top of page

Sri Lanka : Jodoh yang Dipaksakan

  • Bakuyyyy
  • 27 Agu 2019
  • 18 menit membaca

Diperbarui: 23 Jun 2020


Disclaimer Alert!

Post kali ini mungkin akan sedikit sekali dokumentasinya, sebab laptop abangnya Bakuy yang dipakai untuk nyimpan foto-foto sempat nge-hang jadi harus diformat ulang :( maafkan ya :(

Halo teman-temankuyyyy !

Kali ini Bakuy pengen bahas salah satu destinasi yang sebetulnya trip-nya udah dari lama. Kalau ga salah dari pertengahan Mei 2018. Hehehe, udah lama banget, ya? Maafkanlah motivasi menulis yang naik-turun ini :"

Jadi sebenarnya Bakuy engga pernah ada rencana ke Sri Lanka. Karena emang pada dasarnya Bakuy sama sekali engga tertarik dengan negara ini. Kenapa? Karena di seberangnya ada India, negara besar yang jauh lebih kaya sejarahnya dan lebih bisa dieksplor keindahannya. Apalagi gak lama kemudian India ngasih kebijakan e-visa gratis untuk pemegang paspor Indonesia. Wah, makin menggebu tuh semangat untuk ke sana! Bakuy bahkan udah nge-list kota-kota mana aja yang akan Bakuy sambangi pada trip Asia Selatan suatu hari nanti.

Sementara Sri Lanka... hmmm, Bakuy engga cukup berminat dengan negara ini. Kekayaan sejarahnya ga begitu melimpah, dan pariwisata negara ini belum sepopuler tetangganya, Maladewa. Walaupun ada satu fakta unik bahwa mayoritas penduduk Sri Lanka beragama Buddha (yang cukup kontras dengan India yang mayoritas Hindu), tapi tetap saja Sri Lanka itu... kurang menarik. Tuh bayangkan. Bakuy yang suka banget sama destinasi-destinasi anti-mainstream aja bingung lho mau apa ke Sri Lanka :")

Jadi... kenapa ke Sri Lanka?

Perjalanan Bakuy ke Sri Lanka itu ibarat jodoh yang dipaksakan (ceilaah!) hahahaha tapi beneran, lho!

Jadi trip Mei 2018 ini diikuti oleh 3 travelmate baru, yaitu Wakuyyyy - yang tak lain adalah abangnya Bakuyyyy - dan Adit, teman sekantornya Wakuyyyy. Destinasi awalnya adalah Lebanon dan Jordania. Nah, akibat informasi visa Lebanon yang simpang-siur dan sama sekali enggak jelas (bagi yang belum tau se-aneh apa peraturan visa Lebanon, silakan baca pengalaman Bakuy di sini), kita bertiga uda pede tuh visanya bakal di-approved. Jadi kita uda beli tiket AirAsia Jakarta-Kuala Lumpur, Saudia Kuala Lumpur-Beirut, Royal Jordanian Beirut-Amman, dan Oman Air Amman-Jakarta. Wow, pede banget yah! Tapi eh ternyata visa kita kena reject karena : pemegang paspor biasa Indonesia harus mendapatkan invitation dari warga Lebanon yang dibuat oleh notary public dan disetujui oleh suatu badan di Beirut yang namanya La Surete Generale! Dan ini berlaku bahkan untuk visa turis sekalipun!

Gila! Seumur-umur traveling, baru kali ini denger persyaratan yang ribetnya bukan main kayak gitu. Bahkan visa Jepang, Schengen, US, dan Australia aja engga seriweuh itu juga kaleeeee!

So, mau ga mau, trip ke Lebanon otomatis batal. tiket Kuala Lumpur-Beirut dan Beirut-Amman engga bisa dipakai. Untuk yang Beirut-Amman, bisa dengan mudah di-refund karena statusnya refundable dan pakai kartu kredit juga jadi ga susah. Nah, untuk yang rute Kuala Lumpur-Beirut ini yang agak menohok karena bayarnya pakai debit, jadi butuh proses yang panjaaaaanggg banget sampai akhirnya refund selesai. Udah gitu dengan potongan yang lumayan juga huhu.

Waktu peryama kali tau visa ditolak, rasanya semangat liburan udah runtuh. Wakuy dan Adit uda yang kayak kecewa banget. Tapi ya tetap harus move on, dong. Apapun yang terjadi, liburan harus tetap jalan!

Tapi pada saat itu Wakuy dan Adit jadi sempat agak paranoid. Adit yang takut ke negara-negara bervisa langsung bilang gimana kalau langsung beli tiket Jakarta-Amman aja, jadi biar ga perlu pusing-pusing urus visa lagi. Tapi siapa yang sanggup bayar, orang tiket one way Kuala Lumpur-Amman aja 8 jutaan huhu terkoyaklah rekening Bakuy. Wakuy malah lebih hopeless lagi. Dia sampek bilang gimana kalau ngebatalin trip ke Amman dan jalan-jalan aja di Malaysia.

NO! OF COURSE NO! Demi Chris Hemsworth berjambang tiga, ngapain jalan bertiga kalau cuman ke Malaysia doang???

Jadi Bakuy pun mulai menghela napas dan menggunakan salah satu jurus andalan Bakuy dalam mencari tiket pesawat : scanning with care. Buat teman-temankuy yang masih engga tau apa itu metode scanning with care, jadi Bakuy harus nentuin dulu nih tujuan akhirnya mau ke mana, lalu cari bandara-bandara yang sekiranya punya flight yang murah untuk menuju ke sana. Ini emang agak ribet, sehingga butuh riset dulu untuk tahu rahasia-rahasianya.

Nah, khusus untuk wilayah Timur Tengah, biasanya yang murah itu antara dari Malaysia atau dari negara-negara di Asia Selatan. Ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, tapi mungkin yang paling dominan adalah tingginya frekuensi penerbangan dari sana menuju ke Timur Tengah. Makin tinggi frekuensinya, maka makin murah tiketnya. Biasanya sih begitu. Kuala Lumpur ini merupakan hub favorit dari maskapai-maskapai Timur Tengah yang ingin merambah pasar ASEAN. Sementara itu, ada banyak tenaga kerja Asia Selatan seperti India dan Bangladesh yang bekerja di Timur Tengah. Oleh sebab itu, umumnya harga tiket pesawat dari daerah ini menuju Timur Tengah jadi lebih murah. Belum lagi kalau udah ada budget airline. Wah, bisa makin murah lagi cuy!

Setelah Bakuy mencari-cari dari Kuala Lumpur, Mumbai, New Delhi, Chennai, dll, akhirnya ketemu satu yang ramah visa bagi WNI dan ongkosnya murah banget : Colombo-Amman! Waktu itu tiket KUL-CMB kalo ga salah 500rb an, dan tiket CMB-AMM paling murah sekitar 2,6 juta. Lumayan banget kan? Apalagi kondisinya waktu itu lagi kepepet juga. Maka kita bertiga sepakatlah untuk mengganti Lebanon dengan Sri Lanka. Meski waktu itu juga masih ga punya ide juga ke Sri Lanka mau ngapain. Maka tiket KUL-CMB pun issued.

Nah, tapi Bakuy ada permintaan khusus untuk yang rute CMB-AMM. Yang paling murah itu 2,6 juta pakai Emirates, yang mana itu adalah maskapai Uni Emirat Arab. Waktu itu Bakuy belum tertarik ama negara ini. Gatau kenapa, ya engga sreg aja. Jadi Bakuy scroll lagi ke bawah dan ketemu Qatar Airways yang lebih mahal 400rb. Bakuy pun langsung memutar otak : wah, menarik nih. Apalagi pas itu kan Qatar lagi heboh-hebohnya diblokade Arab Saudi, kan? Gimana ya respon orang-orangnya akan blokade itu? Tenang, kah? Ribut, kah? Wah, bisa jadi menarik nih! Apalagi pas itu ada isu juga katanya Arab Saudi mau bikin parit di sepanjang perbatasannya sama Qatar, sehingga Qatar yang awalnya semenanjung itu berubah jadi pulau. Wow, kita bisa jadi orang-orang terakhir yang mendatangi Qatar waktu masih dalam bentuk semenanjung, dong?

Maka Bakuy pun propose ide ini ke Wakuy dan Adit. Dengan segala macam racun cuci otak yang Bakuy miliki, mereka pun akhirnya setuju! Kami memilih pesawat dengan jadwal transit paling lama di Doha (sengaja biar bisa keliling Doha dulu hehe). Dan voila, rute kami pun berubah jadi AirAsia Jakarta-Kuala Lumpur, AirAsia Kuala Lumpur-Colombo, Qatar Airways Colombo-Doha-Amman, dan terakhir Oman Air Amman-Jakarta.

Fiuhh, panjang ya ceritanya? Memang begitulah lika-liku pencarian tiket yang kerapkali Bakuy alami. Ini enggak mudah guys, seriusan. Tapi dengan waktu dan dana yang terbatas, tentunya kita ingin mengunjungi negara lain sebanyak-banyaknya kan?

Sejarah Sri Lanka

Bakuy bener-benar baru mempelajari sedikit dalam tentang Sri Lanka ya gara-gara trip kali ini. Mau ga mau, untuk memperoleh pengalaman maksimal dari mengunjungi suatu negara, kita harus memulai dari mempelajari sejarah negara tersebut. Sehingga kita bisa menentukan mana tempat-tempat unik (yang hanya ada di negara itu) yang wajib dimasukin ke bucketlist.

Walaupun luas wilayahnya relatif kecil dan bentuk pulaunya menyerupai tetesan air mata, bukan berarti negara ini menyedihkan, teman-temankuy. Sri Lanka punya catatan sejarah yang sangat panjang dan terdokumentasi dengan cukup baik oleh negara tetangganya, India. Misalnya, dalam epos Ramayana, dikisahkan bahwa iblis bernama Rahwana berkuasa di sebuah kerajaan yang terletak di selatan India - dan kerajaan itu bernama Lanka (yang dipercaya adalah Sri Lanka). Dalam kisah Ramayana di mana Dewi Shinta diculik oleh Rahwana, Rama berusaha menyelamatkan istrinya itu meski harus menyeberangi lautan. Nah, laut yang diseberangi Rama itu dipercaya adalah Selat Palk yang memisahkan Sri Lanka dengan India. Berlanjut lagi dalam kisah Ramayana, pada saat hendak menyeberangi lautan, Rama dibantu oleh Hanuman dan pasukan keranya yang membangun Jembatan Situbanda. Meskipun kisah ini terdengar seperti kisah dongeng belaka, tapi percaya atau tidak, terdapat rangkaian batu kapur yang menghubungkan Pulau Pamban di Tamil Nadu, India, dengan Pulau Mannar, Sri Lanka. Ahli geologi berpendapat bahwa susunan batuan yang dikenal dengan nama Adam's Bridge atau Rama's Bridge ini adalah bukti bahwa dulunya terdapat jalur darat yang menghubungkan Sri Lanka dengan daratan India. Apakah jembatan ini yang menginspirasi kisah Ramayana? Atau memang pasukan Hanuman yang membuatnya? Entahlah. Hanya para leluhur yang tahu.

Yuk kita lanjut lagi. Agama Buddha pertama kali masuk Sri Lanka pada abad ke-250 SM, yaitu ketika seorang bikkhu bersama dengan putra Raja Ashoka dari Maurya (India) menyambangi Sri Lanka untuk menyebarkan ajaran Buddha. Ajaran ini rupanya diterima dengan baik oleh para penguasa Sri Lanka, yang kemudian menyebar dengan begitu cepat ke seluruh penjuru negeri. Jadi, salah satu alasan mengapa agama Buddha dapat diterima baik adalah karena agama tersebut tidak disebarkan melalui kekerasan, melainkan lewat pendekatan kerohanian. Bahkan, orang-orang Sri Lanka pun mulai menyebarkan agama ini ke Asia Tenggara.

Sejarah modern Sri Lanka bermula di tahun 1505, yaitu ditandai oleh adanya kontak dengan seorang penjelajah Portugis, Lourenco de Almeida. Orang-orang Portugis kemudian membangun benteng di Colombo dan - seperti kebiasaan bangsa-bangsa Eropa pada masa itu - mulai berusaha menaklukkan seluruh negeri. Akibat tekanan yang terus-menerus dari Portugis, para penguasa lokal sampai harus memindahkan ibukota mereka ke Kandy yang terletak di tengah-tengah pulau. Mereka lalu membuat kesepakatan dengan bangsa Belanda untuk mengusir Portugis keluar dari Sri Lanka. Pada akhirnya, Belanda pun menang. Portugis tersingkir. Tapi lagi-lagi orang Sri Lanka harus menerima kenyataan bahwa mereka kembali dikhianati oleh sekutu mereka sendiri.

Kekuasaan Belanda di Sri Lanka berlangsung dari tahun 1656 hingga 1796, yaitu ketika Inggris mengambil alih Sri Lanka (yang mereka sebut dengan nama Ceylon) karena takut Belanda yang saat itu dikuasai Napoleon akan menjadi ancaman bagi dominasi Inggris atas India. Sri Vikrama Rajasinha merupakan raja terakhir Sri Lanka yang terpaksa mengungsi ke India ketika kerajaannya benar-benar jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1815. Berbagai cara dilakukan oleh sang raja untuk memulihkan kedaulatannya, tapi ia tak sanggup melawan dominasi Kekaisaran Inggris yang pada saat itu tengah berada di masa-masa puncak kejayaan. Maka, sejak saat itulah, monarki Sri Lanka berakhir untuk selamanya.

Sri Lanka akhirnya berhasil memperoleh kemerdekaan pada 4 Februari 1948. Namun, sebagaimana halnya negara-negara eks-jajahan lain di Asia, kemerdekaan Sri Lanka disambut oleh ketidakstabilan politik dan kekacauan. Bayangkan saja, orang-orang yang sudah ratusan tahun terbiasa dikendalikan oleh bangsa asing, tahu-tahu mendapat kebebasan yang begitu luasnya yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Faksi-faksi pun mulai bertikai, pemberontakan komunis meletus, dan lahirlah kelompok separatis Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) yang menginginkan wilayah utara dan timur Sri Lanka diperuntakkan bagi orang-orang etnis Tamil. Yupz, di Sri Lanka terdapat dua etnis yang dominan yakni Sinhala (orang asli Sri Lanka) dan Tamil (orang yang berasal dari India selatan). LTTE lahir akibat kecemasan para elite Tamil yang tak ingin menjadi masyarakat kelas dua di Sri Lanka.

Bicara tentang LTTE, rupanya kelompok separatis ini lumayan terkenal mengerikan. Mama-nya Bakuy aja tau tentang kekejaman LTTE. Kelompok ini suka melakukan aksi-aksi teror yang bertujuan untuk melemahkan Pemerintah Sri Lanka. Dan yang makin membuat miris, keberadaan LTTE justru menimbulkan kecurigaan orang-orang etnis Sinhala terhadap mereka yang beretnis Tamil yang akhirnya memicu kerusuhan rasial tahun 1983. Konflik antara Pemerintah dengan LTTE berlangsung selama kurang lebih 26 tahun. Pada tahun 2009, pemerintahan Presiden Mahinda Rajapaksa akhirnya berhasil menghancurkan LTTE. Adapun pemimpin LTTE, Velupillai Prabhakaran, terbunuh dalam pertempuran. Maka, Sri Lanka pun kini memasuki masa damai setelah konflik berdarah yang menewaskan 60 ribu hingga 100 ribu jiwa.

Kondisi Sri Lanka pasca-tsunami 2004

Oh iya, satu fakta menarik lagi tentang Sri Lanka adalah negara ini merupakan negara kedua setelah Indonesia yang mengalami kerusakan paling parah akibat bencana tsunami tahun 2004. Diperkirakan 35 ribu rakyat Sri Lanka tewas pada bencana nahas tersebut. Jadi, jika teman-temankuy bercerita tentang bencana ini pada orang Sri Lanka, mereka pasti akan langsung familiar sebab negara mereka turut merasakan dampak dari bencana tersebut.

Wah, panjang juga ya sejarahnya? Emang! Ini aja udah Bakuy ringkas yang seringkas-ringkasnya, lho! Jadi kalau mau mendalami lebih jauh, yuk langsung aja kita kunjungin negaranya!

Drama Pra-Perjalanan

Seakan tiada hentinya drama menghantui perjalanan Bakuy, yang kali ini pun tak luput darinya. Jadi seperti yang sudah Bakuy jelaskan sebelumnya, rute perjalanan Bakuy adalah dari Jakarta ke Kuala Lumpur dan baru setelah itu ke Colombo. Di Kuala Lumpur, kami bertiga punya waktu sekitar 5 jam untuk dihabiskan. Daripada diam doang di bandara, lebih baik jalan-jalan ke kota, dong? Apalagi itu pengalaman pertama Adit dan Wakuy jalan-jalan ke luar negeri. Otomatis rasa keingintahuannya tinggi banget.

Pertama, kita beli tiket bus yang menuju ke KL Sentral. Untuk informasi lebih detil tentang Kuala Lumpur, bisa dibaca di tulisan ini. Nah, ternyata jalannya agak macet nih. Udah agak sorean, kita baru nyampe ke KL Sentral. Awalnya mau jalan ke Batu Caves, tapi karena lapar, kita putusin buat makan nasi lemak dulu tuh. Bakuy yang stok ringgit-nya terbatas bahkan sempat nukar baht sisa trip ke Thailand dengan ringgit.

Begitu uda selesai makan dan siap lanjut trip, kok kayaknya uda sore. Jam udah menunjukkan pukul 5, sedangkan penerbangan ke Colombo jam 8.30. Kita bertiga ragu-ragu takut ketinggalan pesawat. Setelah berdiskusi yang cukup alot, akhirnya kami memutuskan untuk langsung aja ke bandara supaya engga ketinggalan pesawat ke Colombo. Ternyata oh ternyata teman-temankuy, keputusan ini sangat tepat! Perjalanannya macet banget parah sampai dua jam! Anehnya, selama di bus, Bakuy engga tampak resah karena Kuala Lumpur jam 6 dan 7 sore itu matahari masih kelihatan! Baru ketika turun dari bus kok udah gelap, Bakuy kira baru jam 6, ternyata udah hampir jam 8! Gila dong! Padahal check-in aja belum!

Langsung aja kita lari-lari ke kaunter check-in. Mana pas itu koper ditaruh di penitipan, lagi. Karena ngambil koper pasti diminta paspor, kita engga bisa bagi tugas. Jadilah kita lari-lari ke kaunter AirAsia jurusan Colombo. Untungnya lagi (atau udah?) sepi. Kita tanya masih bisa check-in atau engga. Awalnya dia nanya mana barang-barang kita, karena kalau bagasi jelas uda engga bisa. Untungnya kita semua engga pakai bagasi. Oke, setelah check-in selesai, baru deh kita lari ke penitipan bagasi. Aduh gila, itu trip paling rush selama ini, sih. Fixed!

Apakah drama cuma sampai di situ teman-temankuyyyy? Oh, belum! Engga ada badai engga ada banjir, tiba-tiba ada petugas AirAsia yang nimbangin berat cabin luggage. Bakuy sejujurnya uda waswas banget, mengingat sebelumnya AirAsia engga pernah seketat ini perihal bagasi kabin. Asalkan ukurannya uda sesuai, ya gaakan dipermasalahin. Dan kecemasan Bakuy ini terjadi. Semua bagasi kita overweighted. Sehingga kita harus mengeluarkan barang-barang dari koper supaya memenuhi ambang batas huhuhu.

Wakuy terpaksa mengeluarkan stok air putih yang sengaja udah disiapin dari Indonesia. Bakuy terpaksa ngeluarin jaket tebal (karena Bakuy tau di gurun pasti cuacanya dingin banget kalau malam) dan langsung Bakuy pakai. Dan Adit... kayaknya dia engga seribet itu deh. Soalnya kalau ga salah dia tuh overweighted-nya engga parah. Jadi masih acceptable, lah.

Kendati demikian, ternyata bagasi Bakuy dan Wakuy masih overweighted juga meski cuma sedikit. Cuman Adit yang diperbolehin masuk departure karena overweight-nya engga sampai 1 kilogram. Wakuy pas itu udah nyaris putus asa, tapi Bakuy engga. Senjata terakhir sekaligus jurus andalan traveler di saat-saat kepepet pun akhirnya Bakuy kerahkan : membujuk petugas dengan wajah memelas supaya diizinkan berangkat HAHAHA.


Seriusan ini manjur banget! Karena sebetulnya petugas juga manusia. Ya Bakuy tau sih, batas ukuran dan berat bagasi kabin itu ditentukan sedemikian rupa untuk keselamatan penumpang sendiri. Tapi adakalanya kita bisa membuat toleransi antar-sesama umat manusia HAHAHAHA. Tak tega dengan muka Bakuy yang memelas, petugas itu pun akhirnya mengalah dengan catatan agar tidak terjadi hal yang sama kali lain. Siap bos! Maka kami pun lanjut berlari menuju imigrasi, lalu lari lagi ke gate. Pokoknya hari itu diisi dengan berlari, berlari, dan berlari!

Note : satu kejadian menarik lagi adalah ketika penumpang sudah diizinkan boarding dan mulai memasuki garbarata. Eh, satu per satu diberhentikan oleh dua orang petugas berwajah Asia Selatan. Dengan tampang garang, mereka meminta print out e-visa yang sudah dicetak dan juga paspor, lalu menerawangnya menggunakan alat kecil seperti Detektif Kindaichi. Untung di sini engga ada drama lagi :") Kali aja mereka takut paspor dan e-visa nya palsu hasil obralan di Tanahabang hehe

Tiba di Colombo

Bandara Colombo namanya Bandaranaike International Airport yang biasa disingkat CMB, diambil dari nama kota yang dilayaninya, yaitu Colombo. Bandara ini adalah satu-satunya bandara internasional di Sri Lanka. Btw, 'Bandaranaike' itu bukan artinya 'bandara', ya? Bandaranaike itu nama salah satu mantan perdana menteri Sri Lanka, Solomon West Ridgeway Dias Bandaranaike. Bakuy juga awalnya sempat salah ngira dengan nama yang cukup tricky ini hehe.

Bandaranya kecil dan engga gitu modern. Bahkan masih ada kios telepon ala ala jaman dulu yang entah masih berfungsi atau tidak. WiFi sih kenceng-kenceng aja. Imigrasi juga engga ribet. Engga ada pertanyaan sama sekali. Kayaknya si petugas imigrasi uda percaya ama hasil terawangan petugas di Kuala Lumpur. Pindai, pindai, pindai, cap, cap, cap, beres deh! Dapat izin stay 30 hari di Sri Lanka.

Entah masih trauma dengan konflik atau emang negaranya paranoid, Bakuy melihat banyak banget petugas keamanan berseliweran bersama anjing di bandara. Ekspresinya jutek banget khas polisi-polisi Asia Selatan. Untung aja Bakuy engga harus berurusan sama mereka.

Setelah menukarkan USD kami dengan Sri Lankan Rupee, mulanya kami berniat langsung naik taksi aja menuju penginapan. Tapi kami tergoda oleh bujuk rayu salah satu kios SIM Card yang menjual paket internet. Seusai beli SIM Card, lagi-lagi kami terlena oleh buaian travel agent yang menawarkan jasa supir selama perjalanan kami di Sri Lanka. Setelah diskusi beberapa menit, terutama mempertimbangkan fakta bahwa transportasi publik amat sangat kurang di Sri Lanka, akhirnya kami setuju menyewa driver selama 1.5 hari dengan harga 30 ribu rupee. Supir kami bernama Erangga Buddhika, seorang Kristen Sinhala yang di mobilnya selalu disetel lagu-lagu liturgi yang entah kenapa malah kelihatan seperti konser Rhoma Irama ketimbang siaran rohani :")

Note : karena bosan dengan musik-musik Sri Lanka yang menurut Bakuy malah bikin kepala pening, Bakuy kun meminta akses bluetooth karena Erangga pengen nyobain musik-musik Indonesia. Ya udah deh Bakuy setel aja playlist andalan Bakuy : makan nih, HiVi! HAHAHAHA. Awalnya Bakuy kira Erangga akan suka mengingat alunan musik HiVi kan lebih modern dan easy-going. Tapi ternyata biasa aja. Yah, rupanya selera musik tiap negara itu beda-beda.

Dambulla Cave Temple

Berangkat sekitar pukul 5 pagi, kita bertiga langsung menuju Dambulla Cave Temple. Bakuy engga tau juga sih ini tempat apa. Tapi dari namanya terdengar menarik. Mungkin kuilnya ada di dalam gua. Entahlah. Mengingat Sri Lanka bukan tujuan utama, jadi Bakuy juga engga riset banyak-banyak.

Perjalanan dari Colombo ke Dambulla sekitar 3 jam. Oh iya, pada saat ini pula kita bertiga menyadari bahwa menyewa supir merupakan keputusan yang sangat tepat. Soalnya hari itu Sri Lanka lagi perayaan tahun baru lokal gitu. Jadi banyak toko-toko, restoran, dan kendaraan umum yang engga beroperasi terutama yang antarkota. Wah, untung ada Erangga. Kalau engga, ya kita dua hari cuman mingkem aja di Colombo :x

Suasana di dekat Dambulla Cave Temple

Berhenti sekali untuk sarapan. Makanannya engga enak. Bayangin aja makan nasi ketan disiram kuah kari india. Si Erangga dengan pedenya nanya 'do you like it?' dan seandainya kita ini setabah Rambo pasti akan langsung bilang 'menurut ngana?' hehehe. Tetapi karena kami ini anak-anak Asia yang mengerti sopan santun, maka kami hanya mengiyakan sambil menyimpan penderitaan.

Pose dulu di depan patung Buddha

Kami tiba di Dambulla Cave Temple sekitar pukul 10 pagi dan belum banyak turis yang datang. Sepi banget. Kami bayar tiket masuk kalau engga salah 1500 rupee/orang. Baru deh diperbolehkan masuk. Menurut Bakuy, tempat ini biasa banget, sih. Bahkan lebih bagus Candi Borobudur dan Prambanan deh, asli. Di sini tuh bener-bener cuma naik ke puncak, ada batu-batu Sang Buddha, trus udah. Ada, sih, kuil yang lebih ke dalam lagi. Tapi kok ya harus bayar hehe. Mengingat kita mau menghemat karena Sri Lanka bukan tujuan utama, maka kita cuman mutar-mutar aja di situ kayak anak ilang.

Foto dengan satwa endemik

Setelah diperhatikan lebih jauh, kami menyadari bahwa di Sri Lanka ini ada banyak banget tebing-tebing dan batu dalam ukuran besar. Jadi batunya saking gedenya itu bisa tinggi menjulang bagaikan bukit. Trus udaranya panas. Aduh, mirip banget kayak Indonesia, lah. Kalau orang-orang Sri Lanka berparas Asia Selatan itu engga nongol, Bakuy bahkan bisa mengira kalau itu kayak lagi di Yogya hehe. Sumpah, mirip banget kayak Indonesia. Arsitekturnya juga ya mirip rumah-rumah di Indonesia. Semua mirip! Cuman aksaranya doang yang beda, karena selain menggunakan abjad Latin, mereka juga menggunakan abjad Sinhala dan Tamil.

Wakuy berpose

Udah gitu doang perjalanan ke Dambulla. Saking engga berkesannya, Bakuy sampai engga gitu inget di sana ngapain aja. Kalau teman-temankuy ke Sri Lanka, kayaknya kuil ini bisa diskip aja deh. Sepertinya Kandy lebih menarik. Tapi Bakuy engga ke sana. Soalnya waktunya terbatas, dan rutenya engga memungkinkan kalau ke Kandy sekaligus Sigiriya, apalagi Bakuy uda pesan hotel di Colombo. Jadi ya... yauda deh.

Sigiriya

Nah, beda ama Dambulla Cave Temple, Sigiriya ini sangat berkesan bagi Bakuy. Situs Warisan Dunia UNESCO ini dulunya adalah ibukota Kerajaan Anuradhapura yang pernah berkuasa di Sri Lanka. Dibangun pada masa pemerintahan Raja Kashyapa I (477-495 M), Sigiriya yang secara harfiah berarti 'Batu Singa' sekaligus dijuluki 'Benteng di Atas Langit' merupakan salah satu mahakarya arsitektur yang patut dikunjungi.

Pose di depan ukiran kaki singa yang fenomenal (maaf muka yang kacau karena capek)

Tiket masuknya kalau engga salah USD 35 per orang, bisa bayar pakai rupee atau dolar. Kalau teman-temankuy masih punya banyak rupee, mending bayar pake rupee. Soalnya rupee Sri Lanka itu engga laku di luar negeri. Jadi mending dihabiskan sahaja mumpung masih ada yang mau nerima hehe.

Perjalanan berliku menuju puncak Sigiriya

Setelah itu kita masuk ke dalam museum yang menceritakan sejarah dan arsitektur Sigiriya. Sejauh ini masih biasa aja karena atraksi utamanya belum dimulai. Kemudian baru deh kita menuju ke Sigiriya-nya. Jadi kompleks Sigiriya itu luas dan panas banget. Teman-temankuy disarankan untuk bawa minum yang cukup biar kuat mendaki sampai puncak. Sebab, Sigiriya itu dibangun di atas batu.


Iya, batu.


Sebelumnya Bakuy uda bilang kan kalau di Sri Lanka itu banyak banget batu berukuran besar yang sampai menyerupai bukit? Nah, bayangin di pucuk batu yang gede banget itu dibangun kota. Nah, itulah Sigiriya. Yang paling ikonik dari Sigiriya sebenarnya adalah ukiran dua kaki singa yang menjadi dasar bagi nama situs ini. Namun, dua ukiran kaki itu bukanlah puncaknya. Terus naik sampai ke atas, dan lihatlah reruntuhan kota yang mirip banget sama reruntuhan-reruntuhan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur. Dari sana, ambil gambar dan nikmati ketinggian yang tak semua orang sanggup capai ini.

Puncak Sigiriya

Note : di antara kami bertiga, cuma Bakuy yang sanggup naik sampai puncak. Ya gimana, kan sayang uda bayar USD 35 malah engga dimaksimalin. Wakuy dan Adit cuma nunggu di bawah karena kecapekan. Mereka bahkan engga sampai ke ukiran dua kaki singa. Kan sayang banget! Jadi teman-temankuy, mumpung fisik masih muda dan mendukung, taklukkanlah dunia sejauh-jauhnya!

Batu Sigiriya dari kejauhan

Dengan selesainya trip hari ini, maka berakhir pula kontrak antara kami bertiga dengan Erangga. Setelah makan siang yang lagi-lagi rasanya engga tau juntrungan (kecuali ikan mujair goreng yang rasanya mengingatkan akan masakan rumahan), Erangga pun mengantarkan kami bertiga dengan selamat ke penginapan. Tidak lupa kami bertiga memberi uang tip sebesar... 1 persen.


Aduh, ini terjadi miskalkulasi sih sebenarnya. Jadi sebelumnya Erangga itu uda ngasi tau kalau orang Sri Lanka suka ngasih tip sebesar 10 persen dari harga servis. Yaa ini kan ibarat kode-kode gitulah biar dia juga dikasih tip (iya ga sih?). Makanya kita uda itung nih budget buat ngasih tip. Tapi kita bertiga ternyata lagi error. Kan 10 persen dari 30.000 rupee itu 3.000 rupee atau sekitar IDR 250 ribu, ya. Eh, kita malah kurang 0-nya satu jadi cuman ngasih 300 rupee atau sekitar IDR 30 ribu :( Maaf ya Erangga hiks hiks mana sadarnya setelah turun dan say goodbye lagi :( mungkin inilah yang namanya bukan rezeki. Tapi ya rezeki di kita bertiga sih, HAHAHAHA.

Ini bener-bener enak! Keknya makanan terenak di Sri Lanka deh!

Note : dalam perjalanan pulang dari Sigiriya menuju Colombo, atas saran Erangga, kita sempat mampir di sebuah warung pinggir jalan yang menjual curd. Susu kerbau hasil fermentasi itu dikasih madu lalu dimakan. Sumpah, ini ENAK BANGET! Bener-bener oasis di tengah makanan Asia Selatan yang ga cocok di lidah Bakuy. Udah enak, murah pula! Bakuy lupa harga persisnya, yang pasti ini terjangkau banget! Bahkan Wakuy sampai beli madunya karena enak. Haha. Ini Bakuy kasih fotonya hasil cuplikan dari instastory. Maaf ya soalnya yang ada cuma ini gambarnya :(

Colombo

Hari kedua di Sri Lanka, kami bertiga memutuskan untuk private city tour di Colombo (maksudnya jalan-jalan sendiri aja gitu makanya 'private' hehe). Setelah sarapan ayam di KFC yang rasanya agak-agak beda dengan ayam di Indonesia, kami pun menggunakan aplikasi Pick Me yang ibaratnya semacam Gojek versi Sri Lanka, tapi bedanya di Pick Me ini juga tersedia opsi thukthuk, yaitu semacam bajaj khas Sri Lanka. Bakuy tau aplikasi ini dari teman Bakuy yang sebelumnya uda pernah ke Sri Lanka dan ini sangat membantu banget karena selain murah juga cepat. Apalagi mayoritas orang Sri Lanka itu fasih berbahasa Inggris. Jadi ya top markotop lah! Recommended! Cus lah unduh di Google Play untuk yang mau trip ke Sri Lanka!

Di dalam Majestic City Mall, Colombo

Destinasi pertama kami adalah National Museum of Colombo yang menyimpan artefak-artefak bersejarah yang umumnya lebih fokus pada kebudayaan Sri Lanka pra-penjajahan Eropa. Tiket masuknya 1200 rupee termasuk tiket ke National Museum of Natural History, tapi yang kedua ini engga gitu berkesan sih. Mirip-mirip ama Museum Biologi di Bandung. Setelah puas melihat-lihat sejarah, kami memutuskan untuk santai duduk-duduk di pantai Colombo yang namanya Galle Green Face. Di sana kita beli semacam gorengan seafood tapi engga dihabiskan soalnya keras banget kayak ngunyah kulit kerang ajaib. Eh lalu muncul food truck yang ngejual mie instan Malaysia, maggi. Kita beli itu dan wah, rasanya enak banget! Meski belum bisa bersaing dengan Indomie, paling engga ini cukup mengobati rasa rindu akan makanan lezat hehe. Setelah itu beli es krim, foto-foto sebentar, dan balik deh ke penginapan. Engga gitu banyak yang bisa dilakukan di Colombo, jadi kota ini cukup dinikmati satu hari aja. Kami cuma mengunjungi satu pusat perbelanjaan aja namanya Majestic City, yang sepi banget bahkan lebih sepi dan ga lebih bervariasi dari Plaza Blok M. Di situ kita cuma beli teh buat oleh-oleh aja.

Galle Green Face

Note : Colombo itu kota terbesar Sri Lanka, tapi dia bukan lagi ibukota negara tersebut. Ibukota Sri Lanka saat ini terletak di Sri Jayawardenepura Kotte, lebih ke selatan Colombo. Tapi tampaknya di situ juga engga banyak yang bisa dilihat. Orang-orang bilang wisata paling bagus di Sri Lanka itu adalah pantainya, tapi menurut Bakuy kalau pantai sih ya mending di Indonesia aja hahaha.

Stasiun Bambalapitiya, walaupun stasiunnya ga bagus. Uda gitu warna catnya mirip sama warna cat SMA-nya Bakuy

Oh iya, di Colombo itu ada rel kereta api yang lewat pas di tepi pantai gitu, teman-temankuy. Kalau teman-temankuy punya cukup waktu, mungkin bisa banget tuh naik kereta itu ke Mirissa, kota pantai yang kata teman satu dorm Bakuy seru banget. Di belakang Majestic City, ada stasiun kecil yang engga begitu bersih. Namanya Stasiun Bambalapitiya. Berdasarkan informasi yang Bakuy dapat, teman-temankuy bisa naik dari stasiun itu menuju Mirissa.

Bagaimana Menuju ke Airport?

Insiden Kuala Lumpur membuat kami bertiga rada-rada paranoid sehingga memutuskan untuk pergi ke bandara 5 jam sebelum keberangkatan hehe. Tapi mengingat transportasi publik Sri Lanka ini masih tertinggal banget, kita sempat bingung. Pengen naik taksi, mahal. Pick Me juga ga beda jauh harganya. Jadi satu-satunya pilihan adalah dengan gambling naik bus umum yang katanya mangkal di depan Stasiun Central-Fort. Jadi kita naik thukthuk sampai stasiun itu dan mulai deh nyari-nyari di mana busnya, yang ternyata mangkal di seberang stasiun. Nomor busnya 187 dengan harga 130 rupee/orang. Lumayan banget kaan daripada naik taksi?

Penampakan bus bandara

Note : Stasiun Central-Fort itu ramai banget! Hati-hati sama barang bawaan. Akan banyak calo yang mencari turis-turis kebingungan supaya bisa dirampok, jadi jangan gampang percaya sama orang lain kecuali staf resmi stasiun yang biasanya cuek banget dan engga ramah. Btw ini gambar busnya Bakuy ambil dari hasil cuplikan instastory. Maaf ya cuma ada ini dokumentasi yang tersisa hehe.

Penginapan

Bakuy menginap di Hangover Hostels Signature @ Colombo. Tempatnya nyaman, kok. Cuman ada turis dari Tiongkok yang kakinya bau banget plus orang Sri Lanka yang tidurnya cuman sempakan sambil ngorok kerassss bangettt sampai jam 11 siang. Lokernya Adit engga bisa dikunci, jadi dia harus nitip ke lokernya Wakuy.

Staf ramah dan disediakan permainan di ruang tengah misalnya jango dan UNO, jadi kalau bosen bisa main aja di situ. WiFi kencang. Kamar mandi agak sempit jadi susah gantung pakaian. Kalau tentang lokasi sih udah cucok banget sih dekat kota, gampang dijangkau, dan dekat pantai pula. Ya meski pantainya engga bagus-bagus amat, sih. Tapi lumayan kita bisa lihat kereta melintas di tepi pantai sambil menikmati matahari terbenam.

Kesimpulan

Nah, itu dia pengalaman Bakuy nge-trip ke Sri Lanka selama 2 hari. Kalau boleh jujur, sebenarnya ini destinasi yang paling hambar, sih. Karena emang pada dasarnya Bakuy engga ada rencana ke Sri Lanka dan ke situ pun cuma karena terpaksa. Tapi kalau ditanya balik 'kok engga langsung aja ke Qatar' ya karena jadwal tiket murahnya harus nunggu 2 hari duluuu hehe. Tapi ya sudahlah, hitung-hitung berarti Bakuy sudah pernah menginjakkan kaki di wilayah Asia Selatan.

Bagaimana dengan teman-temankuyyyy? Apakah ada yang pernah jalan-jalan ke Sri Lanka? Yuk share di bawah! ;)


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page