top of page

Hong Kong : Gemerlap di Balik Sejarah Opium

  • Gambar penulis: Bakuyyyy
    Bakuyyyy
  • 15 Feb 2023
  • 14 menit membaca

Halo teman-temankuy!


Setelah sekian lama, akhirnya Bakuy bisa menulis artikel travel lagi. Meskipun pandemi COVID-19 bisa dibilang sudah berakhir, tapi karena satu dan lain hal, Bakuy tidak bisa sering jalan-jalan di tahun 2022 kemarin. Setelah menghabiskan sisa cuti dengan trip ke Iran bulan Mei 2022 lalu, sebetulnya Bakuy sudah menyiapkan trip ini sejak bulan September. Sayangnya, ada satu perkara yang memaksa Bakuy harus menunda perjalanan ke tahun 2023. Sedih? Pasti. Tapi ternyata selalu ada keindahan di balik rencana-rencana kita yang terpaksa berubah karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (ceilah).


Trip kali ini pun sebetulnya Bakuy ga berencana sendirian. Bakuy uda punya 2 orang travelmate yang tadinya mau bareng-bareng melakukan trip ini. Bahkan kita uda beli tiket barengan haha. Tapi, karena Bakuy terpaksa harus menunda, mereka jadinya berangkat duluan bulan September lalu, sedangkan Bakuy terpaksa harus solotraveling lagi huhu. Entah, mungkin memang Bakuy ditakdirkan untuk jadi solotraveler huhu padahal uda semangat karena ada yang fotoin... eh harus batal.


Tapi tapi tapi, Bakuy juga dapat kabar baik menjelang keberangkatan yakni : Hong Kong, Makau, dan Tiongkok daratan sudah membuka kembali perbatasan mereka untuk turis mancanegara wow! Itu berarti udah gaada lagi peraturan karantina bagi pelaku perjalanan internasional yang hendak memasuki wilayah mereka. Ini kabar bagus banget, soalnya Bakuy naik Cathay Pacific dan ada jadwal transit di Hong Kong selama 10 jam. Bayangin aja 10 jam sendirian transit di bandara. Mati gaya banget yagasi? Syukurlah, dengan adanya kebijakan ini, Bakuy jadi bisa keluar imigrasi dan balas dendam ke Hong Kong atas perjalanan yang menyedihkan 6 tahun lalu hehe.


Kenapa Hong Kong?

Gaada alasan haha. Bakuy ke Hong Kong sesederhana karena pesawatnya Bakuy transit lama di Hong Kong. Walaupun perjalanan tahun 2016 lalu gabisa dibilang sukses, tapi Bakuy uda paham kurang lebih Hong Kong itu isinya kayak apa : pusat bisnis dengan gedung-gedung pencakar langit serta hiburan yang diperuntukkan bagi mereka yang ingin menginginkan layanan eksklusif.


Daripada Hong Kong, sejujurnya Bakuy lebih tertarik ke Makau karena di sana ada Largo do Senado. Tapi karena 10 jam terlalu sempit untuk perjalanan Hong Kong-Makau, maka pilihan itu jadi mustahil. Yauda de Bakuy kudu puas memilih sedikit destinasi yang ada di Hong Kong sahaja.


Sejarah Hong Kong

Seperti biasa, yuk kita bahas-bahas lagi tentang sejarah. Ga seru dong, kalau datang ke sebuah negara tanpa mengetahui sejarahnya. Kan ga lucu kalau ga tahu alasan kenapa Hong Kong berbeda dengan Tiongkok daratan. Iya sih, jawabannya karena Hong Kong dulunya jajahan Inggris. Tapi kenapa kok bisa Hong Kong jadi jajahan Inggris? Nah, yuk mari kita bahas sama-sama yak!


Sejarah Hong Kong tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Tiongkok daratan, jadi kalau teman-temankuy pengen lebih komplit, sila baca dulu artikel perjalanan Bakuy ke Tiongkok di sini yak!


Hong Kong secara resmi disatukan ke dalam wilayah Tiongkok pertama kali pada 214 SM, yaitu pada masa Dinasti Qin, tapi sempat jatuh ke tangan Vietnam saat Qin jatuh lalu berhasil direbut kembali oleh Dinasti Han. Saat Dinasti Yuan yang dipimpin bangsa Mongol menaklukkan Tiongkok di abad ke-13, Hong Kong sempat menjadi ibukota Dinasti Song yang masih tersisa sebelum akhirnya sirna tahun 1279. Hong Kong masih berada dalam kekuasaan bangsa Tionghoa selama 5 abad setelahnya.


Pelabuhan feri Hong Kong-Macau/Zhuhai

Bangsa Eropa pertama yang berdagang di Hong Kong adalah Portugis tahun 1513 di bawah pimpinan Jorge Alvarez. Konflik bersenjata sempat terjadi antara Tiongkok dan Portugis, tapi akhirnya hubungan kedua negara diresmikan tahun 1549 dan Portugis mendapatkan hak sewa atas Makau tahun 1557.


Perdagangan di Hong Kong sempat mandek saat Dinasti Qing melarang perdagangan maritim. Bahkan, mereka mengosongkan wilayah Hong Kong hingga tahun 1684 ketika Kaisar Kangxi akhirnya memperbolehkan kembali perdagangan maritim. Pada saat itu, komoditas milik Tiongkok seperti teh, sutera, dan porselen sangat diminati di Eropa, tapi komoditas Eropa tak diminati oleh orang Tiongkok. Akibatnya, barang-barang Tiongkok hanya bisa dibeli dengan perak yang didapat dari jajahan mereka di Benua Amerika. Sayangnya, negara-negara jajahan ini mulai bergejolak menuntut kemerdekaan sehingga bangsa Eropa tak lagi dapat memproduksi perak yang diinginkan orang Tiongkok. Maka, untuk mengimbangi neraca perdagangan yang minus, Inggris mulai menjual opium dari India ke Tiongkok. Tentu sahaja, opium langsung laku keras. Dalam sekejap, orang-orang Tiongkok menjadi pecandu sementara bangsa Inggris memanen kekayaan. Oleh sebab itu, Kaisar Qing, Daoguang, pada tahun 1839 melarang perdagangan opium di Hong Kong.


Sabtu pagi yang cerah dengan laut Hong Kong yang biru

Atas titah Kaisar, Pemerintah Qing menghancurkan dan menjarah gudang-gudang opium milik Inggris, yang memicu Inggris melancarkan serangan dan dimulailah Perang Opium I. Tiongkok menyerah dengan cepat, kemudian berdasarkan Perjanjian Nanking tahun 1842, bersedia menyerahkan Pulau Hong Kong pada Inggris.


Pulau Hong Kong tadinya kurang berkembang akibat maraknya perampokan, penyakit, dan kebijakan Qing yang antagonis. Pulau itu mulai berkembang pada tahun 1850 saat Pemberontakan Taiping meletus di Tiongkok daratan dan memaksa banyak orang-orang kaya dan pekerja profesional mencari perlindungan Inggris di Hong Kong.


Admiralty Station

Hubungan yang tak harmonis sekali lagi berujung pada Perang Opium II tahun 1856-1860, di mana koalisi Inggris-Prancis menaklukkan tentara Qing. Bahkan, mereka berhasil merengsek masuk ke Beijing dan menjarah Istana Musim Panas Kaisar Tiongkok. Perang ini diakhiri dengan ditandatanganinya Konvensi Peking, di mana Dinasti Qing terpaksa menyerahkan Semenanjung Kowloon dan Stonecutters Island pada Inggris. Kemenangan Inggris membawa Hong Kong makin makmur karena para investor mulai mempercayai masa depan Hong Kong yang cerah. Terlebih, Inggris berhasil memperoleh tambahan wilayah di New Territories tahun 1898 melalui perjanjian sewa selama 99 tahun.


Mal Victoria Peak

Kemakmuran Hong Kong tersendat di bulan Desember 1941 ketika Jepang menyerbu wilayah tersebut bersamaan dengan serangan ke Pearl Harbor. Hong Kong pun jatuh ke tangan Jepang yang represif hingga Perang Dunia II usai pada tahun 1945.


Perekonomian Hong Kong berkembang pesat pasca-perang, terutama ketika Tiongkok daratan jatuh dalam perang sipil yang berakhir dengan kemenangan Partai Komunis pada tahun 1949. Saat itu, banyak sekali pekerja profesional serta pengusaha Tiongkok daratan yang beralih ke Hong Kong. Mereka inilah yang mengisi Hong Kong dengan keterampilan-keterampilan serta modal yang mereka bawa demi menghindari revolusi yang dicanangkan Mao Zedong. Alhasil, Hong Kong menjadi negara pertama yang melakukan industrialisasi dibandingkan Taiwan, Singapura, maupun Korea Selatan.


Kehidupan di bawah pemerintahan kolonial Inggris tidak selalu demokratis. Pada kenyataannya, Inggris menerapkan kebijakan yang represif di Hong Kong. Salah satunya dapat dilihat dari cara mereka menangani kerusuhan tahun 1967 di mana 51 warga yang pro-RRC dibunuh dan 802 orang lainnya luka-luka.


Jalur tram Victoria Peak

Nasib Hong Kong menjadi pertanyaan ketika batas waktu sewa 99 tahun atas New Territories semakin sempit. Meskipun sejatinya hanya New Territories sahaja yang perlu dikembalikan ke Tiongkok, sedangkan Pulau Hong Kong, Semenanjung Kowloon, dan Stonecutters Island bisa dibilang sudah jadi milik Inggris, tapi New Territories sendiri sudah mencakup 85 persen wilayah Hong Kong dan pemisahan keduanya sudah amat sangat mustahil. Maka, Inggris pun mulai gencar melakukan dialog dengan Tiongkok terkait isu Hong Kong. Pada tahun 1984, Inggris dan Tiongkok pun mengeluarkan deklarasi bersama bahwa Inggris akan menyerahkan kedaulatan Hong Kong pada Tiongkok dan Tiongkok bersedia untuk menjamin sistem politik dan ekonomi Hong Kong selama 50 tahun ke depan. Berdasarkan deklarasi ini, pada tanggal 1 Juli 1997, Hong Kong pun kembali ke tangan Tiongkok setelah 156 tahun berada di bawah kekuasaan Inggris. Untuk kali pertama dalam sejarah, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pun memasuki Hong Kong.


Salah satu sudut di Central Station

Setelah kembali ke pelukan tanah air, Hong Kong langsung diterpa krisis mulai dari Krisis Finansial Asia tahun 1997, epidemi flu burung, hingga SARS tahun 2003. Bukan hanya itu, Hong Kong juga berkali-kali jatuh ke dalam kekisruhan politik terutama terkait komitmen Beijing atas prinsip 'Satu Negara, Dua Sistem'. Keputusan Beijing untuk menerapkan pre-screening untuk kandidat pemimpin eksekutif Hong Kong memicu protes besar yang dikenal dengan nama Umbrella Revolution tahun 2014.


Bank BNI cabang Hong Kong

Semakin kuatnya pengaruh Tiongkok atas Hong Kong membuat sebagian orang di Barat mempertanyakan keistimewaan wilayah tersebut. Pun kaum muda Hong Kong yang melancarkan protes besar-besaran hingga ke titik vandalisme berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi masa depan Hong Kong. Namun, sebagian juga berpendapat bahwa apa yang dilakukan Tiongkok dan Pemerintah Hong Kong adalah sesuatu yang benar demi menjaga stabilitas dan persatuan antara Hong Kong dengan Tiongkok.


Drama Pra-Keberangkatan

Trip kali ini, lagi-lagi, terjadi sedikit drama terkait perkantoran. Bakuy sengaja pilih penerbangan hari Sabtu jam 12 malam supaya cutinya Bakuy engga kepotong perjalanan. Oleh sebab itu, di hari Jumat tanggal 20 Januari Bakuy masih masuk kantor dengan harapan tidak ada masalah aneh-aneh. Bakuy hanya mengerjakan tugas harian Bakuy sambil membantu pekerjaan teman Bakuy yang sedang cuti.


Tapi ternyata, hari itu tiba-tiba ada banyak masalah sehingga Bakuy baru bisa keluar kantor sekitar pukul 7 malam. Demi menghemat, Bakuy memutuskan untuk tetap naik transjakarta dan disambung naik KRL. Bakuy sempat harus mampir dulu di salah satu mal untuk beli gembok koper karena gemboknya hilang haha. Alhasil, Bakuy baru sampai rumah sekitar pukul 9 malam. Belum makan, belum mandi. Untung sahaja, Bakuy sudah selesai packing sehari sebelumnya.


Gerbong lama yang dimuseumkan di Victoria Peak

Setelah mandi, makan, dan sedikit finalisasi koper, akhirnya Bakuy pun berangkat ke bandara sekitara pukul 10 malam. Untunglah am-jam segitu jalanan sudah engga macet. Uda gitu, rumah Bakuy ada akses dekat dengan jalan tol baru yang langsung ke bandara. Agak mahal sih, tapi lebih baik bayar segitu daripada harus ketinggalan pesawat.


Kafe di Victoria Peak

Bakuy tiba di bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 10.45. Langsung deh lapor tiket dan masukin bagasi. Bakuy buru-buruin langsung ke imigrasi soalnya takut keduluan rombongan umrah yang banyak banget itu. Proses imigrasi lancar jaya. Cuman sat-set-sat-set, ditanya tujuan akhir ke mana, udah. Bakuy pun melenggang ke boarding gate dengan senyum cerah pertanda liburan dimulai!


Pesawat

Dalam trip kali ini, Bakuy naik Cathay Pacific. Kenapa Cathay? Soalnya itu yang paling murah hehe. Waktu itu Bakuy beli harganya sekitar IDR 5.9 jt PP untuk penerbangan bulan September, tapi karena Bakuy reskedul ke bulan Januari, Bakuy harus nombok lagi sekitar IDR 4.4 jt hiks.


Pesawat Cathay Pacific meninggalkan Jakarta

Untuk reviu pesawatnya sih standar sahaja, cuma Bakuy memang lebih nyaman naik maskapai Asia dibanding Timur Tengah dan Eropa. Gatau ya, Bakuy merasa keramahan orang Asia lebih bagus aja gitu ketimbang yang lain. Bahkan dibanding Qatar Airways, Bakuy tetep lebih suka Singapore Airlines, Thai Airways, dan Cathay Pacific. Oh iya, selain itu, makanannya juga lebih cocok ke lidah Bakuy yang sangat Asia ini hehe.


Kebahagiaan hakiki adalah ketika seat di sebelah ternyata kosong. Hurray!

Untuk perjalanan dari Jakarta ke Hong Kong, karena tengah malam, jadi penumpang cuma dikasih snack dan dessert sahaja. Lalu untuk perjalanan pulang dari Hong Kong ke Jakarta baru dikasih nasi karena penerbangannya masih kena jam makan malam. Perjalanan dari Jakarta ke Hong Kong adalah sekitar 5 jam dengan selisih 1 jam di mana Hong Kong lebih cepat 1 jam dibanding Jakarta. Jadi Bakuy terbang dari Jakarta jam 12 malam, sampai di Hong Kong jam 6 pagi, baru dilanjut penerbangan selanjutnya jam 4 sore.


Transit 10 jam cukup lah, buat eksplor Hong Kong yang ga gitu banyak ini.


Persyaratan Perjalanan

Berdasarkan informasi yang Bakuy baca di Hong Kong Tourism Board, semua pelancong yang datang ke Hong Kong wajib menyerahkan bukti tes rapid antigen (RAT) maksimal 24 jam sebelum keberangkatan, atau PCR maksimal 72 jam sebelum keberangkatan. Engga susah nyari tempat tes di Jakarta. Harganya juga uda murah-murah banget karena uda ga banyak yang tes. Bakuy ambil yang RAT aja, tes jam 8 pagi dan hasilnya uda dikirim 15 menit kemudian.


Setelah tes, jangan lupa isi formulir deklarasi kesehatan di sini ya.


Sabtu pagi di Hong Kong

Seinget Bakuy sih engga ada disuruh unggah hasil tes. Cuma ditanya aja apakah sudah melakukan tes COVID-19 atau belum. Karena Bakuy uda tes, jadi Bakuy jawab 'yes'. Tapi abis itu engga diminta hasilnya. Pun pas di imigrasi Hong Kong juga ga ditanyain. Jadi keknya ini sifatnya random checking aja. Kalau si abangnya lagi iseng, ya ditanyain. Kalau engga, ya yauda.


Itinerary Perjalanan

Begitu urusan imigrasi selesai, Bakuy pun langsung melenggang ke terminal kedatangan dengan cantik bak Cinderella. Bakuy engga perlu ngurus bagasi karena bagasinya langsung dibawa ke bandara tujuan akhir.


Sama seperti enam tahun lalu, Hong Kong saat itu sedang musim dingin. Suhunya mencapai 16 derajat waktu Bakuy datang. Kali ini, Bakuy sudah lebih siap. Bakuy datang dengan mantel musim dingin yang tahan hingga suhu minus, sarung tangan touch screen, dan sepatu bot tahan air. Bakuy juga sebetulnya uda bawa earmuff, tapi engga dipake di Hong Kong karena belum terlalu dingin. Yes, kali ini Bakuy engga kedinginan lagi kayak enam tahun lalu hoho.

Hong Kong di kala musim dingin. Suhu saat itu 16 derajat Celsius.

Hal pertama yang Bakuy cari adalah lokasi tes antigen. Lah, kenapa Bakuy perlu tes antigen lagi? Bukannya di Jakarta sudah?


Jadi, negara tujuan akhirnya Bakuy itu mewajibkan untuk pelancong yang datang dari Hong Kong untuk menyerahkan bukti tes rapid antigen (RAT) maksimal 24 jam sebelum keberangkatan, atau PCR maksimal 72 jam sebelum keberangkatan. Nah, Bakuy bisa aja sih bawa yang dari Jakarta, tapi takutnya engga diterima. Soalnya kan yang jadi masalah adalah Hong Kong, bukan Indonesia. Kalau Bakuy cuma bawa hasil tes dari Indonesia, bisa aja imigrasi negara sana menolak dengan alasan 'bisa aja Bakuy terinfeksi COVID di Hong Kong, bukan di Jakarta'. Soalnya waktu itu kekhawatirannya adalah karena Hong Kong dan Tiongkok daratan baru buka perbatasan, jadinya banyak pelancong mereka yang positif gitu pas random checking di bandara.


Perjalanan menggunakan airport express HKIA

Yauda kan daripada liburan batal di menit-menit terakhir, mending Bakuy cari aman aja dengan tes lagi di Hong Kong. Walaupun harus diakui, harus keluar biaya lagi huhu. Uda gitu tes di Hong Kong masih mahal karena masih banyak yang pake tesnya, ga kayak di Indonesia yang kasusnya uda landai.


Mengikuti petunjuk menuju Peak Tram

Ga jauh dari pintu kedatangan, nanti ada kaunter tes PCR/antigen namanya Prenetics. Untuk melakukan tes, harus reservasi dan bayar secara daring pakai kartu kredit atau debit. Pembayaran tunai tidak akan diterima. Untuk tes PCR harganya HKD 499, sedangkan antigen HKD 399. Mahal banget, kan!? Yang antigen aja kalau dirupiahin itu sekitar IDR 770k! Bandingin aja ama di Jakarta yang waktu itu uda cuma IDR 100k! Uda gitu si abangnya pas ngasi arahan langsung diarahin ke PCR eits eits, untung Bakuy cerdas. Langsung deh Bakuy batalin PCR-nya dan ambil yang antigen.


Mesin penjual tiket kereta dan isi saldo Octopus Card

Kalau uda reservasi, nanti akan muncul QR code. QR code ini tinggal dikasihin aja ke kaunternya biar mereka pindai, abis itu tinggal naik ke lantai 2 buat tes. Selebihnya gaada yang spesial sih. Ikutin aja arahan dari si abang-abangnya. Ga nyampe setengah jam, hasilnya dikirim lewat surel. Bakuy tinggal unduh aja, abis itu unggah ke situs punya negara tujuan Bakuy. Selesai! Setelah Bakuy dinyatakan negatif, Bakuy tinggal eksplor Hong Kong sambil nunggu penerbangan jam 4 sore! Cihuuyyy!


Octopus Card

Sebelum naik kereta bandara, Bakuy tarik ATM dulu di HSBC buat beli Octopus Card. Belinya bisa di kaunter yang ada pas di depan pintu masuk kereta yang ke arah Hong Kong Station dengan harga HKD 200, di mana HKD 50 ada refundable deposit dan HKD 150 adalah usable value. Dari bandara engga perlu tap in, nanti pas tap out langsung dipotong sekaligus tarifnya kalo ga salah HKD 110. Dari HKIA ke Hong Kong Station butuh waktu sekitar 30 menit sahaja.


Victoria Peak

Begitu sampai di Hong Kong Station, Bakuy langsung isi ulang Octopus Card soalnya pasti saldonya langsung terkuras banyak. Dari situ, Bakuy sempetin dulu beli sandwich ayam di 7-Eleven. Sayangnya, si abangnya engga punya microwave huhu. Maka Bakuy simpan dulu aja sandwich-nya sembari Bakuy cari-cari dulu makanan hangat. Eh, ketemu juga akhirnya Yoshinoya. Bakuy beli paket beef dan minum plus satu onsen tamago. Bakuy lupa harganya, kalo ga salah sih sekitar HKD 50. Mengenyangkan dan cocok di lidah. Pesannya harus lewat mesin gitu, trus bayarnya pake Octopus Card. Nanti dapat nomor antrean, tinggal awasi sahaja monitor di atas kaunter. Kalau nomornya teman-temankuy uda keluar, tinggal ambil sahaja.


Menu Yoshinoya dengan 2 butir onsen tamago

Setelah perut kenyang, maka Bakuy uda siap melanjutkan perjalanan. Tujuan utama uda pasti Victoria Peak soalnya ini ibarat destinasi wajib kalau ke Hong Kong. Karena Bakuy pengen naik tram ke Puncak, jadi Bakuy naik MTR dan turun di Admiralty Station. Setelah itu tinggal jalan kaki sedikit ke stasiun tram-nya. Waktu itu Hong Kong lagi musim dingin jadi Bakuy engga capek jalan kaki. Keringat juga cuma keluar sedikit. Uda gitu masi pagi banget jadi masih sepi juga jalanan.


Ornamen di pintu masuk stasiun tram

Begitu sampai di stasiun tram, tinggal bayar tiket yang uda termasuk tiket masuk ke observatorium Sky Terrace 428 yang paling tinggi itu yang sering dipakai orang buat foto-foto. Harga tiket sekali jalan HKD 122, tapi Bakuy beli yang PP jadinya HKD 148 bayar bisa pakai tunai maupun Octopus Card. Kalau beli one-way berarti cuma naiknya doang bisa pakai tram, turunnya harus jalan kaki atau naik bus.


Peron stasiun tram

Bakuy rekomendasi banget untuk naik tram karena tram Victoria Peak ini ikon utamanya Hong Kong. Sayang banget kalau ke Victoria Peak tapi engga naik tram-nya. Tram ini sudah beroperasi sejak zaman kolonial Inggris yaitu tahun 1888 dan merupakan tram kabel pertama di Asia. Sesuai namanya, cara kerja tram ini adalah dengan menggunakan kabel. Jadi keretanya kayak ditarik sama kabel gitu kurang lebih haha Bakuy kurang tau detilnya karena bukan anak teknik. Ga usah khawatir sama catatan keselamatannya kok, karena aman banget!


Interior tram yang menyerupai gereja

Tips yang penting banget : datanglah pagi-pagi! Untuk jadwal tram bisa dicek di sini. Kenapa penting untuk datang pagi-pagi? Waktu itu Bakuy naik yang tram jam 8 pagi dan masih sepi banget! Jadinya enak bisa pilih tempat duduk dengan leluasa di dalam tram uda gitu ga rebutan. Pas Bakuy balik lagi sekitar jam 11 siang, tau-tau uda rame banget turis-turis yang mau naik tram. Pastinya uda ga nyaman kalau tram-nya penuh sesak kayak gini, kan?


Suasana di dalam The Peak Tram

Setelah pindai QR code, teman-temankuy akan masuk ke area peron. Interior tram bener-bener klasik, warna coklat ala-ala kayu gitu supaya menambah kesan masa lalunya. Kalau menurut Bakuy, suasananya malah mirip kayak interior gereja. Posisi paling nyaman tentu saja di bagian depan. Soalnya pemandangannya lebih terbuka dan bisa langsung lihat lajur tramnya.


Jalan menuju Sky Terrace 428

Tram akan berhenti di semacam bangunan gitu yang seperti mal kecil. Langkah selanjutnya adalah naik ke puncak mal untuk menuju Sky Terrace 428. Ada banyak eskalator yang harus dinaikin, jadi sabar aja. Pokoknya naik terus sampai puncak dan jangan berhenti. Untuk masuk ke Sky Terrace 428, nanti tiketnya diperiksa lagi dan dipindai lagi. Voila, teman-temankuy sudah sampai di puncak tertinggi Hong Kong!


Pemandangan Hong Kong dari Sky Terrace 428

Selanjutnya apa yang bisa dilakukan? Yaa foto-foto sahaja haha. Katanya sih pemandangan di sini lebih cantik kalau malam soalnya lampu kelap-kelip Hong Kong akan terlihat lebih memikat. Tapi tetap sahaja sih, gedung-gedung itu ya kayak gitu. Mirip sama daerah SCBD di Jakarta, bedanya ini dilihat dari ketinggian. Ada teropong bagi yang tertarik coba. Harganya murah, kalau ga salah bisa pake uang koin. Tapi Bakuy waktu itu engga cobain.


Teropong yang bisa disewa dengan bayar uang koin HKD 5

Udara di puncak dingin banget karena anginnya kencang. Bakuy aja sampai harus hati-hati takut ponsel terbang ketiup angin haha. Sisi positifnya adalah pas itu observatoriumnya sepi banget! Bener-bener cuma ada Bakuy sama satu atau dua orang turis Kaukasian doang. Keluarga Tiongkok yang naik tram sama Bakuy kayaknya lebih tertarik eksplor mal-nya. Atau mungkin mereka masih makan dulu ya, gatau sih. Tapi yang jelas sampai Bakuy turun sekitar jam 10 gitu mereka masih belum tampak.


Alun-alun di Victoria Peak

Setelah puas eksplor Sky Terrace 428, Bakuy memutuskan untuk mengitari mal-nya sebentar. Ternyata bangunan itu bukan satu-satunya bangunan di situ, tapi juga ada semacam alun-alun yang ramai. Ada toko-toko, gerbong tram lama yang dipamerkan, dan jalanan besar untuk kendaraan serta rute hiking. Bakuy engga tertarik melakukan apapun juga sih, karena gamau keluar uang juga. Uda gitu, Bakuy solotraveler kan, jadinya ya engga gitu menarik karena itu lebih untuk wisata ramai-ramai. Kalau teman-temankuy tertarik, di situ juga ada Museum Madame Tussauds yang isinya patung-patung lilin orang terkenal. Tapi Bakuy sih engga tertarik ya. Menurut Bakuy mahal dan cuman patung lilin doang isinya. Jadi Bakuy memutuskan untuk turun lagi ke Admiralty naik tram.


Hong Kong-Macau Ferry Terminal

Setelah turun dari tram, Bakuy jalan kaki lagi menuju Admiralty Station, tapi kali ini lewat rute yang berbeda dari saat berangkatnya. Bakuy ambil jalan sedikit memutar lewat Hong Kong Park, dan nanti ke Admiralty Station lewat Pacific Place (bukan Pacific Place di SCBD yaa). Pada saat itu Hong Kong memang lagi liburan karena keesokan harinya Imlek. Jadi di mana-mana banyak banget ornamen-ornamen kelinci untuk menyambut tahun kelinci.


Hiasan kelinci di Hong Kong Park

Tadinya Bakuy berniat ke Causeway Bay trus naik Star Ferry dari Wan Chai Ferry Pier ke Tsim Sha Tsui buat ke Avenue of Stars, tapi Bakuy urung. Alasannya apa, ya...? Jujur Bakuy lupa banget alasannya apa hehe. Tapi sepertinya karena Bakuy mau reka ulang rute trip tahun 2016 lalu yang gagal haha. Jadi, daripada ke Avenue of Stars yang Bakuy juga engga tau ada apa di sana (Bakuy bukan penggemar film-film laga Kanton baik Bruce Lee, Jet Li, maupun Jackie Chan) mending Bakuy ziarah ke tempat-tempat yang lebih ada kenangan personal ceilah.


Boarding Gate untuk penumpang yang hendak menuju Makau/Zhuhai atau baru datang dari dua wilayah tersebut.

Maka Bakuy pun turun di Sheung Wan Station. Abis itu tinggal ikutin aja penunjuk arah ke Macau Ferry Terminal. Nanti teman-temankuy harus naik ke atas gitu kalau ga salah 2 eskalator, jalan dikit, sampai deh ke kaunter-kaunter penjual tiket feri. Di situ ada banyak pilihan bisa ke Makau atau Zhuhai (Tiongkok daratan). Jelas Bakuy engga bisa beli soalnya gaada waktu, tapi pas tu antreannya bener-bener ramai banget soalnya perbatasan memang baru dibuka. Banyak banget orang Hong Kong yang pengen jalan-jalan ke Makau.


Antrean ke Makau dan Zhuhai yang mengular

Apa yang Bakuy lakukan? Engga ada haha. Cuma foto-foto sahaja, mengenang apa yang terjadi 6 tahun lalu huhu. Bakuy inget banget cuman berbekal jaket seadanya, turun dari feri dan langsung kedinginan dan bukannya ke hotel malah ke bandara pengen pulang HAHA. Bakuy fotoin tuh boarding gate-nya. Bener-bener kejadian bodoh yang semoga engga terulang lagi.


Sekali-sekali leyeh-leyeh di tepi laut

Setelah dari situ, karena masih ada waktu, Bakuy pun memutuskan untuk jalan-jalan sedikit di sekitar terminal feri. Bakuy tergoda banget buat liat lautnya karena airnya bener-bener biru banget beda sama di Indonesia yang seringkali kelihatan coklat. Jadi Bakuy tinggal keluar, trus ikutin aja jalan sampai ketemu semacam jalur tepi pantai yang biasa dipakai warga lokal untuk jogging atau memancing. Di situ Bakuy uda tinggal jalan-jalan dikit atau duduk aja leyeh-leyeh menikmati udara segar sambil memandangi kapal-kapal yang berlalu-lalang.


Menikmati keindahan laut Hong Kong

Kembali ke HKIA

Iya, Bakuy leyeh-leyeh sampai sekitar jam 1 siang. Habis itu Bakuy harus balik lagi ke HKIA buat ngejar penerbangan lanjutan jam 4 sore. Mungkin ada yang bilang ini sayang banget karena Bakuy cuma ke 2 destinasi, tapi ya memang ini cuma perjalanan transit. Bakuy engga mau terlalu capek karena Hong Kong bukan destinasi utamanya Bakuy. Uda gitu Hong Kong masih naik kasus COVID-nya, jadi Bakuy masih harus waspada selama jalan-jalan di sana.


Stasiun airport express HKIA

Bakuy pun sampai di HKIA sekitar jam 2 siang. Setelah itu tinggal refund Octopus Card, antre pemeriksaan keamanan dan imigrasi, setelah itu keluar deh! Bakuy menyempatkan untuk beli makan siang dulu karena lapar. Bakuy lupa waktu itu masih ada sandwich di tas haha. Tapi gapapa, mumpung di Hong Kong, ya harus nyobain nasi ayam hainan gasih?


Nasi ayam hainan (sebenarnya Putien ada di Jakarta juga sih haha)

Syudah! Itu sahaja sih pengalaman Bakuy eksplor Hong Kong selama 10 jam transit. Sebetulnya, Bakuy sempat transit di Hong Kong juga waktu trip ke Tiongkok tahun 2019 lalu. Tapi kan waktu itu transitnya bentar banget, cuma 1-2 jam, jadinya gabisa ke mana-mana. Ini baru kali pertama yang bener-bener eksplor sampai ke luar.


Bakuy engga ada niat untuk balik lagi ke Hong Kong, sih, soalnya engga ada yang menarik untuk dieksplor. Kalaupun ada waktu, mungkin Bakuy akan skip Hong Kong dan langsung ke Makau sebelum lanjut ke kota-kota Tiongkok daratan kayak Guangzhou dan Shenzhen. Tapi untuk Hong Kong sendiri sih sepertinya sudah cukup puas sih bagi Bakuy.


Bye, Hong Kong! See you when I see you!

Comments


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page