top of page

Visa Lebanon : Satu Negara yang Nyaris Mustahil

  • Bakuyyyy
  • 16 Des 2018
  • 9 menit membaca

Diperbarui: 20 Jun 2020


Kalau ada orang yang bilang kalau visa turis ke Amerika Serikat dan Australia itu luar biasa sulit, maka Bakuy bisa katakan kalau visa turis Lebanon adalah mission (almost) impossible!

Memang benar persyaratan visa untuk ke negara-negara maju itu lebih banyak, detil, dan butuh pembuktian kekuatan finansial yang mumpuni. Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Jepang, dan Selandia Baru paham betul kalau ada banyak sekali orang yang ingin datang ke negara mereka. Tapi sebagian besar tidak ingin kembali ke negaranya dan malah bekerja ilegal di sana. Sehingga mereka harus menyaring orang-orang tersebut melalui prosedur visa yang kompleks. Kendati demikian, semua persyaratan yang diminta pihak konsuler merupakan dokumen yang lumrah, yang siapapun bisa mendapatkannya selama mereka memang punya 'itikad baik dan tidak berencana mencari perkara dengan imigrasi.

Namun, percayalah, tingkat kesulitan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kalau teman-temankuy pergi ke negara yang jarang sekali dikunjungi oleh wisatawan Indonesia. Teman-temankuy akan dimintai persyaratan yang aneh-aneh yang bahkan teman-temankuy sendiri tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya (atau bahkan dokumen itu benar-benar ada atau hanya mengada-ada), sehingga mengunjungi negara tersebut menjadi hampir mustahil.

Dan salah satu negara yang menyulitkan persyaratan visa itu adalah Republik Lebanon, negara di Timur Tengah yang selalu tertimpa musibah berganti-ganti. Negara yang sudah banyak sekali dibantu oleh Indonesia tetapi warga negara Indonesia tidak diberi kemudahan sedikitpun untuk mengunjungi negara mereka.

Pengen tau cerita Bakuy dalam mengurus visa Lebanon? Terus ikuti artikel ini, yak!

Persyaratan Visa Turis ke Lebanon

Berdasarkan informasi yang dipasang di situs resmi Kedutaan Besar Lebanon di Jakarta, ada delapan dokumen yang harus diserahkan untuk mendapatkan visa turis ke Lebanon. Dokumen-dokumen itu antara lain :

1. Invitation from Lebanese citizen or company with a phone number and address

2. 1-month statement of applicant's bank account

3. Occupation certificate

4. Place of stay (hotel, phone number included)

5. Copy of passport, valid 6 months after the return date

6. Tentative ticket reservation

7. One photo 4 x 6 in colour

8. Visa application form

Untuk persyaratan nomor 2 sampai dengan 8 merupakan persyaratan standar yang bisa didapatkan dengan mudah. Namun, fokus Bakuy ada pada persyaratan nomor 1 - yang ternyata adalah dokumen paling menentukan apakah visa kita akan disetujui atau tidak.

Menurut Bakuy, ini persyaratan yang konyol. Jika seseorang memang mengunjungi sebuah negara untuk tujuan wisata, tentunya kecil kemungkinan dia punya kenalan atau apalagi saudara di negara tersebut yang bersedia memberikan mereka invitation letter. Bukankah justru lebih mencurigakan apabila seseorang yang tujuannya ingin wisata, malah punya kenalan yang mau membuatkan invitation? Bukankah ini seharusnya jadi concern petugas imigrasi? Tapi kenapa mereka malah mensyaratkan dokumen seperti ini kalau tujuannya memang ingin memastikan tujuan orang tersebut adalah memang untuk wisata dan akan kembali ke negara mereka setelah perjalanan berakhir?

Bakuy yang masih engga habis pikir dengan logika orang Lebanon ini akhirnya memutuskan untuk mengirim surel ke Kedutaan Lebanon di Jakarta (alamat surelnya pake gmail btw). Untuk berjaga-jaga, Bakuy menulis surel dalam bahasa Inggris kalau-kalau petugas konsulernya adalah orang asing.

Note : demi alasan confidentiality, catatan korespondensi tidak Bakuy publikasikan di sini, tetapi semua masih tersimpan di dalam surel pribadi Bakuy.

Tak berapa lama kemudian, balasan pun datang. Intinya, si pihak kedutaan ini ingin meluruskan informasi bahwa untuk turis, invitation letter tidak diperlukan.

Waw, seneng banget dong Bakuy. Maka Bakuy langsung beli tuh tiket Saudi Arabian Airlines KUL-BEY seharga 3.4 juta one way, lalu beli tiket BEY-AMM seharga 1.8 juta naik Royal Jordanian. Langsung deh angan-angan Bakuy akan Lebanon mencuat. Bakuy engga sabar lagi melihat salah satu negara tertua di dunia. Negara yang masyarakatnya termasuk paling awal memeluk agama Kristen. Bakuy pun terbuai oleh vlog-vlog turis Eropa dan Amerika yang terkesima dengan keindahan negara Lebanon. Pokoknya, Lebanon adalah negeri impian yang sudah sejak lama ingin Bakuy kunjungin. Bahkan Bakuy menjadikannya resolusi tahun 2018 bersama dengan Mesir. Namun, hati Bakuy lagi-lagi gundah ketika membaca artikel di Tripadvisor tentang persyaratan warga negara India yang hendak berkunjung ke Lebanon. Isinya kurang lebih begini :

Awalnya Bakuy berusaha berpikir positif. Mungkin itu hanya untuk warga negara India sahaja. Apalagi memang India kan negaranya kayak begitu. Orang-orangnya aja banyak yang kabur ke luar negeri jadi imigran gelap. Tapi lalu Bakuy baca-baca lagi dan ada juga keluhan dari pemegang paspor Afrika Selatan yang hendak berkunjung ke Lebanon. Situasinya bahkan lebih parah karena pihak Kedutaan Lebanon di Pretoria sampai engga mau memproses permohonan visanya.

Bakuy pun mulai resah, gundah gulana, risau takut visa ga dapet padahal tiket udah dibeli. Bakuy pun mengecek kebijakan visa Lebanon dan oh la la, ternyata Indonesia dimasukkan ke dalam daftar negara yang untuk memperoleh visa membutuhkan persetujuan dari sebuah instansi bernama General Directorate of General Security (La Surete Generale) di Beirut!

Wadduhhh, jadi untuk memastikan sekali lagi, maka Bakuy pun memutuskan untuk mengirim surel ke Kedutaan Lebanon sekali lagi. Bakuy nulis waktu itu cukup panjang. Pokoknya Bakuy menjelaskan semua prosedur yang Bakuy tau tentang pengurusan visa turis Lebanon ini, tentu saja berdasarkan pada pengalaman paspor-paspor India dan Afrika Selatan karena kedua paspor ini mendapatkan perlakuan yang sama dengan paspor Indonesia terkait persyaratan visa Lebanon. Tentu saja Bakuy mengharapkan adanya jawaban yang positif. Dan tak lama kemudian, surel Bakuy dibalas. Intinya sekali lagi sama : bahwa untuk tujuan kunjungan wisata, invitation letter tidak diperlukan. Bakuy tanya lagi apa dokumen-dokumen yang harus Bakuy serahkan untuk memperoleh visa, eh malah disuruh kontak seorang petugas konsuler kedutaan yang ternyata orang Indonesia.

Tapi... jreng jreng, si petugas konsuler yang orang Indonesia ini waktu Bakuy telepon, udah memperingatkan bahwa agak sulit mendapatkan visa turis Lebanon karena butuh invitation letter tersebut. Alamak! Jadi mana yang bener nih???

Bakuy jelaskan pada dia kalau Bakuy uda kirim surel sebelumnya ke pihak kedutaan dan dibilangnya untuk tujuan wisata, invitation letter engga butuh. Nah petugas konsulernya juga kayaknya jadi ragu, tapi dia meluruskan bahwa mungkin bisa, tetapi akan jauh lebih cepat dan mudah kalau ada invitation letter dari Lebanon.

BZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ....

Bakuy sih engga permasalahin cepat atau tidaknya karena masih 3 bulan lebih hingga tanggal keberangkatan, tapi masalahnya bener-bener bisa di-approved atau enggak???

Belum puas sampai di situ, Bakuy pun cari-cari lagi pengalaman WNI yang pernah traveling ke Lebanon. Ketemu satu, lalu Bakuy tanya tentang invitation letter ini. Dan lagi-lagi jawabannya bertolak belakang :

Makin bingung ga tuh? Sebenarnya ini yang benar yang manaaaaaa??? T.T

(FYI, si Bapak ini mengurus visa di Kedutaan Lebanon di Kuwait. Trus Bakuy pernah tanya seorang WNI yang jalan-jalan ke Lebanon, dan ternyata dia statusnya mahasiswa di Belanda dan apply visa Lebanon pun dari Kedutaan Lebanon di Belanda. Dari sini Bakuy mulai curiga jangan-jangan standar pemberian visa tiap-tiap kedutaan berbeda antara satu kedutaan dengan kedutaan lain).

Di tengah ketidakpastian sosial ini, Bakuy pun selama berhari-hari jadi galau. Makan engga semangat, tidur engga tenang, pup engga lancar (gadeng hehe). Bakuy kesel banget kenapa sih untuk jalan-jalan aja disusahin? Kenapa sih Lebanon ngasih peraturan visa diskriminatif banget buat WNI? Bukannya katanya Lebanon dan Indonesia itu sahabat? Kok sahabat perlakuin sahabatnya kayak begini?

Dan bisikan setan itu semakin santer ketika teman Bakuy yang ingin ziarah ke Israel di-approved visanya. Hmmm, ternyata visa Israel (yang ironisnya ga punya hubungan diplomatik dengan Indonesia) lebih mudah didapat. Jadi Israel lebih mau membuka diri kepada Indonesia dibandingkan Lebanon. Jadi, sebenarnya yang sahabat Indonesia itu Lebanon atau Israel, ya?

Oke lupakan.

Melihat teman Bakuy yang visanya di-approved itu apply lewat travel agent, maka Bakuy coba cari-cari travel agent Indonesia dan Lebanon yang kali aja bisa ngasih invitation. Travel agent Indonesia jelas engga ada. Jarang banget ada orang kaya di Indonesia yang mau berkunjung ke Lebanon. Yang mau ya pasti para backpacker macam Bakuy ini. Dan backpacker sudah pasti engga mau pakai travel agent. Jadi Bakuy cari-cari deh tuh travel agent di Lebanon dan Bakuy kirim surel sebanyak-banyaknya. Namun, balasannya kurang lebih sama.

Sebagai travel agent, mereka tidak bisa menyediakan invitation letter untuk tamu-tamu mereka.

Gila! Trus gimana dapetnya dong???

Bakuy pun memutar otak. Sempat terlintas bayangan visa Rusia yang visa support letter-nya bisa dibeli di travel agent atau dari hotel bintang 3 ke atas. Bakuy pun coba book hotel berbintang di Lebanon dan kirim surel minta mereka ngasih invitation letter. Ini Bakuy beneran berencana nginep di sana nih kalau seandainya mereka bisa ngasih invitation. Eh ternyata eh ternyata, pihak hotel pun tidak bisa menyediakan invitation...

Lah?? Trus gimana cara dapatnya? Yakali kan Bakuy kudu kenalan ama orang Lebanon dulu di facebook, trus minta dia bikinin invitation buat Bakuy??? Kalau misal teman-temankuy lagi main facebook trus tiba-tiba ada warga negara asing yang chat teman-temankuy dan tiba-tiba minta dibuatin invitation biar dapet visa, apakah teman-temankuy sebego itu untuk bersedia???

Bakuy cari-cari tahu lagi lebih dalam. Kali ini tentang La Surete Generale, instansi yang katanya ngasih approval buat kedutaan ngeluarin visa. Ternyata dia semacam instansi yang memang ngurusin terkait paspor dan visa. Jadi semacam bagian dari imigrasi Lebanon gitu, lah. Ternyata mereka punya aplikasi yang bisa diunduh. Yauda deh Bakuy unduh aplikasinya dan Bakuy pelajarin-pelajarin lagi. Ada seksi tentang visa juga. Bakuy baca satu-satu hingga akhirnya Bakuy ternganga baca aturan ini :

Oh, seburuk itukah mereka melihat Indonesia? Menurut Bakuy ini adalah perlakuan yang sangat diskriminatif dan tidak bersahabat. Bakuy juga jadi kesal sendiri sama Pemerintah Indonesia yang kesannya ngobral bebas visa gitu aja. Memangnya mereka engga riset dulu apa ya negara-negara mana aja yang layak buat dikasih bebas visa? Kenapa negara yang mempersulit visa warga negara Indonesia juga mendapatkan keistimewaan ini? Seberapa gede sih kontribusi turis Lebanon untuk pariwisata Indonesia?

Karena udah engga tau lagi harus ngapain dan waktu udah mepet, Bakuy pun memberanikan diri untuk apply aja. Bakuy hanya mengandalkan sticker visa dan cap-cap imigrasi yang udah cukup banyak di paspor Bakuy, trus rekening koran, tiket pesawat PP CGK-KUL-BEY-AMM-MCT-CGK, dan surat keterangan mahasiswa yang sudah Bakuy terjemahin ke dalam bahasa Inggris pakai jasa sworn translator. Pihak konsuler bilang akan mengurus permohonan Bakuy tapi tidak janji akan di-approved. Prosesnya kira-kira satu bulan atau bisa lebih lama karena tidak ada invitation.

Seminggu berlalu, belum ada kabar. Dua minggu berlalu, Bakuy telepon dan belum ada kabar. Tiga minggu berlalu. Bakuy telepon dan masih belum ada kabar. Hingga akhirnya di minggu keempat si pihak konsuler mengatakan bahwa permohonan visa ditolak dari Beirut.

Waktu Bakuy denger kabar kalau visa ditolak, Bakuy engga nangis dan engga terkejut. Bakuy uda mengantisipasi kemungkinan ini akan terjadi karena memang persentase lolosnya kecil banget. Tapi Bakuy sangat menyayangkan pihak Lebanon karena mensyaratkan dokumen yang sangat memberatkan ini untuk visa turis. Maksud Bakuy, dari mana kita bisa mendapatkan dokumen invitation tersebut? Daripada mensyaratkan dokumen yang hampir mustahil didapat seperti itu, kenapa tidak memberi travel ban aja ke warga negara Indonesia secara terang-terangan?

Lalu Bakuy mulai melihat-lihat track record WNI yang mau apply visa Lebanon. Hmmm, wajar sahaja. Umumnya cewek-cewek yang mau nikah dengan warga negara Lebanon tetapi engga tau gimana cara dapat visanya. Trus ada juga yang mau sekolah. Ada yang mau belajar ilmu agama. Jarang banget yang bener-bener murni mau traveling, melihat-lihat kota tua Sidon dan Tirus, mengunjungi biara kuno di Qozhaya, mempelajari tentang peninggalan Romawi di Baalbek, atau melihat-lihat sejarah konflik Hezbollah-Israel di Mleeta. Parahnya, banyak dari mereka yang sepertinya engga terlalu paham ama peraturan imigrasi! Untuk lebih lengkapnya, silahkan cek di salah satu blog family traveler di sini.

Gara-gara balada visa Lebanon ini, seluruh rangkaian trip yang uda Bakuy rencanakan sirna seketika. Bakuy bener-bener harus nyusun itinerary ulang dari yang awalnya Lebanon-Jordania atau Mesir-Lebanon jadi Sri Lanka-Qatar-Jordania, negara-negara yang memberikan fasilitas kemudahan visa untuk warga negara Indonesia.

Dan sejak saat itu, Bakuy selalu aktif merongrong Duta Besar RI di Lebanon dan KBRI Beirut agar melobi Pemerintah Lebanon supaya mempermudah persyaratan visa bagi pemegang paspor Indonesia (atau bahkan kalau bisa Visa on Arrival, seperti yang dinikmati warga Iran, Tiongkok, dan Malaysia). Hampir setiapkali mereka nge-tweet, Bakuy pasti komentar dengan ngingetin persyaratan visa turis Lebanon untuk WNI. Semoga dalam waktu dekat, Lebanon dapat memberikan kemudahan visa kepada warga negara Indonesia sebagaimana Indonesia memberikan bebas visa untuk warga negara mereka :(

P.S. : ada sebuah artikel dari (sepertinya) staf kedutaan Indonesia di Lebanon yang intinya mengatakan bahwa Lebanon merupakan sahabat Indonesia yang harus dikunjungi (oleh WNI). Lah gimana mau dikunjungin kalau visanya aja susah minta ampun? :( Kalau seandainya visanya mudah, pasti banyak kok WNI yang akan datang ke Lebanon seiring berjalannya waktu. Jordania, Qatar, Oman, dan Bahrain aja ngasih kemudahan visa buat WNI dan engga pernah ada masalah. Kalaupun ada, masih dalam batas wajar. Jadi, ini salah siapa?

Salah sebagian WNI yang ketika diberi kemudahan visa, malah overstay atau bahkan kerja ilegal! Atau malah kabur ke negara konflik buat ikut jihad yang sia-sia! Atau ikut jaringan terorisme global yang udah ga tahan pengen ena ena ama bidadari! >:(

Selain itu, Kemenlu dan KBRI Beirut juga harus aktif mendesak Pemerintah Lebanon agar melonggarkan kebijakan visa mereka yang tidak jelas dan sangat menyulitkan warga negara Indonesia. Paling tidak, buat persyaratannya ketat, tapi tetap masuk akal. Sehingga yang benar-benar dapat visa turis adalah yang murni ingin traveling. Kalau kayak gini mah, semuanya kena dong!


Semoga dalam waktu dekat nanti, situasinya akan berubah.

Masih mau ke Lebanon?

Jawabannya tentu saja : MAU BANGET!

Seperti yang sudah Bakuy jelaskan di artikel sebelumnya, Lebanon merupakan salah satu negara impian yang harus Bakuy kunjungin sebelum usia senja. Artinya, Bakuy akan cari cara-cara lain agar bisa dapat visa dan berangkat ke sana kalau memang Pemerintah Lebanon engga terbuka juga hatinya. Caranya bagaimana? Belum tau sih, tapi mungkin lewat konferensi, training, atau bahkan kursus bahasa asing. Pokoknya Bakuy akan tetap berusaha agar suatu hari nanti Bakuy bisa mendapatkan stempel imigrasi Lebanon di paspor Bakuy!

Perang ama Israel-nya ntaran dulu, tunggu Bakuy ke situ dulu yak, Lebanon!


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page