Money ini, praktis tinggal tap and go!

Haedong Yonggungsa Temple
Kartu doa berbentuk daun yang bisa didapat di Haedong Yonggungsa (해동용궁사에서 받을 수 있는 잎 같은 기도카드)

Untuk beli T-Money, bisa dicari di convenience store terdekat. Bakuy beli di 7-Eleven dengan harga KRW 3000 sahaja. Tinggal bilang aja "T-Money please" ke petugas kasir dan mereka akan langsung tau. Kalau mau lebih kelihatan lokal, beberapa ekspresi yang bisa dipakai adalah :


"티머니 한 장 주세요 (Timeoni han jang juseyo)" => one T-Money card please

"티머니 파신가요? (Timeoni pasinkayo?)" => do you sell T-Money?

"티머니 파실까요? (Timeoni pasilkkayo?)" => do you sell T-Money?


Perlu diingat kalau teman-temankuy pakai bahasa Korea, otomatis mereka akan merespon juga dengan bahasa Korea. Jadi siap-siap sahaja untuk dengar jawaban "예, 삼천원입니다 (ye, samcheonwonimnida)" yang artinya "Baik, harganya 3000 won".

Bus in Busan
Bus di Busan yang sangat nyaman ke manapun tujuannya (어디로 가든가 참 편안하는 부산 버스)

Walaupun namanya T-Money, tapi nama T-Money itu hanya untuk turis asing. Orang lokal menyebut T-Money dengan nama 교통카드 (gyotong kadeu) yang artinya 'kartu transportasi'. Teman-temankuy bisa tebak dong, kalau T itu singkatan dari 'transportation'!


Cara ke Seoul dari Incheon Airport

Walaupun berfungsi untuk melayani penumpang di daerah Metropolitan Seoul, Incheon Airport terletak di luar kota Seoul sehingga masih butuh jarak tempuh yang lumayan untuk tiba di pusat kota Seoul. Namun, jangan khawatir. Sebagai salah satu bandara di negara maju dengan transportasi publik yang terintegrasi, ada banyak pilihan transportasi yang bisa dipilih yakni taksi, bus, dan kereta.


Karena urusan imigrasi, klaim bagasi, dan penukaran uang baru selesai sekitar pukul 11 malam, Bakuy buru-buru jalan ke stasiun kereta bandara. Waktu jalan itulah Bakuy merasa ada yang aneh dengan koper Bakuy. Soalnya lantainya mulus, tapi kok koper Bakuy berisik banget. Oh la la, ternyata roda koper Bakuy uda keriting! Bakuy bener-bener ga menyadari hal ini. Sepertinya rodanya kayak begitu karena aktif banget Bakuy bawa-bawa waktu trip ke Iran. Agak malu sih memang, tapi yauda lah. Kejadian koper rusak bukan hal yang aneh di bandara. Selama kopernya engga pecah menganga, harusnya engga apa-apa.

Jeonju Station
Stasiun Jeonju (전주역)

Beruntung, Bakuy kebagian satu kereta AREX terakhir. Bakuy bayar tunai sekitar KRW 10k lewat mesin, nanti akan keluar karcisnya yang tinggal dipindai di gerbang. Abis itu ikutin sahaja petunjuknya untuk turun eskalator sampai bawah, nanti akan sampai di peron.


Note : ada dua jenis kereta yang melayani Incheon Airport, yaitu airport express (AREX) dan subway. Airport express ini langsung menuju Seoul Station, engga berhenti di stasiun manapun sama sekali. Beda sama subway yang berhenti di 12 stasiun yang dilewatin. Hanya butuh 45 menit untuk sampai ke Seoul Station kalau pakai AREX dan pasti dapat duduk, sedangkan kalau naik subway butuh 60 menit dan bisa sahaja berdiri kalau kereta sedang penuh.

AREX
AREX

Tujuan akhir AREX adalah Seoul Station (서울역/Seoulyeog) yang merupakan stasiun sentral. Di stasiun inilah transportasi berbasis rel di seluruh Korea Selatan berkumpul, mulai dari AREX, Seoul Metropolitan subway, sampai kereta jarak jauh yang dilayani Korail seperti KTX, ITX, dan Mugunghwa. Nah, karena Seoul Station ini stasiun besar, Bakuy sempat kagok. Uda gitu Bakuy lupa untuk belajar cara pakai Navermap. Alhasil, Bakuy bingung sendiri dan makin panik karena stasiun uda mulai tutup karena uda lewat tengah malam. Apalagi waktu itu lagi Seollal (설날), yang kalau di Indonesia namanya Imlek dan kalau di Tiongkok namanya Chunjie (spring festival), salah satu libur paling penting di Asia Timur - kecuali Jepang dan Mongolia.


Bakuy sempat salah beli tiket, dan sialnya di Korea itu kalau pakai single trip ticket, kalau uda tap-out walaupun di stasiun yang sama, itu tetep hangus uangnya. Cuma bisa refund untuk depositnya sahaja pakai mesin. Yang paling sedih adalah waktu Bakuy uda ketemu peron yang Bakuy tuju yaitu Line 1 ke arah Jonggak Station. Uda turun sampai bawah sambil angkat-angkat koper yang beratnya 15 kg, eh begitu sampai bawah, ada ahjussi staf stasiun yang ngasih tau pakai bahasa Korea kalau keretanya uda habis. Bakuy ga yakin sama yang dia omongin, jadi Bakuy pastiin lagi dengan nanya "기차가 없어요? (gichaga eobseoyo?)" yang artinya 'keretanya udah gaada?' dan dia pun mengiyakan.

Seoul subway
Interior Seoul subway (서울 지하철의 내부)

Yauda Bakuy bingung deh tuh. Jarak dari Seoul Station ke hotelnya Bakuy masih jauh karena hotel Bakuy ada di daerah Jongno (종로), Insadong (인사동). Ga mungkin jalan kaki, apalagi Korea waktu itu masih musim dingin dengan suhu -1°C. Maka, Bakuy pun memutuskan untuk naik taksi. Agak takut, sih, awalnya. Tapi ya apa boleh buat, kan?


Untunglah, sebelum ke Korea, Bakuy uda sempet baca-baca blog traveler lain. Mereka bilang kalau di Korea, terutama di tempat-tempat pusat transportasi kayak di stasiun, taksi itu gabisa dipanggil sembarangan. Mereka punya semacam halte sendiri gitu yang nanti untuk naik kudu antre dulu. Bakuy cukup familiar dengan sistem ini karena waktu ke Taiwan dulu sempat naik taksi dan sistemnya pun sama persis. Bakuy juga tau kalau di Korea itu ongkos taksi engga mahal kayak di Jepang dan bayarnya pun bisa pakai kartu kredit. Maka, berbekal informasi itu, Bakuy pun memberanikan diri untuk mencari halte taksi tersebut.

pregnant women seat
Tempat duduk khusus ibu hamil di Seoul subway (서울 지하철의 임산부 자리)

Note : seluruh taksi yang Bakuy naikin di Korea semuanya pakai argo dan harganya wajar. Agaknya, scam di taksi jarang terjadi di Korea. Harganya juga wajar banget, ga yang bikin sampai jatuh miskin gitu haha.


Setelah antre sebentar, Bakuy akhirnya dapat taksi. Oh iya, koper harus diangkat sendiri yaa. Pak Sopirnya (기사님/Gisa-nim) engga akan bantu kecuali mungkin kalau teman-temankuy cewek dan bawaannya banyak plus besar-besar. Nah, tantangan sebenarnya baru sahaja dimulai teman-temankuy! Sopir taksi di Korea itu terkenal ketus ke orang asing. Mereka bahkan bisa dengan terang-terangan menolak turis asing. Eits, tapi alasannya bukan karena rasisme, melainkan karena mereka malas kalau harus berhadapan dengan kendala bahasa. Daripada bingung, mending mereka tolak aja. Gitu.


Nah, Bakuy dapat Gisa-nim yang kayak gini. Tadinya dia ketus dan galak. Kurang lebih begini pembicaraannya.

Gyeonggijeon
Gyeonggijeon (경기전)

Bakuy : "안녕하세요, 비즈호텔 내려가주세요 (annyeonghaseyo, Bijeu Hotel Naeryeokajuseyo)" => Malam Pak, tolong turunkan saya di Hotel Biz, ya.


Si sopir taksi kayak bingung gitu, ga ngerti. Jadi Bakuy ulangi lagi nama hotelnya, tapi masih ga ngerti lagi. Dan ekspresi ga ngertinya itu bukan ekspresi yang nyantai gitu lho, tapi ekspresi yang kek ga suka gitu haha.

Gisa-nim : "호텔 이름이 뭐라고? (hotel ireumi mworago?)" => apa nama hotelnya?


Bakuy ulangi lagi nama hotelnya, tapi masih engga ngerti juga! Bakuy pun mulai deg-degan. Si sopir pun meminggirkan mobil dan bilang "내비게이션(naebigeisyeon/navigation)" yang artinya nyuruh Bakuy tunjukin pake Navermap. Yauda Bakuy cari pake Navermap tapi yakaliii kan Bakuy baru pertama pake Navermap. Kalau salah gimana coba???

Jeonju Hanok Village
Jeonju Hanok Village (전주한옥마을)

Dengan takut-takut, Bakuy pun mulai nyari-nyari alamat hotelnya di Navermap sambil berdoa semoga Bakuy engga salah. Dan pas itu pula ada petugas stasiun yang bilang ke si sopir supaya jalan karena gaboleh berhenti di situ, dan si sopir cuma jawab "손님 있잖아 (sonnim ijjana)" dengan intonasi yang kalau diartiin kayak seolah bilang "lu ga liat ini gue ada tamu?". Gilaaa, Bakuy uda deg-degan banget!


Setelah cukup yakin (walaupun masih takut-takut) nemu lokasi hotelnya, Bakuy kasihin tuh ponsel Bakuy ke Gisa-nim. "재 호텔은 여기서 있는 거 같아요. 호텔 이름이 비즈인데 방금 발음은 어떻게 하는지 잘 모르겠어요 (jae hotereun yeogiseo ineun geo katayo. Hotel ireumi Bijeuinde, banggeum bareumeun eotteohke haneunji jal moreugesseoyo/kayaknya hotel saya ada di sini. Nama hotel saya itu Biz, tapi tadi tuh saya ga ngerti gimana cara pelafalannya)".

Mugunghwa
Mugunghwa, salah satu jenis kereta antar-kota di Korea Selatan (무궁화, 한국의 도시간의 화차 유형 중의 한 것)

Dengan berbekal informasi itu, yauda deh Bakuy diantar ke lokasinya. Sebenarnya Bakuy masih takut. Soalnya kan suka ada tuh, hotel yang namanya mirip-mirip. Memang, kalau cocokin nama daerahnya sama yang ada di Traveloka sih harusnya sama. Tapi tetep aja takut haha. Untungnya, si Gisanim yang tadinya jutek itu jadi ramah dan baik banget waktu tau Bakuy mau usaha untuk ngomong pakai bahasa Korea. Memang ga ada banyak obrolan, tapi suasananya uda cair dan jadi tenang banget. Dia juga ngomongnya uda ga ngegas lagi.


Begitu sampai, Bakuy tanya "기사님, 카드로 낼 수 있나요? (gisanim, kadeuro nael su innayo?)" yang artinya "Pak Sopir, boleh bayar pakai kartu kredit?" dan dia cuma ngangguk, ambil kartu Bakuy, tancepin ke mesin argo, dan selesai! Wow, di situlah Bakuy pertama kali menyaksikan kesaktian kartu Jenius!


Seoul Day 1, 22 Januari 2023

Di Korea, ada 2 hari raya yang paling besar, yaitu Seollal dan Chuseok (추석/秋夕). Chuseok adalah thanksgiving Korea. Dulu, hari raya ini merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Sementara itu, Seollal akan lebih mudah dipahami orang Indonesia karena hari raya ini juga dirayakan oleh orang-orang beretnis Tionghoa di Indonesia, yakni Imlek. Seollal merupakan tahun baru dalam kalender lunar dan pertanda datangnya musim semi. Selain Korea Selatan dan Tiongkok, tahun baru ini juga dirayakan sebagai hari libur nasional di Hong Kong, Makau, Taiwan, Korea Utara, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Vietnam (di Vietnam dikenal dengan nama 'Tet Holiday').

Turtle Ship
Geobukseon (Turtle Ship), kapal yang dimodifikasi oleh Yi Sun-shin saat perang melawan Jepang dalam Perang Imjin (항일 임진전쟁 났을 땐 이순신께서 혁신낸 거북선)

Hari pertama kedatangan Bakuy di Seoul merupakan hari pertama perayaan Seollal. Akibatnya, masih banyak tempat-tempat wisata serta restoran yang tutup. Bakuy juga tidak bisa bepergian ke luar kota karena tiket-tiket bus, kereta, hingga pesawat semuanya ludes terjual selama periode liburan Seollal yang mencapai 4 hari. Menurut blog-blog traveler lain, hal terbaik untuk dilakukan saat Seollal di Korea adalah untuk tetap berada di Seoul.

War Memorial Museum of Korea
War Memorial Museum (전쟁기념관)

Mengetahui hal ini, Bakuy sudah mencari-cari informasi di internet dan membuat draf itinerary dengan mempertimbangkan jadwal buka dan tutup tiap-tiap objek wisata. Maka, setelah mempelajari sistem subway serta cara membaca navigasi Navermap, Bakuy pun langsung melenggang ke destinasi pertama.


War Memorial Museum (전쟁기념관/戰爭紀念館)

Museum ini menyimpan artefak dan informasi seputar konflik bersenjata yang pernah terjadi di Semenanjung Korea. Mulai dari masa Tiga Kerajaan hingga Perang Korea, semuanya dijabarkan secara lengkap di museum yang terdiri dari 3 lantai ini - tentu dengan narasi sudut pandang orang Korea.

War Memorial Museum of Korea
Pintu Utama War Memorial Museum (전쟁기념관 정문)

Hal yang menyenangkan dari mengunjungi museum di setiap negara adalah Bakuy jadi bisa mendapatkan informasi dari berbagai sudut pandang. Misalnya, waktu Bakuy ke Jepang, narasi di museum tidak menjelaskan tentang kehidupan masyarakat di negara-negara jajahan. Museum di Jepang hanya mengatakan bahwa 'banyak warga sipil yang menjadi korban', tapi tidak mengelaborasi makna dari pernyataan tersebut. Sebaliknya, museum ini justru menampilkan penderitaan rakyat Korea selama berada di bawah kekuasaan Jepang. Pokoknya, Jepang digambarkan sebagai negara tamak yang mengganggu perdamaian di Asia.

Assassination of Empress Myeongseong
Ilustrasi pembunuhan Ratu Myeongseong tahun 1895 (1895年 명성황후 시해사건 삽화)

Saking buruknya penggambaran akan negara Jepang, Bakuy jadi tahu betapa kebencian terhadap Jepang telah menjadi sesuatu yang mendarah daging di Korea. Bahkan, di Korea, membenci Jepang justru menjadi sebuah norma. Seseorang akan dianggap patriotik apabila ia menyimpan kebencian yang begitu besar pada Jepang. Sempat Bakuy denger ada anak kecil bilang gini "일본인들...죽일 거야 그 사람들 (Ilbonindeul... jugil geoya geu saramdeul)" yang artinya "dasar orang-orang Jepang... mau aku bunuhin semuanya". Ini kan kasar ya, tapi si bapaknya yang denger bukannya nasehatin tapi cuman ketawa bangga gitu seolah-olah itu hal yang patut dipuji.

Battle of Busan
Lukisan Pertempuran Benteng Busan tahun 1592 melawan Jepang (항일 부산진 순절도)

Selain catatan-catatan bersejarah yang tersimpan rapi di dalam museum, di halaman luar museum juga terdapat koleksi alat-alat perang modern. Ada kendaraan lapis baja, pesawat tempur, tank, tiruan roket - semua persenjataan berat yang digunakan selama Perang Korea. Banyak keluarga yang main di sini karena anak-anak pasti suka. Tapi kalau Bakuy sih lebih tertarik ke Statue of Brothers yang terletak di sisi yang lain - yang lebih ke arah taman di dekat pintu masuk utama. Patung ini menggambarkan satu adegan sepasang kakak-adik yang berada di pihak yang berlawanan, yang bertemu di medan perang. Kondisi ini banyak terjadi semasa Perang Korea, di mana pihak yang saling bertempur itu bukan lain adalah saudara sebangsa sendiri. Ironis banget memang. Tapi karena anak-anak belum terlalu paham makna yang begini, jadinya patung ini relatif sepi. Cuma beberapa orang sahaja yang lewat dan menyempatkan diri untuk mampir berfoto.

Statue of Brothers
Statue of Brothers (형제의 상)

Oh iya, walaupun di luar negeri kita sering diberitahu bahwa Korea Selatan itu sangat membenci Korea Utara, tapi kenyataannya di lapangan agak sedikit berbeda. Memang, orang Korea Selatan tidak suka pada Korea Utara, tapi mereka bisa membedakan antara 'pemerintahan komunis' dan 'rakyat Korea Utara'. Orang-orang Korea Selatan benci setengah mati pada pemerintahan Korea Utara yang komunis, tapi mereka tidak membenci rakyat Korea Utara karena masih menganggap mereka adalah saudara yang harus diselamatkan. Hal ini terlihat dari catatan-catatan serta penjelasan yang tersimpan di museum ini, di mana mereka menjelaskan Perang Korea sebagai satu konflik yang terjadi gara-gara situasi politik dunia pada saat itu.

UN intervention in Korea
Resolusi 82 Dewan Keamanan PBB. Resolusi ini memutuskan PBB harus membela Korea Selatan melawan serangan Korea Utara (유엔 안전보장이사회 결의문 제82호. 본 결의문은 유엔이 대한민국을 보호하고 북한을 저항 결정)

Dibandingkan menyalahkan Korea Utara, orang Korea Selatan cenderung menyalahkan Jepang sebagai akar masalah. Benar juga sih sebenernya, karena kalau seandainya Jepang tidak pernah menjajah Korea, mungkin Semenanjung Korea tidak akan terpecah seperti ini. Uniknya, walaupun pemisahan Korea adalah kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, orang Korea Selatan tetap keukeuh menuding Jepang sebagai biang masalahnya haha.

Korean War Memorial
Monumen peringatan Perang Korea (한국 전쟁 기념물)

Namsangol Hanok Village (남산골한옥마을/南山골韓屋마을)

Setelah puas keliling museum, Bakuy pun beranjak ke destinasi selanjutnya yaitu Namsangol Hanok Village. Seperti namanya, Namsangol ini adalah distrik tradisional Korea dengan rumah-rumah berarsitektur khas yang namanya hanok (한옥/韓屋). Walaupun namanya menggambarkan suatu desa, tapi menurut Bakuy Namsangol ini bukan desa soalnya posisinya ada di tengah kota Seoul. Pun, Namsangol Hanok Village ini bukan desa otentik yang betul-betul pernah ditinggali.

Namsangol Hanok Village
Namsangol Hanok Village (남산골한옥마을)

Daerah Namsangol ini dulunya adalah resor musim panas bernama Jeonghakdong di era Joseon. Seiring dengan meledaknya perekonomian Korea Selatan dan industrialisasi besar-besaran di mana-mana, Pemerintah Seoul merasa perlu untuk melestarikan Namsangol sebagai lokasi pelestarian budaya agar kebudayaan Korea di ibukota tidak tergerus seutuhnya. Maka, dimulailah proyek untuk mengumpulkan dan membangun kembali rumah-rumah, paviliun, taman, dan bangunan lainnya agar Seoul dapat tetap mempertahankan nuansa Dinasti Joseon.

Namsan Tower
Namsangol dengan latar belakang Namsan Tower (남산타워 배경 갖고 있는 남산골)

Ada 5 bangunan yang menjadi komponen utama dari Namsangol - semuanya adalah milik mantan aristokrat dan pejabat di era Joseon. Tadinya, semua bangunan ini tersebar di berbagai daerah di Seoul. Pemerintah sampai harus membongkar bangunan-bangunan tersebut dan menyusunnya kembali di Namsangol. Sebagian besar bangunan menggunakan bahan-bahan dari bangunan aslinya. Namun, ada juga yang menggunakan bahan baru dikarenakan bahan dari bangunan yang asli sudah terlalu tua untuk digunakan kembali. Intinya, proses relokasi benar-benar dijalankan dengan sangat detil demi menjaga orisinalitas bangunan.

Archery in Korea
Memanah adalah salah satu olahraga paling populer di Korea Selatan (양궁은 한국에서 제일 유명한 스포츠 중의 하나)

Waktu Bakuy ke sini, karena masih dalam perayaan Seollal, di sana sedang berlangsung pameran permainan tradisional. Mulai dari ddakji (딱지), tuho (투호/投壺), jegichagi (제기차기), sampai panahan. Bakuy kurang tahu apakah untuk mencoba diharuskan membayar atau tidak, tapi orang-orang tampak bebas bermain. Bahkan, ada juga turis Kaukasian yang mencoba bermain tuho. Permainan tradisional Korea memang jadi populer sejak serial Netflix Squid Game laris keras di mana-mana.

traditional kimchi storing
Onggi, kendi untuk menyimpan kimchi (김치를 보관위한 옹기라는 병)

Dari paviliun utama Namsangol, Bakuy menelusuri rumah-rumah tradisional yang tertata dengan sangat cantik. Namsangol ini daerah perbukitan, sehingga masih asri dan hijau. Bakuy mendaki bukit terus ke atas untuk mengisi waktu. Kalau bukan musim dingin, akan ada aliran air kecil yang dibuat sebagai tiruan sistem irigasi di era Joseon. Ga berapa jauh, nanti akan ada kapsul waktu yang ditanam tahun 1994. Kapsul ini rencananya akan digali 400 tahun kemudian yaitu tahun 2394. Di bagian luarnya terdapat ucapan dari berbagai pemimpin kota-kota besar di dunia, termasuk Gubernur Jakarta.

Namsangol time capsule
Kapsul waktu yang dikubur di Namsangol (남산골에서 묻는 타임캡슐)

Kalau teman-temankuy jalan terus, nanti akan sampai di Namsan Tower. Sayangnya, Bakuy engga ke situ. Pertama, baterai ponsel Bakuy sudah mau habis. Padahal Bakuy belum hafal betul rute subway di Seoul. Kedua, karena menurut Bakuy Namsan Tower itu ya menara biasa hehe. Udah bosan lihat menara di Hong Kong, jadi buat apa liat menara lagi di Seoul. Ya, kan?

Namsangol
Gerbang utama Namsangol (남산골 정문)

Cheonggye Stream (청계천/淸溪川)

Setelah dari Namsangol, hari sudah mulai gelap. Kalau musim dingin, matahari memang tenggelam lebih cepat dari biasanya. Sekitar jam setengah 6, hari sudah gelap. Di hari pertama memang Bakuy engga sempat eksplor banyak soalnya bangunnya kesiangan. Maklum, Bakuy baru sampai di hotel jam 2 pagi. Masih jetlag dan butuh adaptasi dulu. Jadi, setelah dari Namsangol, Bakuy pun memutuskan untuk pulang dulu ke hotel untuk istirahat sebentar. Setelah baterai ponsel cukup penuh, Bakuy pun keluar lagi sekitar pukul setengah 8 malam.

Korean temple by night
Kuil yang Bakuy lewati pada satu malam (어느 밤에 지나가던 사원)

Sesuai artikel-artikel yang Bakuy baca di internet, Seoul saat Seollal memang sepi banget. Bakuy tidak pernah melihat subway yang penuh. Bus-bus juga tampak lega. Jalanan juga sepi tanpa macet. Bahkan, untuk kota sebesar Seoul, jam setengah 8 malam waktu itu sudah benar-benar sepi. Bakuy agak terkejut juga. Rupanya budaya mudik juga sangat populer di Korea. Memang, orang Asia itu sangat menghargai nilai-nilai keluarga.

Cheonggyecheon by the night
Cheonggyecheon (청계천)

Dari hotel Bakuy di daerah Insadong, Bakuy memutuskan untuk jalan kaki ke Cheonggyecheon. Soalnya jaraknya engga gitu jauh, cuma sekitar 2 kilo. Hmm, untuk beberapa orang mungkin ini terdengar jauh, sih, tapi Bakuy sih merasa engga. Bakuy sudah terbiasa jalan kaki berkilo-kilo di perjalanan Bakuy sebelumnya. Seoul mah bukan apa-apa. Infrastruktur Seoul yang sudah sangat bagus dan musim dingin yang membuat tidak berkeringat itu tidak ada apa-apanya dengan saat Bakuy jalan kaki ke Istana Niavaran dan Saadabad di Tehran haha.

Mojeongyo
Mojeongyo (모전교)

Cheonggyecheon ini adalah destinasi yang wajib banget Bakuy datengin. Bukan karena destinasi ini populer di kalangan orang Indonesia, tapi karena Bakuy takjub luar biasa dengan tekad Pemerintah Seoul untuk menghidupkan kembali aliran sungai ini.

Cheonggyecheon
Cheonggyecheon yang penuh kedamaian (평화가득 청계천)

Terletak di pusat kota Seoul, Cheonggyecheon adalah aliran sungai kecil yang mengalir dari barat ke timur. Aliran sungai ini sudah ada sejak era Joseon, tapi dulu namanya Gaecheon yang artinya 'aliran terbuka' karena siapapun berhak menggunakan aliran sungai ini untuk kebutuhan sehari-hari.

Cheonggyecheon by the day
Cheonggyecheon yang juga cantik di bawah sinar matahari (해빛 밑에도 이쁜 청계천)

Aliran Cheonggyecheon pada akhirnya akan bergabung dengan aliran Jungnangcheon, kemudian mengarah ke Sungai Han, dan akhirnya menuju Laut Kuning. Pada masa kolonial Jepang, aliran ini sempat hendak ditutup. Untungnya, Jepang gagal melakukannya karena masalah finansial.

Cheonggyecheon
Pemandangan dari bawah Mojeongyo (모전교 아래 보이는 풍경)

Setelah Perang Korea berakhir, Korea Selatan terpuruk dalam kemiskinan. Orang-orang berdatangan ke Seoul untuk mengadu nasib, tapi mereka tak punya uang untuk menyewa tempat tinggal yang layak. Akhirnya, orang-orang tersebut mulai membangun rumah-rumah non-permanen di sepanjang Cheonggyecheon. Tentu sahaja ini merusak estetika kota. Selain itu, wilayah kumuh menimbulkan banyak masalah seperti sanitasi dan kesehatan. Maka, Presiden Park Chung-hee memutuskan untuk menggusur perumahan kumuh, menutup aliran Cheonggyecheon dengan beton, lalu menjadikannya jalan umum. Kemudian, pada tahun 1968, jalan tol layang juga dibangun di atasnya. Maka, pada saat itu Cheonggyecheon sebetulnya telah hilang.

Cheonggye Stream
Air terjun mini (작은 폭포)

Selama hampir empat dekade Cheonggyecheon dilupakan oleh warga Seoul. Hingga akhirnya pada tahun 2003, walikota Seoul yang kemudian menjadi presiden, Lee Myung-bak, menginisiasi satu proyek 'gila' untuk memulihkan kembali Cheonggyecheon. Waktu itu, ide sang walikota dianggap terlalu ambisius. Cheonggyecheon sudah terkubur jauh di bawah tanah selama empat dekade. Para ahli lingkungan berpendapat bahwa aliran itu secara teknis sudah mati. Kalaupun aliran itu benar masih ada, biaya yang harus dikeluarkan untuk pemulihan dan perawatan juga dianggap fantastis. Belum lagi imbas lalu lintas yang pasti akan terganggu, mengingat Cheonggyecheon sudah ditutupi oleh jalanan umum dan jalan tol layang.

History of the Cheonggyecheon
Sejarah Cheonggyecheon (청계천의 역사)

Akan tetapi, Pemerintah Seoul tetap berkeras. Pemulihan Cheonggyecheon dianggap penting secara ekologis, historis, kultural, dan lingkungan. Proses pemulihan pun dilakukan. Butuh waktu dua tahun untuk membongkar beton serta jalan tol layang yang menimbun Cheonggyecheon.

Gwanghwamun Square
Tahun baru kelinci sudah tiba! (새해 토끼 왔네!)

Terlepas dari pro-kontra, Cheonggyecheon sukses menarik perhatian warga sekitar dan turis sejak pembukaan di tahun 2005. Orang-orang Seoul senang menghabiskan waktu di Cheonggyecheon di akhir pekan. Pun turis-turis dari seluruh Korea dan mancanegara juga turut berdatangan ke sana - termasuk Bakuy hehe.

Embassy of the United States in Seoul
Patung Sejong the Great yang dekat dengan gedung Kedutaan Amerika Serikat (세종 대왕의 상과 미국 대사관 거리 멀지 않음)

Memang, yang namanya kebijakan politik itu tidak ada yang mutlak benar. Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan hasil dari Cheonggyecheon tak sepadan dengan biayanya, tapi menurut Bakuy ada hal lain yang lebih penting dari sekadar perhitungan untung-rugi.

Sejong the Great
Patung Raja Sejong the Great dan kelinci yang menggemaskan (세종 대왕이랑 토끼 정말 귀여움)

Menurut Bakuy, situs sejarah itu layak untuk dipulihkan. Seoul adalah salah satu kota Asia yang kekayaan kultural dan historisnya terancam tergerus roda modernisasi. Pun, Jakarta yang merupakan kampung halaman Bakuy, juga mengalami hal yang sama. Indonesia dan Korea Selatan sama-sama negara Asia yang jadi korban kolonialisme. Kita sama-sama jatuh dalam kemiskinan dan berusaha mengejar ketertinggalan. Bedanya, Pemerintah Seoul berusaha menjaga kelestarian budaya dan sejarah di atas cuan, sedangkan Jakarta terkesan rela melepaskan segalanya demi cuan. Jakarta, makin ke sini, makin kehilangan identitas. Jakarta menjadi tak lebih dari sebuah kota besar dengan mal dan gedung-gedung serta jalan tol.

Statue of Sejong the Great
Selfie pertama di Korea! (한국에서 첫 셀카!)

Dengan mengunjungi Cheonggyecheon, Bakuy jadi makin percaya bahwa pemulihan situs budaya - sebesar apapun biayanya - bukanlah sebuah kerugian. Sebuah situs sejarah berdiri bukan untuk mendatangkan keuntungan. Pun, bukan berarti kita bisa menyingkirkannya hanya karena tidak mendatangkan keuntungan atau mengabaikannya karena tidak menghasilkan uang. Situs sejarah ada sebagai tanda identitas. Sebagai penanda sebuah peristiwa sejarah yang - suka atau tidak suka, pernah terjadi di satu wilayah.

Korean folk dance
Tarian tradisional Seollal (설날 특별 춤)

Bakuy ke Cheonggyecheon dua kali. Sengaja supaya bisa dapat gambar di kala siang dan di kala malam. Soalnya hotel Bakuy dekat juga dengan Cheonggyecheon, dan Cheonggyecheon juga dekat dengan destinasi wisata yang Bakuy kunjungi setelahnya yaitu Gyeongbokgung, National Museum of Korean Contemporary History, dan Bukchon Hanok Village. Jadi ya, sekalian sahaja.

Neoguri
Iklan Neoguri yang lucu (너구리 기여운 광고)

Setelah dari Cheonggyecheon, Bakuy mampir ke salah satu kedai pinggir jalan buat makan street food khas Korea : tteokbokki (떡볶이), sundae (순대), dan gimmari (김말이) sama sate barbekyu ayam. Di Korea, banyak banget penjual street food yang pakai gerobak persis kayak di drama. Pas musim dingin, mereka akan pasang tenda gitu supaya tamu-tamu yang makan di tempat engga kedinginan. Biasanya mereka juga nyediain minuman beralkohol seperti soju (소주/燒酒) dan makgeolli (막걸리). Ada dua tipe, ada yang nyediain tempat duduk, ada juga yang berdiri. Kalau yang berdiri biasanya mereka cuma jualan yang kecil-kecil kayak tteokbeokki, oden, dan sundae. Kalau yang duduk biasanya mereka juga jual yang gede-gede kayak barbekyu, ceker (dakbal/닭발), jeon (), dan lain-lain. Bakuy seneng banget pas beli sate barbekyu, si ahjussi-nya bilang kalau dia ngira Bakuy orang Korea (한국분줄 알았는데요/Hangukbunjul araneundeyo) hehe. Sebuah sanjungan sih menurut Bakuy :)

SNU Hospital
SNU Hospital, universitas yang pengen banget dimasukin Kang Ye-seo di Sky Castle (서울대 병원, 스카이 캐슬 강예서가 미치게 가고 싶은 대학교)

Untuk harga tteokbokki, sundae, dan gimmari satu porsi KRW 4000 harus bayar tunai. Untuk sundae dan gimmari masing-masing dapat empat biji. Bakuy bungkus supaya bisa makan di hotel karena waktu itu mau videoin hehe. Untuk chicken skewers-nya Bakuy agak lupa, tapi seinget Bakuy satu tusuk KRW 5000 dan itu ukurannya gede-gede.


Kalau tteokbeokki kayaknya uda gaperlu Bakuy jelasin lagi ya, karena jajanan itu udah familiar banget di telinga orang Indonesia. Paling Bakuy kasih tau sahaja kalau Bakuy beli yang tteokbokki pedas (매운떡볶이/maeun tteokbokki) jadi yang merah, karena kalau di street food banyakan ya tteokbokki jenis ini. Untuk gimmari, itu semacam gorengan rumput laut yang diisi dangmyeon (당면/唐麵) yaitu mie yang terbuat dari pati kentang. Dangmyeon ini juga yang biasa dipakai untuk bikin japchae (잡채/雜菜). Kalau susah bayanginnya, anggap aja gimmari ini kayak bakwan tapi isinya bihun yang digulung nori hehe. Gimmari dan tteokbokki ini enak banget dimakan barengan. Biasanya Bakuy cocol gimmari-nya dengan saus tteokbokki. Maknyus!

Korean night snack vendors
Kalau ingin makan tteokbokki atau sundae, datang aja ke tenda begini (떡볶이나 순대 먹어보고 싶다면, 이런 데 오기나 해!)

Nah, yang banyak orang Indonesia masih engga tau pasti sundae. Sundae ini bukan es krim, ya. Sundae ini sosis Korea yang terbuat dari usus babi, darah babi, sayuran, dan dangmyeon. Jadi cara bikinnya sayuran dan dangmyeon dimasak dulu pakai bumbu, habis itu disiram sama darah babi yang udah dipasteurisasi. Abis itu diaduk-aduk, lalu dimasukin ke usus babi kemudian direbus. Biasanya, sundae disajikan bareng sedikit daging babi dan dikasih minyak wijen.


Rasanya, menurut Bakuy, agak amis jerohan. Mungkin karena plain banget, gaada cocolan sausnya. Sedangkan orang Indonesia kan makan sosis pasti dicocol saus sambal. Jadinya untuk ngurangin rasa amis, Bakuy cocolin ke saus tteokbokki. Baru deh, enak.


Seoul Day 2, 23 Januari 2023

Hari kedua di Seoul, Bakuy dikejutkan oleh notifikasi yang ada di telepon seluler Bakuy. Di Korea Selatan, setiap ada pemberitahuan dari pemerintah, pasti akan menerima pop-up message. Tentunya, pemberitahuan itu sepenuhnya dalam bahasa Korea. Berhubung Bakuy bisa bahasa Korea, Bakuy langsung terkejut dan cek kebenaran beritanya.


Ternyata benar.


Korea sedang dilanda arus dingin yang menyebabkan temperatur turun drastis. Kalau kemarin suhunya masih -1°C, hari itu tiba-tiba turun drastis jadi -16°C. Bakuy cek jendela hotel Bakuy dan benar sahaja, jendela kamar Bakuy beku. Untungnya, ruang kamar engga dingin karena mayoritas rumah-rumah di Korea sudah dialiri penghangat. Penghangat ini datang dari gas. Jadi, Pemerintah menyediakan gas yang bisa dibeli rakyat untuk menghangatkan rumah mereka. Bagaimana cara menghangatkannya? Bukan dari alat seperti AC, melainkan menggunakan air. Airnya itu dihangatkan oleh energi gas, lalu disalurkan di bawah lantai. Dengan membuat lantai jadi hangat, maka seluruh ruangan akan jadi hangat. Konsepnya seperti itu. Makanya di rumah-rumah Korea ada termostat untuk menentukan suhu air yang ada di bawah lantai ini.

Gwanghwamun
Gwanghwamun (광화문)

Jujur agak takut sih Bakuy waktu itu. Apalagi mengingat Bakuy pernah ada trauma di Hong Kong. Tapi udah jauh-jauh ke Korea, yakali cuma diam di hotel yagasi? Toh Bakuy kali ini uda siap dengan sepatu, heat-tech, sweater, syal, coat, earmuff, dan lip balm. Harusnya sudah engga ada lagi yang Bakuy takutkan. Jadi, yauda deh. Bakuy tetap melanjutkan perjalanan Bakuy jalan-jalan di Seoul.


Gyeongbok Palace (경복궁/景福宮)

Kalau ke Korea, ada tiga tempat yang PASTI didatangi oleh orang Indonesia : Nami Island, Bukchon Hanok Village, dan Gyeongbok Palace.

Heungnyemun
Turis WNI sedang berfoto di depan Heungnyemun (흥례문 사진을 찍고 있던 인니 관광객들)

Kompleks Gyeongbok Palace ini terletak di jantung kota Seoul. Posisinya persis di belakang patung Sejeong the Great (Sejeong Daewang/세종대왕/世宗大王) dan Laksamana Yi Sun-shin (이순신/李舜臣), serta gerbang utamanya yaitu Gwanghwamun (광화문/光化門) terletak berseberangan dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat. Gyeongbok Palace juga bersebelahan dengan Blue House (Cheongwadae/청와대/靑瓦臺), istana kepresidenan Korea Selatan yang kini telah dibuka untuk umum sejak era Presiden Yoon Suk-yeol. Gyeongbok Palace juga berada di kaki Bukhansan/North Han Mountain (북한산/北漢山).

Gyeongbokgung
Para penjaga (karyawan) Istana Gyeongbok (경복궁의 수호자(사원)들)

Intermezzo dulu, lucunya bahasa Korea, Bukhansan ini meskipun artinya 'North Han Mountain', tapi kalau ditulis pakai Hangeul, artinya juga bisa jadi 'North Korean Mountain'. Ini karena orang Korea Selatan menyebut negara Korea Utara dengan nama Bukhan (북한/北韓). Bakuy tadinya sempat salah mengira ini haha, Bakuy sempat mikir 'oh, orang Korea Selatan baik juga ya masih sayang sama saudaranya di Utara', eh ternyata Bakuy keliru dan baru tau pas liat huruf Hanja-nya : yang satu 漢 sedangkan yang satu 韓. Hanja 韓 merujuk pada bangsa Korea, sedangkan Hanja 漢 merujuk pada bangsa Tionghoa. Tapi, Bukhansan tidak ada hubungannya dengan negara Tiongkok. Hati-hati, karena orang Korea Selatan sangat antipati terhadap hal-hal berbau Tiongkok karena takut diklaim budayanya haha.

Geunjeongjeon
Geunjeongjeon, aula tahta raja (근정전/勤政殿)

Makin lucu lagi kalau tau Sungai Han (한강/Hangang) itu Hanja-nya 漢水, yang secara literal artinya 'Sungai Tiongkok'. Nah loh. Tapi jangan sekali-sekali bilang begini ke orang Korea yaaa haha.. okee lanjuutt!

Visiting Seoul during Seollal
Gratis masuk berkat Seollal (설날덕분에 무료입장)

Note : Gung (궁) dalam bahasa Korea artinya 'istana'. Jadi, sebenarnya pelafalan yang benar dalam bahasa Inggris adalah Gyeongbok Palace yang berarti 'palace that is greatly blessed by heaven'. Tapi, orang-orang asing cenderung mengabaikan bahasa Korea dari tempat ini dan menamainya Gyeongbokgung Palace, yang sebenarnya sesuatu yang keliru karena mengulang arti 'istana' sampai dua kali jadi 'palace of the palace that is greatly blessed by heaven'.

Gyeongbok Palace
Tampak atas (위로 보임)

Terdapat perbedaan antara informasi yang Bakuy dapat di internet dengan yang ada di lapangan. Berdasarkan informasi di internet, Gyeongbok Palace harusnya tutup di hari H Seollal dan baru buka setelahnya. Tapi, kalau Bakuy baca papan yang ada di gerbang masuk, istana cuma tutup H+1 setelah libur panjang Seollal berakhir. Pada kasus Bakuy, liburan Seollal dimulai tanggal 21 Januari dan berakhir tanggal 24 Januari. Berarti, Gyeongbok Palace hanya tutup pada tanggal 25 Januari. Wah, nyaris sahaja Bakuy salah informasi. Yang membuat Bakuy tambah bahagia adalah ternyata selama periode liburan Seollal yaitu 21-24 Januari, tiket masuk digratiskan! Horeee! Dan ini berlaku untuk semua istana yang ada di Seoul! Wowww!

Gyeongbokgung
Interior Geunjeongjeon (근정전 내부)

Apakah dengan penggratisan ini berarti atraksi di sana jadi berkurang? Tidak. Memang, selama periode liburan tersebut tidak ada tur berpemandu yang biasanya diadakan pihak manajemen istana. Tapi, atraksi rutin seperti pertunjukan pergantian penjaga tetap dilaksanakan seperti biasa. Bakuy beruntung banget datang pagi-pagi jadinya kebagian pertunjukan pergantian penjaga. Soalnya, kalau terlambat, Gwanghwamun akan ditutup selama atraksi berlangsung dan itu berarti pengunjung harus menunggu di luar dan tidak bisa menyaksikan pertunjukan.

Gyeongbokgung guard performance
Pertunjukan di Gwanghwamun (광화문 공연)

Berbeda dengan pergantian penjaga di Chiang Kai-shek Memorial Hall di Taipei dan Tomb of Unknown Soldier di Moskow, pertunjukan ini tampaknya tidak dilakukan oleh tentara sungguhan. Soalnya kelihatan gitu gerak-geriknya beda. Kalau tentara kelihatan lebih tegas dan kaku. Ini lebih kayak biasa aja gitu. Entah, mungkin mereka pekerja sambilan atau orang-orang dari institut kesenian atau apa gitu. Tapi tampaknya mereka bukan dari tentara.

Gyeonghoeru
Gyeonghweru yang sering muncul di K-drama dengan latar sejarah (사극 드라마 속 자주 나온 경회루)

Pertunjukan pergantian penjaga ternyata tidak lama, mungkin hanya sekitar 15 menit. Meski demikian, menikmati atraksi semacam itu jelas memberi pengalaman sendiri bagi Bakuy yang seorang penikmat sejarah Korea dan drama sageuk (사극/史劇). Paling harus bersabar sahaja karena peminat atraksi ini banyak banget. Jadi kalau tidak cepat-cepat, nanti tidak dapat spot yang bagus. Tapi ingat ya, harus selalu jaga etika. Jangan sampai menerobos dan membuat penonton lain jadi tidak nyaman hanya karena kita ingin mendapat spot bagus.

Korean traditional wedding
Pernikahan tradisional Korea (전통결혼식)

Setelah pertunjukan selesai, orang-orang pun bubar dan mulai mengeksplor kompleks Gyeongbok sendiri-sendiri. Perlu diingat bahwa Gyeongbok Palace merupakan istana utama sekaligus yang termegah dari lima kompleks istana yang ada di Seoul. Itulah sebabnya kalau teman-temankuy liat brosur tur ke Korea, pasti memasukkan istana ini sebagai salah satu destinasi, dan seringkali mengabaikan empat kompleks yang lain yaitu Changdeok Palace, Deoksu Palace, Changgyeong Palace, dan Gyeonghui Palace. Tiket masuknya murah kok, hanya KRW 3000. Tiket masuk ini akan digratiskan apabila teman-temankuy datang mengenakan pakaian tradisional Korea, hanbok (한복/韓服). Ada juga tiket kombinasi seharga KRW 10,000 dengan validitas 3 bulan. Dengan tiket ini, teman-temankuy bisa masuk ke seluruh 5 istana di Seoul plus Kuil Jongmyo. Untungnya, Bakuy waktu itu masih dalam periode liburan Seollal jadinya tiket ke semua tempat tersebut masih digratiskan hehe


Note : selain turis asing, akan ada banyak juga warga Korea yang datang mengenakan hanbok. Kalau di negara lain, mungkin adalah hal yang biasa untuk minta berfoto dengan orang-orang yang mengenakan pakaian tradisional. Tapi, di Korea berbeda. Mengambil gambar wajah seseorang adalah ilegal karena di Korea, wajah merupakan hal yang privasi. Itulah alasan kenapa di banyak berita dan video, wajah-wajah selain topik utama seperti artis, kerapkali dikaburkan. Oleh sebab itu, jangan memotret sembarangan. Meminta foto bersama juga bisa dibilang canggung, karena orang Korea akan sulit menolak meski aslinya mereka tidak nyaman. Meminta foto bersama dengan orang asing akan membuat mereka merasa seperti objek yang dipertunjukkan, padahal mereka bukan bagian dari pertunjukan dan ini akan membuat mereka sangat merasa tidak nyaman.

Korean shamanism
Budaya cenayang dalam masyarakat Korea (한국 사회의 무당 문화)

Gyeongbok Palace diperintahkan untuk dibangun tahun 1394 oleh Raja Taejo (nama aslinya adalah Yi Seong-gye), pendiri dinasti Joseon, dan selesai dibangun sekitar setahun kemudian. Sebagai istana terbesar, Gyeongbok Palace memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai tempat tinggal raja dan rumah tangganya serta pusat pemerintahan. Di istana inilah raja dan kabinetnya melakukan pertemuan untuk membahas situasi negara serta tata kelola kenegaraan. Kalau teman-temankuy nonton drama sageuk, pasti familiar dengan adegan raja serta ibu suri duduk di tahta sementara para menteri berdiri bersisian di hadapannya. Seperti itulah kurang lebih aktivitas di Gyeongbok Palace di masa lalu.

Gyeongbok
Orang Korea yang senang mengambil foto di bawah pohon (나무 아래 사진 찍는 걸 좋아하는 한국인들)

Akan tetapi, istana ini hancur saat Perang Imjin (1592-1598) yaitu pada saat Jepang di bawah Toyotomi Hideyoshi menyerang Korea. Tujuannya adalah untuk menjadikan Korea sebagai 'batu loncatan' sebelum menyerang dinasti Ming di Tiongkok. Hanya pada tiga abad kemudian istana ini dipulihkan, yaitu di tahun 1867 pada masa pemerintahan Daewongun. Dengan luas area 430 ribu meter persegi, 330 bangunan, dan 5000 ruangan, Gyeongbok Palace menjadi bangunan megah yang dikagumi bangsa Korea.

Korean folk houses
Rumah rakyat jelata Joseon di masa lalu (옛날 평민들의 사는 곳)

Salah satu peristiwa paling mengenaskan yang terjadi di Gyeongbok Palace adalah peristiwa pembunuhan Ratu Myeongseong – istri Raja Gojong dari Korea – oleh agen-agen Jepang (ronin). Di akhir abad ke-19, pengaruh Jepang begitu kuat di Korea hingga terang-terangan mengintervensi urusan domestik Korea. Sang ratu adalah salah satu orang yang paling menentang hal ini. Ia melakukan banyak sekali negosiasi diplomatik, salah satunya dengan Rusia, untuk menetralisir pengaruh Jepang di Korea. Inilah yang membuat Jepang memutuskan untuk menyingkirkan Ratu Myeongseong dengan cara yang amat brutal.


Hanja
Karena buku-buku zaman dahulu ditulis dengan Hanja, sementara orang Korea sekarang hanya mempelajari Hangeul, hampir seluruh rakyat Korea kehilangan literasi untuk membaca catatan-catatan masa lalu (옛날 서적들은 한자로 쓰였는 바람에 현재 한국분들이 한글밖에 모르니까 대체로 그 옛날 기록을 알아들지 못함)

Keluarga kerajaan Korea pun memutuskan untuk meninggalkan Gyeongbok Palace setelah tragedi pembunuhan Ratu Myeongseong. Itu adalah saat terakhir keluarga kerajaan menempati istana ini sebab mereka tidak pernah bisa kembali lagi.


Gyeonghoeru
Pintu masuk Gyeonghweru yang hanya dibuka secara terbatas pada bulan-bulan tertentu dan dan dengan tur terbatas (경회루 입장문, 확정 월만 가이드랑 들어갈 수 있다)

Guna menekan nasionalisme bangsa Korea dan mempromosikan asimilasi dengan kebudayaan Jepang, Gyeongbok Palace mengalami pengrusakan selama masa pemerintahan kolonial Jepang atas Korea. Pun setelah Jepang berhasil diusir, Gyeongbok Palace Kembali mengalami kerusakan hebat saat Perang Korea meletus. Bahkan, gerbang utama Gwanghwamun benar-benar hancur lebur tak bersisa saking dahsyatnya kerusakan di Seoul selama perang.

Gyeonghoeru
Selfie bayangan dulu (일단 그림자 셀카 할 게)

Hanya pada tahun 1989 pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk memulihkan Gyeongbok Palace secara penuh. Proyek ini diperkirakan membutuhkan waktu minimal 40 tahun. Dengan kata lain, Gyeongbok Palace yang teman-temankuy lihat sekarang masih dalam proses pembangunan kembali. Itulah alasan kenapa masih banyak proyek-proyek konstruksi di sekitar istana ini. Sebab, pemerintah Korea Selatan tengah mengupayakan pemulihan kembali kebudayaan serta sejarah Korea yang selama bertahun-tahun selalu diusik negara-negara tetangga.

Gyeongbokgung
Kompleks Istana Gyeongbok (경복궁)

Jongmyo Shrine (종묘/宗廟)

Setelah puas mengitari Gyeongbok Palace yang luas itu, Bakuy pun memutuskan untuk beralih ke destinasi selanjutnya yaitu Kuil Jongmyo. Berbeda dengan Gyeongbok Palace, Jongmyo merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995. Ini berarti bangunan Jongmyo serta artefak-artefak di dalamnya terjamin keaslian serta keotentikannya. Jongmyo bukanlah bangunan hasil rekonstruksi seperti Gyeongbok Palace yang hancur lebur akibat perang.

Yi Sangjae
Patung Yi Sang-jae, pahlawan kemerdekaan Korea Selatan (이상재, 대한민국의 독립 영웅)

Sama seperti Gyeongbok Palace, Kuil Jongmyo dibangun tahun 1394 atas perintah Raja Taejo. Tujuannya adalah sebagai tempat dilaksanakannya ritual Konghucu untuk menghormati raja-raja Joseon sebelumnya yang telah wafat. Yup, dinasti Joseon memang menjadikan filosofi Konghucu sebagai ‘agama’ negara. Itulah sebabnya agama tradisional lain seperti Buddhisme mendapat gangguan dari raja-raja Joseon.

Hyangdaecheong
Hyangdaecheong, kamar persiapan peralatan ritual (종묘 향대청, 제구를 준비한 장소)

Selain sebagai lokasi dilaksanakannya sembahyang leluhur, Jongmyo juga digunakan sebagai tempat untuk menyimpan spirit tablet (semacam plakat sakral) para mendiang raja dan ratu. Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak tempat dibutuhkan karena makin banyak pula raja yang bertahta selama 500 tahun kekuasaan wangsa Yi atas Joseon. Maka, kompleks Jongmyo pun ikut diperluas. Perluasan pertama terjadi pada masa pemerintahan Raja Sejong yang Agung, dan terus seiring dengan bertambahnya para penguasa di Joseon.

Mangmyoru
Mangmyoru (망묘루/望廟樓)

Saat raja meninggal, spirit tablet mendiang tidak akan langsung disemayamkan di Jongmyo. Butuh waktu tiga tahun hingga pusaka itu dapat disemayamkan di sana. Hal ini dikarenakan periode berkabung kerajaan adalah tiga tahun. Hingga hari ini, terdapat 19 spirit tablet raja dan 30 spirit tablet ratu tersimpan dengan baik di Jongmyo. Hanya 2 raja yang tak memiliki pusaka ini di Jongmyo, yakni Yeonsangun dan Gwanghaegun, sebab keduanya turun tahta karena dilengserkan.

Jeongjeon
Jeongjeon (정전/正殿)

Saat Perang Imjin meletus, Kuil Jongmyo juga mengalami kerusakan parah akibat serangan Jepang. Spirit tablet para raja berhasil diselamatkan karena disembunyikan di rumah salah satu rakyat. Namun, berbeda nasib dengan Gyeongbok Palace, kuil ini dengan cepat dibangun kembali pada tahun 1601. Sejak saat itu, Jongmyo tak pernah lagi terusik secara signifikan.

Mr. Queen
Stempel kerajaan yang muncul di episode terakhir drama Mr Queen (철인왕후라는 사극 드라마 마지막 화에 나온 옥새)

Meskipun Korea Selatan bukan lagi negara monarki, baik bangunan maupun ritual leluhur untuk para mendiang raja masih dilaksanakan secara rutin di Jongmyo. Hal inilah yang membuat kuil ini ditetapkan sebagai situs warisan dunia. Setiap minggu pertama di bulan Mei, upacara sembahyang leluhur tahunan akan diadakan di Jongmyo. Acara ini bernama Jongmyo Jerye (종묘제례/宗廟祭禮) atau disebut juga Jongmyo Daeje (종묘대제/宗廟大祭) dan diselenggarakan oleh Lee Royal Family Association – asosiasi dari klan Jeonju Lee, klan dari keluarga Yi yang berkuasa di era Joseon. Pada saat sembahyang leluhur, musik kerajaan bernama Jongmyo Jeryeak (종묘제례악/宗廟祭禮樂) juga akan dimainkan. Penggunaan musik ini dipercaya akan mengundang arwah para raja untuk turun kembali ke bumi dan menyaksikan pencapaian yang telah dilakukan anak-cucunya.

Jeongjeon
Jeongjeon (정전)

Nah, sayangnya, waktu Bakuy berkunjung tuh Main Hall Shrine-nya lagi direnovasi. Ini merupakan renovasi besar pertama yang terjadi di Jongmyo dalam 30 tahun. Berdasarkan papan informasi yang terpampang di sana, renovasi baru akan selesai bulan Mei 2024. Jadi, kalau teman-temankuy benar-benar pengen lihat Main Hall-nya tempat Jongmyo Jerye dilaksanakan, bisa datang setelah itu yak!

Jongmyo
Lokasi Jongmyo Jerye yang masih direnovasi (공사 중 종묘 제례 장소)

Oh iya, waktu Bakuy ke Jongmyo, ada kisah menarik. Pas Bakuy mau keluar, tiba-tiba ada ahjummadeul (아줌마들) yang manggil gitu haksaeng (학생/學生)! Wah, langsung noleh dong Bakuy berasa muda HAHA. Tersanjung bangeet dipanggil haksaeng (siswa) di Korea yang padahal orang-orangnya mukanya pada muda-muda semua! Bakuy aja jiper banget, ngerasa muka Bakuy boros di sana. Jadi pas dipanggil haksaeng itu bener sumringah. Ibarat dipanggil ‘cah bagus’ kalau di Jawa wkwk

Changyeopmun
Changyeopmun (창엽문/蒼葉門)

Ternyata ahjummadeul ini minta difotoin. Keknya mereka geng gitu, berempat jalan bareng tapi mau ada foto yang full team. Kebetulan Bakuy lewat, dipanggil deh. Yauda Bakuy jabanin aja. Lumayan kan bisa latihan bahasa Korea sedikit-sedikit hehe.

Gongmin-wang Shindang (공민왕 신당/恭愍王神堂)

Changdeok Palace (창덕궁/昌德宮)

Setelah puas mengitari Kuil Jongmyo, Bakuy pun beralih ke destinasi selanjutnya. Sebenarnya, destinasi selanjutnya itu mestinya Bukchon Hanok Village. Tapi, Bakuy gagal menemukannya. Bakuy muter-muter ngikutin Navermap tapi ga ketemu-ketemu. Trus tiba-tiba Bakuy lihat ada banyak orang jalan ke arah yang sama. Yauda deh, Bakuy ikutin sahaja. Makin lama, makin tampak kompleks bangunan tradisional Korea. Tadinya Bakuy kira itu Bukchon Hanok Village. Eh, ternyata malah Changdeok Palace. Wah, padahal Changdeok Palace harusnya Bakuy datengin keesokan harinya. Tapi karena sudah kadung di depan pintu gerbang, yauda lah Bakuy tukar sahaja jadwalnya.

Injeongjeon
Injeongmun to Injeongjeon (인정문으로 인정전/仁政門으로 仁政殿)

Sama seperti Gyeongbok Palace dan Jongmyo, tiket masuk Changdeok Palace juga masih digratiskan karena masih dalam periode liburan Seollal. Kalau hari biasa, tiket masuknya sebesar KRW 3000 untuk orang dewasa. Biaya ini akan digratiskan apabila teman-temankuy datang dengan mengenakan hanbok.

Injeongjeon
Interior Injeongjeon (인정전 내부)

Changdeok Palace berada di sebelah timur Gyeongbok. Sebenarnya, di dalam kompleks Changdeok Palace juga terdapat Changgyeong Palace. Keduanya merupakan bagian dari lima istana Joseon yang ada di Seoul. Akan tetapi, karena istana Changdeok lebih populer dan dikenal masyarakat, kerapkali Changgyeong Palace dianggap bagian dari Changdeok Palace. Di masa lalu, dua istana ini lebih dikenal dengan nama Istana Timur atau Donggweol (동궐/東闕).

Huijeongdang
Hwijeongdang (희정당/熙政堂)

Meskipun bukan istana termegah, Changdeok Palace merupakan istana favorit para penguasa Joseon. Hal ini dikarenakan keindahannya. Berbeda dengan Gyeongbok Palace yang berkesan sangat dominan dibandingkan topografi sekitarnya, Changdeok Palace memiliki kesan peleburan dengan alam. Siapapun yang mengunjungi Changdeok Palace akan langsung menyadarinya. Saat teman-temankuy mendatangi Gyeongbok Palace, yang akan teman-temankuy lihat adalah kompleks istana yang sedemikian rupa dibangun memang untuk istana itu sendiri. Maksudnya begini, ibarat tadinya di situ ada hutan, sungai, dan bentang alam lainnya, tau-tau ada istana yang menindih dan menutupi semua bentang alam yang ada di sana.

Yanghwadang
Yanghwadang (양화당/和堂養)

Sedangkan Changdeok Palace tidak demikian. Istana ini didesain menyatu dengan alam, bukan mendominasinya. Arsitektur serta tata letak istana ini dibuat menyesuaikan dengan bentang alam sekitarnya yang sejuk, rindang, dan berbukit. Tiap-tiap bangunan dibuat dengan hati-hati tanpa merusak harmoni dengan lingkungan di sekitarnya. Tak heran, bahkan orang-orang Korea sendiri menganggap kalau Changdeok Palace merupakan istana paling indah dibandingkan empat istana lainnya. Selain itu, tidak seperti Gyeongbok Palace, Changdeok Palace merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1997.

Changgyeonggung
Changgyeonggung (창경궁/昌慶宮)

Changdeok Palace mulai dibangun tahun 1405 dan merupakan istana kedua yang dibangun setelah Gyeongbok Palace. Titah pembangunan dikeluarkan oleh Raja Taejong yang memiliki nama asli Yi Bang-won. Sang raja melakukan hal ini karena ia enggan menempati Gyeongbok Palace. Sebab, situasi politik Joseon yang bergejolak pada saat itu memaksanya membunuh saudara tirinya sendiri di istana tersebut. Butuh waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan pembangunan Changdeok Palace.

Donginmun Changdeokgung
Donginmun (동인문/同仁門)

Istana yang cantik ini dibakar habis oleh Jepang saat Perang Imjin dan baru dibangun kembali tahun 1609 oleh Raja Seonjo dan Raja Gwanghaegun. Akan tetapi, istana ini kembali dibakar tahun 1623 saat Raja Injo mengudeta Gwanghaegun. Istana ini sempat pula dirusak oleh orang-orang Manchu dari Tiongkok. Akan tetapi, pengrusakan berkali-kali tersebut berhasil diperbaiki tanpa mengubah bentuk aslinya. Bahkan, Changdeok Palace sempat menjadi pusat pemerintahan Joseon hingga tahun 1868 ketika Gyeongbok Palace masih dibangun ulang.

Hwangyeongjeon
Hwangyeongjeon (환경전/歡慶殿)

Selama periode pendudukan Jepang, Changdeok Palace menjadi tidak terawat hingga kehilangan lebih dari 70% bangunan. Changdeok Palace menjadi saksi bisu kemalangan dinasti Yi yang pernah menguasai Korea selama lebih dari 500 tahun. Setelah Jepang menganeksasi Korea tahun 1910, keluarga kekaisaran terkurung di Changdeok Palace. Kaisar Sunjong, penguasa terakhir Joseon, wafat di istana ini pada tahun 1926.

Seonjeongjeon
Seonjeongjeon (선정전/宣政殿)

Kemerdekaan Korea tidak lantas mengembalikan kejayaan keluarga kerajaan. Rakyat Korea tidak lagi menginginkan sistem monarki yang dianggap korup dan lemah hingga membuat negara jatuh ke tangan Jepang. Akan tetapi, 500 tahun berkuasa sudah cukup membuat dinasti Yi memiliki ‘tempat khusus’ di hati orang Korea. Hal inilah yang membuat Syngman Rhee, presiden pertama Korea Selatan, melarang kembalinya keluarga kerajaan ke Korea. Ia tidak ingin kehadiran keluarga ini nantinya mengganggu kekuasaannya yang nyaris absolut.

Jinseonmun
Jinseonmun (진선문/進善門)

Hanya setelah Syngman Rhee mundurlah keluarga kerajaan diizinkan kembali ke Korea dan menempati sebagian kecil Changdeok Palace. Beberapa di antaranya antara lain Putri Deokhye dan Putri Mahkota Bangja, Ratu Sunjeong (istri kedua Kaisar Sunjong), Putra Mahkota Yi Un dan putranya serta menantunya, Yi Gu dan Julia Mullock. Pun, izin tinggal mereka hanya berdasarkan belas kasihan dari pemerintahan republik. Changdeok Palace masih menjadi tempat tinggal dari sisa-sisa keluarga kerajaan hingga akhirnya semuanya punah pada tahun 1989.

Injeongjeon
Injeongjeon (인정전/仁政殿)

Kalau teman-temankuy menonton serial Netflix Kingdom, teman-temankuy pasti ingat kolam tempat Cho Hakjoo membuang jenazah orang-orang yang ia bunuh. Nah, kolam itu ada di kompleks Changdeok Palace ini. Namanya Changdeokgung Secret Garden/Changdeokgung Huwon (창덕궁 후원/昌德宮 後苑). Akan tetapi, untuk mengunjungi kolam ini tidak bisa sembarangan. Teman-temankuy harus ikut tur berpemandu yang disediakan pihak manajemen Changdeok Palace. Untuk pendaftaran turnya sendiri bisa dilakukan secara daring maupun luring. Turnya dibagi-bagi gitu ada jamnya. Teman-temankuy bisa cek sendiri di sini. Tapi sayangnya waktu itu Bakuy engga ikut karena uda kelewat jamnya huhu.

Yeongchunheon
Yeongchunheon (영춘헌/迎春軒)

Bakuy sangat menikmati kunjungan ke Changdeok Palace soalnya istana ini banyak dipakai sebagai latar di serial Kingdom itu. Seru aja kalo ngebayangin dulu di situ pernah terjadi wabah zombi gara-gara ratu yang keguguran dan mencoba mempertahankan tahta dengan mengeklaim bayi orang lain sebagai bayinya dengan mendiang raja – yang ironisnya juga sudah mati menjadi zombi! Gak heran, Bakuy jalan-jalan di istana ini cukup lama sampai istananya tutup hehe.

Myeongjeongmun
Myeongjeongmun (명정문/明政門)

Setelah puas jalan-jalan, Bakuy pun memutuskan untuk makan malam. Makan malam enak pertama Bakuy di Seoul adalah nakji bibimbap. Jadi, di Korea itu ada banyak sekali jenis bibimbap. Ada dolsot bibimbap yang disajikan dengan mangkuk tanah liat, ada Jeonju bibimbap yang pakai telur setengah matang, ada Andong bibimbap yang pakai kecap asin alih-alih gochujang, dan masih banyak lagi. Nah, nakji bibimbap ini sebenernya bibimbap biasa yang dikasih gurita tumis. Menurut Bakuy, ini jenis bibimbap yang Bakuy paling doyan. Sekaligus, mungkin ini juga yang paling cocok dengan lidah orang Indonesia. Jadi, kalau teman-temankuy ke Korea, jangan lupa cobain nakji bibimbap yak! Oh, btw ini Bakuy pesan yang paket sama dwaeji bulgogi dan makgeolli ya!

Honghwamun
Honghwamun (홍화문/弘化門)

Note : untuk teman-temankuy yang Muslim, kalau di ada tulisan dwaeji (돼지) jangan dipesan ya, karena itu artinya babi. Kalau teman-temankuy bisa baca Hangeul, sangat membantu karena jadi bisa membedakan dengan membaca. Tapi kalau tidak bisa, hafalkan sahaja bentuk Hangeul-nya dan cari menu yang tidak ada huruf itu. Penting juga untuk mengetahui makanan-makanan Korea karena beberapa makanan seperti jokbal itu tidak ada penanda dwaeji-nya. Maksudnya, engga ada gitu yang nulis ‘dwaeji jokbal’, karena uda jelas kalau jokbal itu ya kaki babi. Maka, sebelum pesan makanan, bisa cek ke google dulu yak!

Nakji bibimbap
Makan malam hari ini adalah nakji bibimbap, dwaeji bulgogi, dan makgeolli. Selamat makan! (오늘 저녁은 낙지 비빔밥, 돼지 불고기랑 막걸리! 잘 먹겠습니다!)

Seoul Day 3, 24 Januari 2023

Hari ketiga di Seoul, temperatur masih belum naik juga. Bahkan malah makin turun. Kalau kemarin temperaturnya masih -16°C, hari itu jadi -17°C. Bakuy cek berita dan agak waswas karena di beberapa daerah di Korea terjadi badai salju. Untungnya, Seoul masih aman. Selain udara dingin yang benar-benar menusuk, semuanya berjalan normal seperti biasanya. Notifikasi dari pemerintah hanya meminta supaya warga ingat mematikan air sebelum keluar rumah. Hal ini untuk mencegah pembekuan di saluran ledeng.


Destinasi pertama yang ingin Bakuy kunjungi di hari ketiga ini tadinya adalah War and Women’s Human Rights Museum. Museum ini relatif baru dan belum terlalu banyak orang tau. Bahkan orang lokal pun belum tentu tau akan adanya museum ini. Di instagram pun belum ada lokasinya. Sehingga mencari informasi tentang jadwal buka-tutup museum ini cukup sulit.

winter outfit
Outfit musim dingin (겨울 차림새)

Berbekal informasi yang Bakuy dapat dari internet, sambil berharap tidak ada perubahan jam operasional selama periode liburan Seollal, Bakuy pun memutuskan untuk mendatangi museum ini. Ternyata, perjalanannya menantang. Untuk sampai ke museum ini, stasiun terdekat adalah Stasiun Hongdae. Dari situ, mungkin sebetulnya ada bus yang mengarah ke dekat museum (pasti ada!), tapi karena Bakuy masih takut nyasar naik bus, jadi Bakuy pilih jalan kaki. Bakuy kira persiapan Bakuy sudah cukup untuk menghadapi suhu berminus-minus. Toh sehari sebelumnya juga Bakuy berhasil jalan-jalan di luar ruangan seharian. Tapi, ternyata hari itu berbeda.

winter outfit
Outfit lengkap (머리부터 발끝까지 차림새)

Angin hari itu bertiup lebih kencang sehingga udara dinginnya makin menyiksa. Di tengah udara dingin yang ekstrem, ternyata hidung kita akan lebih intens mengeluarkan cairan. Hal ini dikarenakan udara kering yang kita hirup membuat kelenjar memproduksi lebih banyak lendir untuk menjaga kelembaban hidung. Jadinya, masker lebih cepat basah.


Perjuangannya engga Cuma sampai di situ.


Seiring dengan makin jauhnya Bakuy berjalan, pandangan Bakuy makin kabur. Tentu itu disebabkan oleh embun dari udara yang Bakuy hembuskan. Karena lubang hidung tertutup oleh masker, udara pun mencari celah terdekat yakni sela-sela masker di bagian atas yang berdekatan dengan posisi kacamata. Udara hangat dari hidung tertabrak dengan udara dingin, jadilah pengembunan. Sayangnya, kalau di Indonesia, embun ini bisa langsung dilap. Di Korea saat musim dingin, tidak bisa. Hal ini dikarenakan embun tersebut membeku dengan sangat cepat! Yes, butiran embun membuat kacamata Bakuy beku!

frozen glasses
Kacamata yang membeku (얼은 안경)

Bakuy sempat kesulitan untuk melihat karena kacamata Bakuy benar-benar buram. Kalau Bakuy lap pakai tisu basah, titik-titik airnya tetap akan tertinggal dan membuka juga. Tapi kalau Bakuy lap dengan tisu biasa, justru tisunya jadi pada menempel di lensa dan kondisi jadi makin riweuh. Nah, saat inilah Bakuy sadar betul fungsinya lap kacamata haha.

Hongdae
Walaupun dingin minta ampun, Hongdae tetap ramai (아무리 추워도 홍대가 계속 바쁘다)

Setelah perjalanan yang cukup menguras tenaga, akhirnya Bakuy pun tiba di museum yang Bakuy tuju. Akan tetapi, kekhawatiran Bakuy ternyata menjadi kenyataan : museumnya tutup. Karena merupakan milik swasta, museum akan ditutup selama periode liburan Seollal dan baru akan dibuka setelah liburan selesai, yakni mulai 25 Januari 2023. Kesal, sih, tapi ya mau bagaimana lagi? Maka Bakuy pun harus jalan kaki balik lagi ke Stasiun Hongdae untuk beralih ke destinasi selanjutnya.


Deoksu Palace (덕수궁/德壽宮)

Destinasi selanjutnya masih termasuk dalam 5 istana Joseon di Seoul, yakni Deoksu Palace. Dibandingkan Gyeongbok dan Changdeok, Deoksu Palace bisa dibilang sebagai istana yang paling kecil dan paling tidak terkenal. Mulanya, istana ini hanya merupakan tempat tinggal bagi Pangeran Agung Wolsan, kakak dari Raja Seongjong. Istana ini baru berfungsi sebagai kediaman keluarga kerajaan ketika Perang Imjin berlangsung dan istana-istana yang lain diluluhlantakkan.

Junghwajeon
Junghwajeon (중화전/中和殿)

Raja pertama yang bertempat tinggal di istana ini adalah Raja Seonjo. Kemudian, namanya sempat diganti menjadi Gyeongun Palace di tahun 1611 oleh Raja Gwanghaegun. Setelah Changdeok Palace selesai dibangun kembali pada tahun 1618, istana ini kembali lagi berfungsi sebagai istana sampingan. Karena posisinya yang berada di sebelah barat Gyeongbok Palace, maka di era Joseon, istana ini disebut dengan Seogung yang berarti ‘Istana Barat’.

Gwangmyeongmun
Gwangmyeongmun (광명문/光明門)

Kalau teman-temankuy berkunjung ke istana ini, teman-temankuy akan langsung menyadari kalau istana ini memiliki desain dan tata letak yang lebih modern dibandingkan Gyeongbok dan Changdeok. Hal ini dikarenakan sejarahnya. Meskipun telah dibangun sejak abad ke-15, istana ini justru memiliki ikatan yang lebih kuat dengan dua penguasa terakhir Joseon – Raja Gojong dan Kaisar Sunjong – dibandingkan dengan raja-raja sebelumnya.

Daehanmun
Daehanmun (대한문/大漢門)

Adalah Raja Gojong yang memerintahkan untuk merenovasi Deoksu Palace pada tahaun 1896. Raja Gojong – saat itu telah bergelar kaisar – juga memutuskan untuk kembali lagi ke istana ini setelah mencari perlindungan yang sia-sia ke wilayah ekstra-teritorial Rusia pada tahun 1897. Sang raja pun menamainya kembali menjadi Gyeongungung seperti yang pernah dilakukan pendahulunya, Gwanghaegun.

Junghwajeon
Interior Junghwajeon (중화전 내부)

Setelah Kaisar Gojong turun tahta pada tahun 1907 di bawah tekanan Jepang, ia memutuskan untuk tetap tinggal di istana ini hingga akhir hayatnya. Sejak ia wafat itulah, istana ini kembali dinamai Deoksu yang berarti ‘kebajikan dan keabadian’.

Seogeodang
Seogeodang (서거당/昔御堂)

Selama masa pendudukan Jepang, sama seperti istana-istana lainnya, Deoksu Palace banyak mendapat kesewenang-wenangan oleh Jepang. Guna menekan sentimen nasionalisme rakyat Korea dan mendukung asimilasi dengan Jepang, Deoksu Palace tak lagi dianggap sakral oleh Pemerintah Kolonial Jepang. Istana tersebut dialihfungsikan menjadi taman publik. Tak hanya sampai di situ, Jepang juga megurangi luas wilayah istana menjadi hanya tinggal sepertiga dari luas aslinya. Mereka juga hanya menyisakan sepersepuluh bangunan. Sisanya diluluhlantakkan untuk membangun infrastruktur modern seperti sekolah dan gedung pemerintahan.

Deokhongjeon
Deokhongjeon (덕홍전/德弘殿)

Kompleks Deoksu Palace engga sebesar Gyeongbok dan Changdeok. Mungkin bisa dibilang ukurannya kecil banget untuk ukuran sebuah istana kerajaan. Wajar sih, soalnya memang ukurannya diperkecil sama Jepang sampek tinggal sepertiga aslinya.

Hamnyeongjeon
Hamnyeongjeon (함녕전/咸寧殿)

Selain kompleks Deoksu Palace yang asli, di sana juga ada bangunan-bangunan megah bergaya modern. Tadinya Bakuy engga tertarik untuk masuk, tapi karena di luar dingin banget dan baterai ponsel juga cepat sekali habisnya gara-gara suhu ekstrem, Bakuy pun memutuskan untuk masuk sebentar ke salah satu bangunan. Oh, ternyata itu gedung pameran karya-karya seni kontemporer. Nama artisnya Bakuy lupa siapa, tapi berhubung lagi Seollal, tiket masuknya gratis. Lumayan kan, hehe. Tapi ujung-ujungnya Bakuy tetap engga menikmati juga. Bakuy kurang suka seni-seni seperti lukisan dan ukiran modern. Jadinya Bakuy cuma duduk-duduk sahaja untuk menghangatkan diri.

Deoksugung
Tampak luar Hamnyeongjeon (외부로 보이는 함녕전)

Sehabis dari sana, Bakuy pindah lagi ke gedung yang satunya. Ternyata gedung yang satunya adalah museum tentang perjuangan Kaisar Gojong dan Kaisar Sunjong untuk memodernisasi Korea. Seperti yang sudah Bakuy bilang, Deoksu Palace memang punya ikatan yang lebih erat dengan dua raja tersebut dibandingkan dengan raja-raja sebelumnya. Sayangnya, museumnya kecil banget. Ga sebanding sama ukuran bangunannya yang segede gaban. Uda gitu penjelasannya hanya tersedia dalam bahasa Korea.

Deoksugung
Deoksugung (덕수궁/德壽宮)

Sebelum Bakuy lanjut ke destinasi selanjutnya, Bakuy cek ponsel dan betapa kagetnya Bakuy pas liat baterai ponsel sudah tinggal 20 persen. Padahal baru setengah hari dipakai, baterainya sudah sekosong ini. Waktu Bakuy baca-baca di internet, ternyata memang suhu ekstrem membuat baterai ponsel jadi lebih cepat habis. Baik ekstrem dingin maupun ekstrem panas, keduanya sama-sama buruk. Sialnya lagi, Bakuy bawa powerbank tapi engga bawa kabelnya dong elah! Jadinya Bakuy ga punya pilihan lain selain balik lagi ke hotel huffft.

ramyeon
Ramyeon (라면)

Tapi sebelum balik, Bakuy ketemu satu restoran kecil yang ga jauh dari Deoksu Palace. Satu menu yang menarik perhatian Bakuy adalah ramyeon. Dingin-dingin begini, kalau makan mie kuah pedas pasti enak dong. Jadi Bakuy pun memutuskan untuk mampir dan makan dulu di restoran itu. Bakuy ga terlalu ingat sih harga persisnya berapa, tapi seingat Bakuy engga lebih dari KRW 10,000 untuk paket ramyeon dan dwaeji bulgogi.


National Museum of Korean Contemporary History

Oke, setelah balik ke hotel sebentar dan mengisi daya baterai, Bakuy pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini destinasinya dekat dengan hotel Bakuy, yakni National Museum of Korean Contemporary History. Lokasinya berdekatan dengan Gyeongbok Palace dan Bukchon Hanok Village. Kalau teman-temankuy habis dari Gyeongbok Palace, jalan kaki ke museum ini juga bisa kok.

National Museum of Korean Contemporary History
Situasi politik Asia Timur di awal abad ke-20. Tiongkok menjadi sangat lemah sementara Jepang menjadi salah satu negara terkuat di dunia (20세기 초 동아시아의 정치 상황이다. 중국이 너무 약하게 됬는데 일본이 세계상 가장 강하는 나라 중의 한 게 됐다.)

Mungkin teman-temankuy akan ada yang nanya, ‘Kuy, kok mepet-mepet banget jalan-jalan ke museumnya? Engga bosen apa?’ Jawabannya : engga! Pertama, Bakuy memang penikmat sejarah. Bakuy selalu antusias setiapkali berkunjung ke museum. Apalagi kalau koleksi-koleksinya menarik. Kedua, Bakuy memang sengaja mengunjungi semua museum sebelum periode liburan Seollal berakhir. Soalnya kalau liburan Seollal sudah selesai, tiket masuknya sudah engga gratis lagi hehe

Korean currency
Uang kertas keluaran Bank of Joseon (조선은행권)

Jujur, tadinya Bakuy kira museum ini tutup. Soalnya kayak sepi banget gitu. Pas Bakuy uda mau ngebatalin, eh ada anak-anak lokal yang mau masuk juga. Mereka juga kelihatannya sempat bingung-bingung gitu, tapi mereka berhasil masuk dan gaada tanda-tanda diusir. Yauda deh, Bakuy ikutin mereka sahaja.

Ye Wanyong
Para pengkhianat yang bekerja sama dengan Jepang, termasuk Perdana Menteri Ye Wanyong (친일 협력자들, 이완용수상도 포함)

Sesuai namanya, museum ini menyimpan artefak-artefak serta informasi seputar sejarah Korea modern. Jadi, kalau teman-temankuy pengen tau sejarah Korea modern ya datangnya ke museum ini. Sejarah Korea modern itu bisa dibilang mulai abad ke-20, yaitu ketika dinasti Joseon mulai melemah dan pengaruh Jepang tengah berada di puncaknya.

Comfort women
Ianfu Memorial Hall (위안부 기념복도)

Museum ini terdiri dari empat lantai. Tiap-tiap lantai punya tema sendiri-sendiri, misalnya lantai satu itu museum anak-anak. Karena Bakuy lebih tertarik ke sejarah politik dan masyarakat Korea, Bakuy langsung ke lantai empat. Kalau teman-temankuy mau, teman-temankuy bisa eksplor juga lantai-lantai yang lain. Tapi karena Bakuy ada keterbatasan waktu (gara-gara harus ngecas ponsel dulu di hotel), jadinya Bakuy skip yang lain-lain.

division of Korea
Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah penyebab dari berdirinya 2 negara terpisah di Semenanjung Korea (미국과 소비에트 하는 바람에 한반도에 두 개 나라가 각각 있다)

Museum dibuka dengan situasi politik Joseon yang tidak menentu memasuki abad ke-20. Koleksi yang ada di museum ini antara lain diorama kehidupan masyarakat pada saat itu, potongan-potongan surat kabar, poster-poster, foto, surat-surat pribadi, dan lain sebagainya. Digambarkan dengan jelas betapa muaknya rakyat Korea terhadap Jepang pada saat itu.

Korean War
Sekitar 20 negara bertempur membela Korea Selatan dalam Perang Korea 1950-1953 (1950-53년 한국 전쟁에 20 개 나라정도 발을 벗고 대한민국 위해 나왔다)

Yang menarik dari museum ini adalah teman-temankuy bisa melihat dokumen-dokumen penting yang menjadi tonggak peristiwa bersejarah di masa lalu. Misalnya, dokumen Kesepakatan Jepang-Korea tahun 1876 atau kalau di Korea lebih dikenal dengan Kesepakatan Ganghwa 1876. Kesepakatan ini membuat Korea terbuka untuk perdagangan dengan Jepang. Di samping itu, Jepang juga memperoleh hak-hak istimewa seperti yang diterima bangsa Barat di Jepang pasca-kunjungan Komodor Perry tahun 1854. Kesepakatan ini juga mengakhiri status Korea sebagai protektorat Tiongkok.

Korea-Japan
Catatan sejarah hubungan diplomatik antara Joseon dengan Jepang (조일관계사료집)

Peristiwa lain yang juga dibahas di museum ini adalah peristiwa pembunuhan Ratu Myeongseong pada 8 Oktober 1895. Meskipun lokasi pembunuhan terjadi di Gyeongbok Palace, tidak ada bagian dari istana tersebut yang didedikasikan untuk sang ratu maupun hari kematiannya. Jika teman-temankuy ingin tahu kisah lengkapnya, teman-temankuy harus datang ke museum ini. Mereka punya banyak koleksi seperti potongan-potongan berita dan foto-foto sebelum, ketika, dan setelah pembunuhan sang ratu. Kematian Ratu Myeongseong menyulut kemarahan rakyat Korea yang yakin betul kalau Jepang berada di balik tragedi tersebut.

Japanese propaganda
Propaganda Jepang (일본 선전)

Ada juga peristiwa pembentukan Kekaisaran Korea tahun 1897. Yah, meskipun namanya terdengar keren, tapi pada hakikatnya negara baru ini hanyalah boneka Jepang. Kaisar Gojong, meskipun seorang kaisar, tidak punya kekuasaan apapun sebab kabinetnya dipenuhi oleh menteri-menteri pro-Jepang. Pendirian Kekaisaran Korea sendiri hanya merupakan upaya simbolis Jepang untuk menyeret keluar Korea dari lingkup pengaruh Tiongkok. Museum ini menyimpan dokumen-dokumen berupa bendera, seragam ketentaraan, naskah deklarasi pendirian, rekam surat-menyurat para tokoh politik, dan lain sebagainya.

History of South Korea
Korea Selatan pasca-Perang Korea (한국 전쟁 끝 후 대한민국)

Tentu saja naskah yang paling fenomenal adalah naskah Kesepakatan Aneksasi Jepang-Korea tahun 1910. Naskah ini adalah awal dari ambisi Jepang untuk mendominasi Asia, awal dari Perang Pasifik, sekaligus awal dari penderitaan bangsa Korea selama 35 tahun setelahnya. Isinya hanya dua ayat dan cukup sederhana : bahwa Kaisar Korea menyerahkan sepenuhnya kedaulatan atas seluruh wilayah Korea pada Kaisar Jepang, dan bahwa Kaisar Jepang menerima penyerahan tersebut. Naskah ini tersimpan rapi di salah satu etalase museum, ditandatangani oleh Perdana Menteri Korea pada saat itu, Ye Wanyong, dan Menteri Perang Jepang, Terauchi Masatake, serta distempel dan ditandatangani oleh raja terakhir Korea, Sunjong. Ye Wanyong, salah satu politikus paling pro-Jepang pada saat itu, hingga hari ini namanya menjadi sinonim untuk ‘pengkhianat’ di Korea Selatan. Bahkan setelah Korea memperoleh kemerdekaan, makam Ye digali kembali dan sisa-sisa jenazahnya dirusak dengan sangat parah.

Korean War Armistice Agreement
Kesepakatan Gencatan Senjata Perang Korea (정전협정)

Museum ini juga menceritakan kehidupan rakyat sipil Korea semasam pendudukan Jepang, gerakan perjuangan kemerdekaan, migrasi paksa oleh pemerintahan kolonial, wanita penghibur, dan lain sebagainya. Setelah segmen Perang Dunia II selesai, teman-temankuy akan disajikan rentetan sejarah Korea yang kehilangan juntrungan hingga akhirnya Perang Korea pecah tahun 1950.

early South Korean democracy
Demokrasi yang rapuh di Korea Selatan (취약했던 대하닌국의 민주주의)

Nah, museum ini juga tidak hanya membahas tentang Korea pada masa perang. Setelah Perang Korea selesai tahun 1953, Korea Selatan masuk ke dalam fase kemiskinan dan kediktatoran. Korea Selatan pada saat itu merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Bahkan lebih miskin daripada negara-negara Afrika yang belum memperoleh kemerdekaan. Pada masa itu, pemerintah Korea Selatan menerapkan berbagai peraturan anti-komunis yang justru malah berbalik fungsi menjadi alat untuk memelihara kekuasaan para diktator. Setelah Syngman Rhee mundur, kepemimpinan Korea Selatan selalu jatuh ke tangan militer.

Industrialisation
Industrialisasi di Korea Selatan (산업화)

Akan tetapi, kepemimpinan militer membawa stabilitas, dan stabilitas pada akhirnya membawa kemajuan ekonomi. Di tahun 1970 dan 1980’an, perekonomian Korea Selatan melesat. Program industrialisasi dan perekonomian berbasis ekspor yang dikejar pemerintahan militer ternyata sukses besar. Dalam sekejap perekonomian Korea Selatan menyalip seluruh negara Afrika, Korea Utara, Asia Tenggara, dan menjadi satu dari empat Macan Asia. Beberapa koleksi museum yang memuat informasi ini antara lain foto-foto, pakaian para buruh pabrik, piagam penghargaan dan beasiswa untuk murid berprestasi, produk-produk hasil industri, dan lain sebagainya.

Sewol Tragedy
Peringatan Tragedi Sewol (세월호 추모)

Kisah kejatuhan pemerintahan diktator yang dipimpin Chun Doohwan dan kemenangan Roh Taewoo sebagai presiden pertama yang dipilih secara demokratis juga dijelaskan dengan baik lengkap dengan bukti-bukti sejarah. Intinya, museum ini menyimpan segala yang berkaitan dengan sejarah modern Korea Selatan yang membentuk negara tersebut hingga seperti saat ini. Dan, walaupun tidak banyak dan sudah ketinggalan zaman, ada juga segmen khusus yang diperuntukkan untuk fenomena Hallyu (한류/韓流)atau Korean Wave!

South Korea in Vietnam War
Seorang ibu menangisi makam putranya yang meninggal dalam Perang Vietnam (베트남 전쟁에 전사한 아들 무덤에서 오열하는 어머니)

Bukchon Hanok Village (북촌한옥마을/北村韓屋마을)

Nah, destinasi selanjutnya masih di sekitaran situ, tapi jauh lebih populer di kalangan turis dari Indonesia, yaitu Bukchon Hanok Village. Walaupun Bukchon ini punya konsep yang mirip dengan Namsangol, tapi dua tempat ini punya akar sejarah yang berbeda ya, teman-temankuy!

Bukchon Hanok Village
Bukchon Hanok Village (북촌한옥마을)

Apabila Namsangol merupakan lokasi yang ‘sengaja dibuat’, maka Bukchon merupakan lokasi yang organik. Maksud Bakuy, Bukchon ini adalah daerah yang memang sudah ada sejak dahulu hingga hari ini, bukan satu lokasi yang sengaja dibuat untuk menarik wisatawan.

Bukchon
Bukchon dilihat dari bukit (언덕에서 봄)

Area yang teman-temankuy kenal dengan nama Bukchon saat ini sejatinya adalah gabungan dari lima lingkungan yaitu Wonseo-dong, Jae-dong, Gye-dong, Gahoe-dong, dan Insa-dong. Bukchon sendiri punya arti ‘desa utara’. Nama ini diambil dari posisi Bukchon yang berada di sebelah utara Cheonggyecheon. Nah, karena posisinya yang strategis banget, daerah Bukchon ini sejak dulu merupakan daerah elit. Hanya para aristokrat, bangsawan, dan pejabat pemerintah Joseon yang bisa punya tanah di sini. Bayangkan sahaja, lokasinya dekat banget cuy sama Gyeongbok Palace, Changdeok Palace, dan Jongmyo!

Bukchon
Gang di Bukchon (북촌에 있는 골목)

Karena sudah berdiri sejak 600 tahun yang lalu, rumah-rumah daerah ini masih banyak yang berarsitektur tradisional. Namanya hanok. Mungkin ada sekitar 900 rumah yang masih mempertahankan arsitektur ini. Pemerintah lokal dan Seoul Museum of History telah bekerja sama untuk menjaga kelestarian kebudayaan tradisional Korea yang ada di area ini.

blue sky
Langit biru (파란 하늘)

Akan tetapi, popularitas yang sangat besar membuat daerah ini kebanjiran banyak sekali turis setiap harinya. Bukan hanya turis-turis lokal, turis mancanegara pun turut memenuhi gang-gang sempit yang ada di sini. Bagi penyelenggara tur dari luar negeri, Bukchon merupakan pilihan destinasi yang bagus. Selain karena minat peserta tur yang tinggi akan destinasi ini, posisinya yang sangat dekat dengan tempat-tempat wisata lain tentu sahaja menghemat biaya transportasi. Akhirnya, terjadilah konflik antara warga dengan turis.

Taegukgi
Taegeukgi, bendera nasional Republik Korea (태극기)

Warga Bukchon yang tadinya menyambut kedatangan turis ke lingkungan mereka, kini menjadi terganggu. Beberapa hal yang mereka sering keluhkan antara lain kebisingan dan fotografi ilegal. Wajar sih, turis pasti maunya foto-foto. Sedangkan, seperti yang sudah Bakuy jelaskan sebelumnya, orang Korea itu sangat menjaga privasi. Bayangin sahaja kalau tiba-tiba ada segerombolan orang yang tiap hari foto-foto di depan rumah teman-temankuy. Pasti mengganggu, kan? Apalagi kalau gerak-gerik teman-temankuy jadi terbatas di rumah sendiri. Misal, jadi tidak bisa membuka jendela sembarangan, atau jadi harus bersusah payah saat mobil harus keluar garasi.

Bukchon Hanok Village
Salah satu sudut di Bukchon (북촌 구석)

Seiring dengan makin banyaknya keluhan yang muncul, makin banyak pula warga yang memutuskan untuk pindah dari Bukchon. Alasannya tentu sahaja karena mereka sudah tidak nyaman lagi tinggal di sana. Sehingga, niat pemerintah lokal yang tadinya ingin menjaga kelestarian Bukchon, justru menjadi bumerang karena jumlah warga Bukchon semakin menurun dari waktu ke waktu.

Hanok, arsitektur tradisional Korea (한옥)

Menurut Bakuy pribadi sih, Bukchon agak over-rated. Bukan berarti jelek, tapi engga yang spesial juga. Apalagi ya, Bukchon itu udah penuh banget sama turis-turis Tiongkok yang ngeselin. Kalau teman-temankuy punya lebih banyak waktu, Bakuy sarankan untuk jangan hanya terkunci pada Bukchon. Desa hanok itu ada banyak sekali di Korea. Bukchon terkenal hanya karena posisinya mudah dijangkau karena ada di pusat kota Seoul. Tapi, kalau teman-temankuy eksplor kota-kota lain di Korea, ada banyak sekali desa hanok yang engga kalah menarik. Misalnya di Jeonju. Desa hanok yang ada di Jeonju merupakan yang terbesar di Korea Selatan. Nanti akan ada sesinya di bawah yak!

Bukchon Hanok Village
Bukchon yang tenang karena belum banyak turis (관광객들 별로 안 와서 북촌이 이렇게 조용하다)

Note : di Bukchon, Bakuy sempat ketemu sama turis Tiongkok yang engga tau diri! Jadi ceritanya ada spot yang bagus nih, tapi si turis Tiongkok itu masih foto-foto. Yauda dong, Bakuy sama turis Thailand dan Korea antre deh tuh di belakang mereka. Pas mereka uda selesai, yauda dong giliran Bakuy ambil gambar. Bakuy juga ambil gambarnya bukan kayak mereka yang harus gonta-ganti pose. Bakuy cuma ambil gambar pemandangan doang. Eh, mereka dengan sesuka jidat langsung masuk ke spot yang lagi Bakuy foto dan lanjut foto-foto lagi. Bahkan tanpa bilang ‘sorry’ atau apa. Seolah-olah kita semua tu engga ada gitu. Wah, uda deh, kita semua langsung bubar. Males ngurusin orang-orang barbar. Pantes aja negara mereka dibenci hehe


Eits, tapi ini bukan berarti Bakuy hendak melarang. Teman-temankuy boleh kok berkunjung ke Bukchon. Tapi selalu ingat bahwa ini merupakan wilayah permukiman warga, sehingga kita harus selalu menjaga tata krama. Jangan mengotori sembarangan, jangan berisik, dan jangan memotret warga sekitar. Mengambil foto boleh, asalkan jangan yang terlalu invasif. Biasanya, Bakuy mengambil foto jalanannya, atau foto tempat-tempat publik seperti hostel atau restoran juga boleh. Intinya, berkunjung itu boleh dengan catatan tetap menjaga tata krama!

Bukchon Hanok Village
Bukchon tutup setiap pukul 5 sore hari Senin-Sabtu, dan tutup penuh di hari Minggu (북촌이 월~토 오후 5시 닫히고 일요일은 휴일)

Nah, habis pulang dari Bukchon, hari sudah mulai gelap. Otomatis perut kan jadi laper tuh kan. Yauda Bakuy mulai cari-cari makan malam lagi. Memang, biasanya kalau jalan-jalan tuh Bakuy makan enaknya pas makan malam. Kalau sarapan dan makan siang biasanya sekenanya sahaja, soalnya kan lagi sibuk eksplor destinasi wisata kan. Jadi ya makannya sedapatnya, kayak jajanan di convenience store. Nah, kalau makan malam kan luang tuh waktunya, jadi bisa dipakai untuk berburu makanan hehe.


Sebetulnya Bakuy uda nyaman banget sama nakji bibimbap. Bakuy tu orangnya sangat comfort food banget. Kurang suka nyoba-nyoba makanan baru. Kalau uda nyaman di satu makanan, biasanya susah untuk pindah ke lain mangkok hehe. Tapi berhubung Bakuy lagi di Korea dan Bakuy juga doyan sama makanan Korea, ya Bakuy beraniin sahaja buat eksplor menu-menu yang lain.

albap
Albap (알밥)

Makanan yang Bakuy santap sebagai menu makan malam hari itu adalah albap (알밥). Secara harfiah, albap ini artinya nasi telur. Kalau di Indonesia, telur yang dimaksud pasti telur ayam. Tapi kalau di Korea, telur ayam biasanya disebut gyeran (계란). Nah telur di makanan ini merujuk pada telur ikan terbang (flying fish roe) yang biasa teman-temankuy lihat di restoran-restoran sushi.


Walaupun penampilannya seperti bibimbap, tapi albap ini lebih kering karena engga pakai saus gochujang. Cara makannya juga sama kayak bibimbap gitu tinggal diaduk trus dilahap. Karena disajikan dengan ttukbaegi (mangkuk tanah liat), panas dari kompor lama hilangnya, sehingga di bagian bawah akan ada kerak-kerak nasi yang bahasa Korea-nya nurungji (누룽지). Rasanya sih enak. Gurih-gurih gitu dan teksturnya juga unik karena ada yang chewy dari nurungji. Tapi jujur, Bakuy lebih doyan sama nakji bibimbap karena ada sedikit kuahnya dari saus gochujang dan bumbu gurita tumis. Kalau albap ini menurut Bakuy sih terlalu kering, jadi agak seret gitu makannya.


Hmmm, tadinya Bakuy pengen bikin konsep artikel yang satu artikel untuk satu negara. Tapi ternyata perjalanan ke Korea ini Bakuy tulis dengan begitu detil dan lengkap sehingga artikelnya jadi kepenuhan kalau mau ditulis sekaligus hehe. Ini pun baru sampai hari ketiga, padahal Bakuy jalan-jalan di Korea selama dua minggu penuh!


Oleh sebab itu, Bakuy akhiri dulu artikelnya sampai di sini yak! Bagian keduanya akan segera Bakuy rilis, jadi mohon ditunggu ya teman-temankuy!

Comments


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page