Rusia : Negeri dalam Utopia
- Bakuyyyy
- 15 Des 2018
- 31 menit membaca
Diperbarui: 20 Jun 2020
Halo teman-temankuyyyy!
Setelah sekian lama rehat dari menulis blog, akhirnya Bakuy ada juga waktu senggang untuk mulai menulis lagi. Mohon maaf ya teman-temankuy! Dikarenakan badai kehidupan yang tiba-tiba menyerangku dari kanan dan kiri, ditambah lagi Bakuy yang harus menghadapi kehidupan pasca-perkuliahan yang sekeras mengunyah kulit kerang ajaib T.T
Nah, pada kesempatan kali ini, Bakuy ingin cerita tentang trip Bakuy yang sudah terjadi tahun 2017 lalu, tepatnya tanggal 24 September hingga 5 Oktober 2017. Destinasinya adalah Federasi Rusia, negara terbesar di dunia yang terbagi menjadi 11 zona waktu! Tapi dikarenakan keterbatasan waktu dan dana, Bakuy engga menjelajahi seluruh wilayah Rusia, teman-temankuy. Bakuy hanya menjelajahi Rusia bagian barat sahaja, yang mana seluruhnya adalah European Russia.
Nah, kota-kota apa sih yang Bakuy kunjungin selama di Rusia? Kenapa Bakuy lebih prefer Rusia ketimbang Eropa Barat? Nah, langsung aja ya Bakuy mulai cerita!
Intermezzo
Perjalanan ke Rusia ini sebetulnya belum pernah Bakuy rencanakan sebelumnya. Maksud Bakuy, Bakuy memang ngefans banget sama Rusia. Sedari SMP, Bakuy sudah berkoar-koar untuk menginjakkan kaki ke tanah Rusia Pokoknya, bagi Bakuy, pergi ke Rusia itu ibarat impian yang harus terwujud. Namun, ketika Bakuy kuliah dan iseng-iseng lihat harga tiket Jakarta ke Rusia, impian tersebut langsung sirna. Harganya benar-benar langsung membuat Bakuy menelan ludah.
Akan tetapi, di hari yang mendung pada bulan Januari 2017, tiba-tiba Bakuy yang lagi nyari harga tiket ke berbagai kota dunia secara asal-asalan tiba-tiba dikejutkan oleh promo Thai Airways. Bagaimana tidak? Harga tiket Jakarta-Moskow-Jakarta yang normalnya di atas 12 juta rupiah mendadak dibanderol seharga 5,4 juta sahaja, teman-temankuy! Bakuy waktu itu langsung resah, panik, galau, antara harus beli atau tidak. Ini dikarenakan tabungan Bakuy belum cukup tebal untuk mengeluarkan uang sejumlah itu. Ditambah lagi, Bakuy sebelumnya sudah terlanjur membeli tiket PP ke Tokyo seharga 2,5jt dari hasil uang lomba :" dan trip Bakuy ke Jepang rencananya akan dimulai bulan Agustus, sementara tiket ke Rusia ini yang paling pas waktunya itu bulan September (mempertimbangkan jadwal kuliah dan sekaligus menghindari musim dingin Rusia yang mengerikan).
Untuk memperkuat tekad, maka Bakuy coba mengajak beberapa teman supaya paling tidak pada trip ini Bakuy engga sendirian. Tapi, responnya tetap sama. Mereka pada engga siap mengeluarkan dana sebanyak itu dalam waktu yang begitu mendadak. Terlebih, karena pergaulan Bakuy itu cenderung ke anak-anak yang IPK-nya mentereng semua (Bakuy kayaknya outlier deh di antara mereka), jadi agak sulit sebab untuk mengikuti trip ini berarti harus bolos kuliah selama 2 minggu penuh. Hasilnya? Bisa ditebak lah, Bakuy harus trip sendirian... lagi.
Oke.
Pada saat itu Bakuy bener-bener bingung antara trip ke Rusia, uang, dan kuliah. Terkait kuliah, Bakuy sadar kalau Bakuy harus berusaha agak lebih keras di semester ini supaya dapat mencapai target awal kuliah. Tapi, pergi ke Rusia juga merupakan impian yang ingin Bakuy wujudkan. Beberapa teman menyarankan untuk ditunda saja karena jalan-jalan bisa dilakukan kapan saja kalau sudah punya penghasilan sendiri. Tapi lagi-lagi Bakuy berpikir : kalau udah kerja, apa mungkin ya cuti dua minggu sekaligus gitu? Bakuy engga tau juga sih, kan belum pernah kerja kantoran.
Long story short, Bakuy pun memutuskan untuk membeli tiket tersebut. Ini memang sempat membuat Bakuy mengalami krisis finansial selama beberapa waktu sih (dan kena marah waktu orang tua Bakuy tiba-tiba mengaudit rekening) tapi Bakuy engga pernah sekalipun menyesalinya :) terus, Bakuy juga me-refund tiket PP ke Jepang karena Bakuy sadar keuangan Bakuy engga akan cukup untuk membiayai dua trip dalam waktu berdekatan seperti ini. Alhamdulillah, masih bisa direfund walaupun butuh waktu sekitar 3 bulan dengan potongan sekitar 50 persen :")
Note : Tapi teman-temankuy harus paham juga kalau tiket promo selalu ada konsekuensinya. Biasanya berupa waktu transit yang super lama! Bakuy aja transit 10 jam (berangkat) dan 8 jam (pulang) di Bangkok. Jadi teman-temankuy harus simpan tenaga ekstra buat ngemper di bandara hahaha. Atau menginap di airport hotel juga bisa. Tapi airport hotel di Suvarnabhumi itu mahal banget (bagi Bakuy yang waktu itu masih berstatus mahasiswa). Jadi Bakuy lebih prefer keluar imigrasi dan makan-makan di Burger King.
Mengapa Rusia?
Seperti yang pernah Bakuy ceritakan sebelumnya, Rusia adalah negeri impian yang sudah Bakuy cita-citakan sejak di sekolah menengah! Alasannya banyak. Pertama, Rusia itu negeri yang kaya banget sejarahnya. Ada banyak sekali tokoh-tokoh politik terkenal seperti Peter the Great yang melegenda itu! Belum lagi status Rusia yang pernah menjadi negara adidaya (bernama Uni Soviet) di masa lalu yang begitu mengesankan. Bagi Bakuy yang dibesarkan di negara yang sangat antipati pada paham komunisme, sudah tentu mengunjungi Rusia untuk melihat lebih jelas tentang sejarah komunisme merupakan sesuatu yang wajib.

Yup, sebelum memutuskan untuk membenci sesuatu, pelajarilah sesuatu itu. Temui mereka, pahami sudut pandangnya, baru beri penilaian. Jangan seperti orang buta yang tiba-tiba membenci sesuatu hanya karena termakan propaganda :)
Pokoknya ada segudang alasan deh untuk mengunjungi Rusia! Tapiiii, alasan paling besar adalah : karena waktu itu ada tiket promo yang bagai gledek alamak langsung membuat Bakuy memutuskan untuk pergi ke Rusia secepatnya. Bahkan, saat hari kuliah!
Sekilas Tentang Rusia
Akan sangat panjang kalau Bakuy harus menjelaskan negara Rusia dari awal hingga akhir, mengingat negara ini punya luas wilayah yang membentang dari Eropa Timur hingga Timur Jauh. Tapi, Bakuy akan coba menyingkatnya ke dalam beberapa paragraf sahaja.
Jadi awal mula bangsa Rusia ini adalah bangsa Varangia, keturunan bangsa Viking dari Skandinavia, yang berlayar dan tiba di wilayah Baltik. Mereka lalu mendirikan sebuah negara pada abad ke-9 sebelum akhirnya menaklukkan Kiev yang sekarang adalah ibukota Ukraina. Mereka inilah nenek moyang bangsa Slavia atau suku bangsa yang mendiami negara-negara Eropa Timur. Mereka yang menaklukkan Kiev ini pun dikenal dengan nama Kievan Rus. Oleh sebab itu, sejarah bangsa Rusia dan bangsa Ukraina tidak terpisahkan. Bangsa Kievan Rus ini cukup maju sebelum akhirnya diserang dan diruntuhkan oleh bangsa Mongol di abad ke-12.
Setelah Kievan Rus jatuh, lahirlah Grand Duchy of Moscow yang merupakan negara Slavia terkuat. Mereka, dengan dukungan Gereja Ortodoks, berhasil mengalahkan pasukan Mongol di abad ke-13. Ivan III Yang Agung adalah kaisar paling terkenal dalam sejarah Grand Duchy of Moscow, karena di bawah kepemimpinannya Rusia berhasil mengalahkan Mongol, menganeksasi Kekaisaran Romawi Timur, dan menikahi Sophia Palaiologina, kemenakan Kaisar Byzantium yang terakhir, dan mengambil simbol elang berkepala dua milik Byzantium menjadi milik kekaisarannya – yang hingga kini menjadi lambang Federasi Rusia. Ivan III juga merupakan laki-laki pertama yang menyandang gelar Grand Duke of All the Russias.
Seiring berkembangnya zaman, Grand Duchy of Moscow berkembang menjadi sebuah kekaisaran yang dipimpin seorang tsar (caesar). Kekaisaran Rusia merupakan salah satu kekaisaran paling berpengaruh di Eropa pada masa itu. Beberapa pemimpin yang lahir di dalam kekaisaran ini adalah Ivan the Terrible (Dinasti Rurik) Peter the Great (Dinasti Romanov), serta Catherine the Great (Dinasti Romanov). Di bawah kekuasaan mereka, luas wilayah Rusia berkembang dari Finlandia hingga ke Alaska.

Kemunduran kekaisaran terjadi di awal abad ke-20. Saat itu, Rusia sudah dipandang sebagai negara lemah yang tertinggal. Ketika Eropa Barat sudah beralih ke masyarakat industri modern, sebagian besar penduduk Rusia masih bekerja di sektor agraria. Hal inilah yang membuat paham komunisme lebih diterima oleh orang-orang Rusia yang mulai jenuh dengan kekaisaran yang korup.
Kaisar Rusia yang terakhir, Nicholas II, akhirnya berhasil digulingkan lewat Revolusi Oktober kaum Bolsheviks (komunis garis keras) tahun 1917, dan mereka pun mendirikan negara baru bernama Uni Republik Sosialis Soviet dengan Vladimir Lenin sebagai pemimpin. Wilayah Uni Soviet melingkupi seluruh wilayah Kekaisaran Rusia kecuali Finlandia yang memerdekakan dirinya. Namun, menjelang Perang Dunia II, Uni Soviet akhirnya mencaplok sebagian wilayah Finlandia dan menganeksasi negara-negara Baltik – Estonia, Latvia, dan Lithuania.

Dalam waktu singkat, Uni Soviet berevolusi dari yang semula negara agraria menjadi negara industri modern. Transisi ini dipimpin oleh Joseph Stalin, diktator asal Georgia yang mengambil alih kepemimpinan Uni Soviet setelah kematian Lenin. Angkatan bersenjata Uni Soviet pun menjadi salah satu yang paling ditakuti di dunia. Pasca-Perang Dunia II, negara ini akhirnya terlibat perang dingin dengan Amerika Serikat. Perang Dingin berakhir pada tahun 1993, di mana Uni Soviet yang begitu perkasa itu tiba-tiba ambruk. Satu per satu negara bagiannya memilih untuk memisahkan diri. Dan negara pecahan Uni Soviet yang paling besar dan berpengaruh – yang secara de facto merupakan pewaris Uni Soviet – adalah Federasi Rusia.
Waktu Bakuy membeli tiket ini, memang sempat ada harapan Rusia memberikan bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia. Bakuy berkali-kali mengecek google untuk memastikan bagaimana kelanjutan dari berita yang ada di sini, tapi hasilnya nihil. Entah pihak Rusia yang memang tidak melanjutkan, atau pihak Indonesia yang tidak mem-follow-up, Bakuy kurang tau. Tapi yang jelas Bakuy harus melakukan satu hal : mengurus visa. Tidak apa, deh. Semoga kelak turis WNI bisa bebas visa kalau berkunjung ke Rusia, seperti yang sudah dinikmati pemegang paspor Thailand dan Laos :")
Jadi, persyaratan visa Rusia dapat teman-teman akses pada situs resmi Kedutaan Rusia di Jakarta di sini. Waktu Bakuy menulis artikel ini dan membandingkannya dengan pada saat Bakuy apply bulan Juli 2017 lalu, persyaratannya masih sama untuk visa turis individual antara lain :
1. Tiket masuk dan keluar Rusia
2. Reservasi hotel
3. Aplikasi permohonan visa yang sudah diisi lengkap dan benar
4. Pas foto ukuran 3 x 4, 2 lembar, standar visa
5. Visa support letter
6. Paspor yang masih berlaku 6 bulan setelah keberangkatan
Bakuy akan coba memberitahu beberapa informasi penting terkait visa Rusia ini yaitu :
1. Kedutaan Rusia punya kuota harian untuk aplikasi visa (kalau tidak salah 20 aplikasi per harinya), sehingga usahakan datang pagi-pagi supaya tidak kehabisan kuota
2. Tiket masuk dan keluar Rusia harus sudah confirmed alias dibayar lunas semuanya. Apabila teman-temankuy apply untuk double entry (teman-temankuy akan mengunjungi negara lain di tengah-tengah kunjungan teman-temankuy di Rusia sebelum akhirnya masuk lagi ke Rusia untuk penerbangan pulang ke Indonesia) maka tiket keluar-masuk Rusia itu juga harus sudah dibayar lunas
3. Reservasi hotel pun sudah dibayar lunas semua. Bakuy mengunjungi 3 kota di Rusia yakni Moskow, Saint Petersburg, dan Volgograd. Hostel Bakuy di Moskow dan Saint Petersburg sudah Bakuy bayar, dan di Volgograd (menginap 2 malam) masih berupa booking-an sahaja dan ini tidak dipermasalahkan pihak konsuler.
4. Aplikasi permohonan visa harus sesuai dengan data-data yang ada, baik di paspor maupun visa support letter. Jika ada perbedaan, meski sedikit saja, akan dikembalikan oleh pihak konsuler
5. Biaya visa adalah USD 70 untuk single entry dan USD 112 untuk double entry. Waktu prosesnya paling lama 2 minggu. Jika ingin layanan ekspres (1-3 hari jadi) maka biayanya naik jadi 2 kali lipat untuk masing-masing jenis visa.
6. Usahakan bayar dalam USD, sebab kalau dalam rupiah, akan dipatok USD 1 = IDR 14000, yang berarti lebih mahal dari seharusnya (per tahun 2017). USD bisa dibeli di Plaza Festival yang ada di seberang kedutaan Rusia (rate-nya bagus dan petugasnya ramah). Perlu diingat bahwa kedutaan hanya menerima uang pas dan tidak akan menerima uang yang lecet meski sedikit saja. Maka pastikan USD yang teman-temankuy terima masih mulus.
7. Visa support letter bisa dibeli di situs destinationrussia.com karena sepertinya hanya mereka yang masih menerima visa support letter untuk turis individu dari Indonesia (dikarenakan Indonesia masuk dalam kategori migration risk country, hmmm...). Harganya waktu itu sekitar USD 23 untuk proses biasa dan USD 30 untuk proses cepat. Waktu itu Bakuy pakai yang USD 23 tapi sorenya udah langsung dikirim invitation-nya. Jadi kalau mau sih pakai yang USD 23 sahaja. Oh iya, destinationrussia ini sangat cepat dan terpercaya. Bakuy juga pakai jasa mereka untuk apply visa Rusia, dan tidak ada hambatan Alhamdulillah. Visa support ini bisa dibayar dengan kartu kredit atau dengan metode Verified by Visa sebagaimana yang pernah Bakuy jelaskan pada artikel Solotraveling : Catatan Seorang Pemula.
8. Yang Bakuy suka dari kedutaan Rusia adalah mereka tidak akan menerima uang apabila visa belum di-approved. Jadi sistemnya adalah kita datang ke kedutaan, memasukkan berkas, berkas dicek, lalu jika oke, maka akan diberi kuitansi untuk pembayaran berikut tanggal pengambilan paspor. Jika masih ada yang kurang, maka pihak konsuler akan memberitahu apa saja kekurangannya lalu mengembalikannya pada kita untuk kita perbaiki, lengkapi, dan ajukan kembali di lain hari. Beda dengan visa Schengen yang kalau tidak di-approved ya uangnya hangus :")
9. Durasi tinggal yang diberikan sama persis seperti yang dituliskan pada visa support letter. Tidak diberi bonus barang satu hari pun. Maka usahakan itinerary yang dimasukkan ke visa support letter sudah yang paling fix. Tidak perlu takut visa ditolak karena jika dokumen komplit dan asli, maka visa pasti diberikan (kecuali teman-teman punya catatan tertentu terkait keimigrasian atau kriminalitas, mungkin mereka punya pertimbangan lain).
Satu informasi penting yang teman-temankuy juga harus tahu adalah bahwa sekarang visa double entry tidak bisa sembarangan diberikan. Visa double entry cuma diberikan apabila teman-temankuy berkunjung ke negara-negara yang berbatasan darat dengan Rusia (seperti negara-negara anggota CIS, Mongolia, Tiongkok, Finlandia, dll). Jadi, misal, teman-temankuy ingin berkunjung ke Rusia, lalu ke Turki, lalu ke Rusia lagi, lalu pulang ke Indonesia. Maka itu tidak bisa. Teman-temankuy harus ke negara yang bertetangga langsung dengan Rusia untuk dapat double entry. Informasi ini belum terpublikasi di situs kedutaan Rusia di Jakarta, tapi ada di situs Kedutaan Federasi Rusia untuk Malaysia. Kendati demikian, aturan ini juga berlaku bagi WNI.
Note : beberapa traveler mengakali aturan double entry ini dengan membeli tiket yang full service dengan layanan refund 100 persen. Setelah visa di-approved, mereka akan me-refund tiket tersebut lalu membeli tiket ke tujuan yang sebenarnya. Bakuy sangat tidak menyarankan trik semacam ini. Walau bagaimanapun, ini sudah menyangkut imigrasi, dan imigrasi itu merupakan kedaulatan teritorial suatu negara. Apabila kita terlalu sering mengakali aturan dengan cara-cara seperti ini, bukannya tak mungkin pihak Rusia akan gerah dan malah mempersulit aplikasi visa bagi WNI. Jadi, saran Bakuy, lebih baik kita patuh dengan aturan yang ada agar negara lain juga semakin mempercayai para pelancong berpaspor Indonesia :)
Persiapan Keberangkatan dan Lain-Lain
Meskipun Rusia bukan negara epidemi meningitis, atas saran dari orang tua, Bakuy pun melakukan vaksinasi meningitis di KKP Halim sebagaimana yang pernah Bakuy tuliskan di artikel Vaksinasi Meningitis di KKP Halim.
Rusia terkenal akan suhu dinginnya yang bengis, yang memporakporandakan tentara asing dua kali – pada saat serbuan Napoleon ke Moskow dan saat pengepungan Stalingrad oleh Nazi. Bahkan, suhu dingin di Rusia termasuk ekstrem untuk ukuran orang Eropa! Makanya, usahakan jangan kunjungi Rusia di bulan November sampai Januari. Daripada beku di kamar dan alhasil ga ke mana-mana, mending pilih cuaca yang enak.
Waktu Bakuy ke sana, udara di Rusia masih sejuk. Pas banget buat jalan-jalan karena engga terlalu panas dan engga terlalu dingin. Baju-baju jadi hemat dan tahan engga dicuci (ups! Hehe). Daun-daunnya juga cantik karena sudah berubah kemerahan. Namun oh namun, Rusia tetaplah Rusia. Bakuy sangat menyarankan teman-temankuy untuk tetap membawa mantel winter saat mengunjungi Rusia di bulan September hingga Oktober awal. Karena sebagai manusia yang lahir dan dibesarkan di negara beriklim tropis, dijamin, teman-temankuy pasti membutuhkannya ;)
Waktu Bakuy ke Rusia, Bakuy bener-bener cuma bawa cabin luggage loh HAHAHA. Ini seriusan. Walaupun Thai Airways ada gratis bagasi 23 kg, Bakuy engga pakai fasilitas tersebut karena selama penerbangan di dalam negeri Rusia itu Bakuy naik LCC (S7 Siberian Airlines dan Pobeda Airlines), dan mereka tidak ada bagasi. Daripada harus keluar uang buat beli bagasi, Bakuy sih mending mengakali cabin luggage HAHAHA. Daaaannn, voila! Bakuy pun pergi ke Rusia hanya dengan berbekal cabin luggage seberat 9 kg. Irit banget deh!
Bertemu Orang-Orang Baru
Sewaktu naik pesawat CGK-BKK, Bakuy duduk di antara seorang pria Kaukasian dan satu lagi teteh-teteh asli Indonesia. Ternyata dia bekerja di restoran dan saat itu hendak mengunjungi keluarga tunangannya di Denmark. Wah, terus kita cerita-cerita deh sepanjang perjalanan. Tapi Bakuy sama teteh ini beda nasib. Dia transit di Bangkok cuma 1 jam sedangkan Bakuy 10 jam. Emang beda ya penerbangan eksklusif ama penerbangan murah :(
Terus, waktu penerbangan BKK-DME, Bakuy duduk di sebelah orang Rusia yang habis trip ke Thailand. Awalnya semua terlihat menyenangkan. Bakuy pun uda engga sabar menikmati penerbangan long-haul Bakuy yang pertama ke Eropa! Tapi tapi tapi, semua buyar ketika rombongan ibu-ibu asal Indonesia datang dan dengan sesuka jidatnya ngobrol santer-santer uda kayak pakai speaker masjid. Mereka ketawanya pokoknya parah banget udah yang bener-bener WUAHAHAHAHA kayak lagi di tukang sayur! Karena Bakuy uda ga tahan (ngantuk parah) maka Bakuy pun memutuskan untuk menegur ibu-ibu ini. Untunglah mereka akhirnya mengerti. Btw, ibu-ibu ini kelihatannya berasal dari Jawa Tengah, Yogyakarta, atau Jawa Timur gitu karena logatnya medhok dan tebel banget.
Nah, di pesawat ini jugalah Bakuy bertemu dengan Joanne. Selengkapnya tentang Joanne bisa teman-teman baca di artikel Benedicta Joanne. Kemudian, Joanne ini pula yang memperkenalkan Bakuy dengan Vega (selengkapnya tentang Vega dapat teman-teman baca di artikel Vega Dessy Juwita Teken). Mereka ini benar-benar iron girls Indonesia yang berhasil bertahan hidup di Negeri Beruang Merah wkwkwk. Dan yang membuat Bakuy speechless adalah mereka ini fasih bahasa Rusia! Wow pokoknya mereka ini manchay cetar membahana deh!
Bolos Kuliah demi Jalan-Jalan? Serius Kuy??
Bakuy menghabiskan sekitar 11 hari di Rusia, di mana 2 hari adalah perjalanan. Jadi efektifnya di sana hanya 9 hari. Kelihatan pendek banget, ya? Tapi itu sebenernya lama, teman-temankuy. Karena Bakuy melakukannya di masa-masa efektif kuliah. Dengan kata lain, Bakuy memanfaatkan jatah bolos dua minggu penuh! Jadi waktu Bakuy pulang, semua jatah bolos udah habis. Dan Bakuy engga boleh absen lagi kalau masih mau ikut UAS. Haha.

Apakah ini layak ditiru? Hmmm, balik lagi ke orang masing-masing. Tapi menurut Bakuy sih it’s okay agak nakal dikit waktu kuliah (selama nakalnya masih bertanggung jawab, ya). Kuliah hanya 4 tahun, teman-temankuy. Manfaatkanlah waktu yang berharga itu untuk mengisi apa yang membuat teman-temankuy bahagia. Setelah bekerja, akan sedikit sekali waktu yang bisa teman-temankuy habiskan untuk jalan-jalan. Karena terbatas cuti lah, kerjaan lah. Jadi, menurut Bakuy, memang waktu yang paling tepat memulai hobi traveling ya pada masa kuliah. Ada jatah bolos juga, kan? Why not? Atur-atur aja jadwalnya, jangan sampai pergi pas jadwal presentasi. Jangan pilih dosen yang tiap minggu kuis. Pokoknya pinter-pinterin jadwal, lah!
Mata Uang
Mata uang Rusia adalah rubel. Bakuy sangat menyarankan teman-temankuy untuk paling tidak menukar uang dulu ke Euro jika sulit menemukan rubel di Jakarta (meskipun Bakuy yakin di money changer di Mal Ambassador pasti ada, meski jumlahnya engga banyak dan rate nya kurang bagus). Sebab, rate Euro selalu lebih bagus di Rusia ketimbang USD. Mungkin karena Euro lebih sering ditukar di sana.

Atau, teman-temankuy bisa juga tarik tunai di ATM Rusia, selama di kartu ATM teman-temankuy ada logo Visa, MasterCard, atau UnionPay. Untuk yang satu ini, Bakuy sarankan jangan terus melenggang tanpa uang asing sedikitpun, ya. Paling tidak, bawalah pecahan Euro. Kali aja kan ditanya di imigrasi bawa cash berapa. Dan yang paling buruk, untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan naas seperti antre ATM yang penuh sesak, mesin ATM yang rusak, hingga kartu tertelan!
Ingat, teman-temankuy berada di Rusia, negara yang ikatannya dengan Indonesia sangat lemah. Sehingga mata uang rupiah tidak akan dihargai di sana.
Moskow
Ada pepatah yang bilang : belum mengunjungi suatu negara namanya kalau belum mengunjungi ibukota negara tersebut.
Moskow adalah ibukota Rusia yang, menurut Bakuy, sangat luar biasa! Bakuy suka moda transportasi massalnya yang megah, jalan-jalannya yang besar, dan akses pedestrian yang layak. Bagi teman-temankuy yang ingin mempelajari sejarah komunisme dan peninggalan-peninggalan Uni Soviet, Moskow adalah kota yang wajib didatangi. Ornamen-ornamen komunisme dapat dengan mudah teman-temankuy temui di stasiun-stasiun metro kota Moskow yang megahnya menyerupai istana, dan kedalamannya bukan main. Nyaris seperti bungker!

Destinasi turis paling utama di Moskow adalah Kremlin! Ini merupakan destinasi wajib bagi semua orang. Kremlin berada di kompleks pemerintahan sehingga pengamanannya juga ketat. Bagian yang boleh dikunjungi oleh turis adalah bagian yang terdapat banyak sekali katedral serta biara kuno yang arsitekturnya membuat mulut menganga saking terkesimanya. Tembok Kremlin dan Lonceng Tsar juga memiliki arsitektur sendiri yang bagus untuk jadi objek fotografi. Kalau ada dana lebih, bisa beli tiket terpisah untuk masuk ke Armoury Chamber, yaitu museum yang berisi barang-barang peninggalan kekaisaran Rusia. Oh iya, tiket masuk ke Kremlin bisa dibeli secara online di situs ini. Jangan lupa pada saat masuk ke kompleks Kremlin akan diminta bukti pemesanan tiket dan harus menunjukkan paspor. Jadi jangan sampai lupa bawa paspor ke manapun selama teman-temankuy berada di Rusia, yak!

Note : untuk mencapai Kremlin, rutenya sangat mudah. Waktu itu Bakuy naik metro dan turun di Stasiun Biblioteka im Lenina (Lenin's Library) karena pengen sekalian lihat-lihat perpustakaan Lenin. Setelah itu tinggal jalan kaki aja menuju Tembok Kremlin yang berwarna merah nan aduhai itu.
Setelah puas lihat-lihat Kremlin dan mengambil ribuan foto di sana, langsung saja meluncur ke Aleksandrovskiy Sad (Alexander Garden). Taman yang didedikasikan untuk Kaisar Rusia, Alexander I, ini merupakan taman publik yang cantik dan hampir selalu ramai oleh turis setiap harinya. Kalau beruntung, teman-teman juga bisa melihat parade militer yang kadang-kadang melewati taman ini.

Nah, sebelum memasuki area taman ini, kita teman-teman akan menemukan Tomb of the Unknown Soldier bersama dengan api abadi yang dijaga secara bergilir oleh tentara Rusia. Api abadi yang ada di sana merupakan api yang diambil dari sisa-sisa medan pertempuran di Leningrad (sekarang Saint Petersburg) pada Perang Dunia II. Biasanya akan banyak turis yang menunggu di dekat api abadi ini hanya untuk menyaksikan seremoni pergantian penjaga yang dimulai setiap satu jam sekali!

Kembali ke Alexander Garden, taman ini luassss bangetttt dan nyaris menyatu dengan Lapangan Merah, salah satu destinasi wajib kalau berkunjug ke Moskow. Di Lapangan Merah ini ada banyak museum seperti Mausoleum Lenin dan Museum Sejarah Negara yang Bakuy engga sempat masuki karena keterbatasan waktu. Selanjutnya ada GUM, pusat perbelanjaan mewah yang juga engga Bakuy masukin. Puncak dari segala destinasi adalah Katedral Santo Basil, sebuah katedral berdesain unik karena kubahnya yang berbentuk bawang dengan spiral warna-warni yang khas. Katedral ini bisa dibilang sebagai maskot pariwisata Rusia karena fotonya pasti ada di mana-mana kalau kita bicara tentang Rusia.

Perlu diingat bahwa area Alexander Garden dan Lapangan Merah merupakan red zone di Moscow. Maksudnya adalah, wilayah itu sangat dipenuhi scam karena merupakan pusat pariwisata. Selalu perhatikan barang-barang bawaan dan jangan pernah lengah! Jangan tertipu sapaan-sapaan ramah orang-orang berkostum kalau tidak mau kehilangan dompet atau tiba-tiba dimintai bayaran gila-gilaan. Pokoknya selalu hati-hati dan jangan lupa bersikap dingin karena itu adalah sesuatu yang lumrah di Rusia.
Jadi, sekalinya teman-teman mengunjungi Kremlin, maka di satu lokasi itu pula terdapat banyak sekali atraksi wisata wajib yang harus dikunjungi di Moskow. Oleh sebab itu, akan sangat baik jika teman-teman menyediakan waktu dua hari untuk mengeksplor Kremlin, Lapangan Merah, dan Alexander Garden. Oh ya, setelah mengunjungi ketiga lokasi tersebut, tak ada salahnya untuk jalan kaki sedikit lebih jauh ke Cathedral of Christ the Saviour, gereja ortodoks tertinggi di dunia yang dibangun pada abad ke-19 tapi sempat dihancurkan atas perintah Stalin. Gereja yang sekarang berdiri merupakan hasil rekonstruksi yang dilakukan pada periode tahun 1995 hingga 2000.

Note : bagi teman-temankuy yang pengen banget memasuki Mausoleum Lenin, Bakuy sangat menyarankan untuk datang lebih pagi. Jika teman-temankuy datang kesiangan, maka teman-temankuy harus rela antre bersama rombongan turis yang sudah mengular. Apalagi mausoleum ini dijaga ketat oleh tentara Rusia. Jadi antrenya makin lama.

Selain Kremlin yang hits parah itu, satu lagi destinasi wajib yang harus dikunjungi adalah Museum of the Great Patriotic War atau yang lebih dikenal dengan nama Muzey Pobedi. Museum ini menyimpan catatan sejarah serta sisa-sisa Perang Dunia II yang sempat memporakporandakan Eropa di pertengahan abad ke-20. Museumnya sangat luas dan megah. Bahkan terdapat diorama dan miniatur 3D kehancuran kota-kota besar Rusia yang diserang oleh Jerman. Yang Bakuy sayangkan cuma satu : film dokumenternya yang tidak menyediakan terjemahan bahasa Inggris :” jadi selama film dimainkan, Bakuy hanya bengong-bengong aja ngeliatin gambar haha. Tapi beneran deh, museum ini wajib banget dikunjungin kalau mengunjungi Moskow.

Note : untuk mencapai museum ini, teman-temankuy bisa naik metro dan turun di Stasiun Park Pobedi atau bisa juga di Minskaya. Jika teman-temankuy turun di Stasiun Park Pobedi, maka teman-temankuy hanya tinggal mengikuti papan penunjuk. Nanti akan terlihat gerbang yang megah bernuansa patriotik sebagai monumen peringatan perang. Di sana juga akan terlihat kantor pusat maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot.

Setelah Kremlin dan Muzey Pobedi, Bakuy menyempatkan diri untuk mengunjungi Park of the Fallen Monument atau lebih dikenal dengan nama Park Muzeon. Nah, ini nih destinasi unik yang jarang banget didatengin turis asing. Padahal, lokasi ini merupakan salah satu yang menyimpan keunikan sejarah Rusia yang tidak bisa didapatkan di manapun!

Jadi taman ini merupakan… kuburan. Yup, ini adalah kuburan dari monumen-monumen serta patung propaganda komunisme yang banyak tersebar di seluruh Moskow pada masa kejayaan Uni Soviet. Jadi di sini teman-temankuy akan melihat banyak sekali monumen-monumen palu dan arit, patung-patung diktator macam Joseph Stalin dan Nikita Kruschev, pokoknya setiap hal yang berbau propaganda komunis disingkirkan ke sini setelah Uni Soviet ambruk. Lokasinya agak tersembunyi karena menyatu dengan taman publik, sehingga orang awam pasti akan sulit menemukannya. Pokoknya ikuti saja jalan masuk menuju taman. Nanti teman-teman akan disambut oleh patung-patung era komunis, yang langsung akan membawa teman-teman ke masa lalu.

Note : untuk mencapai taman ini, teman-temankuy hanya perlu naik metro dan turun di Stasiun Oktyabrskaya atau di Park Kultur. Dari sana, teman-teman perlu masuk ke area Gorky Central Park of Culture and Leisure, masuk lebih ke dalam, dan voila, selamat melihat-lihat patung peninggalan Uni Soviet yang sebagian sudah mulai lapuk dan berlumut.
Oh iya, Bakuy juga engga sengaja mengunjungi VDNKh yang satu kompleks dengan Memorial Museum of Cosmonautics. Bagi teman-temankuy yang menyukai penjelajahan antariksa dan persaingan eksplorasi luar angkasa antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet, tempat ini barangkali cocok untuk teman-temankuy. Tapi untuk Bakuy yang lebih menikmati wisata sejarah dan peninggalan perang, destinasi ini kurang menarik.

Note : untuk mencapai VDNKh, teman-teman hanya perlu naik metro dan turun di Stasiun VDNKh. Mudah, kok.
Untuk oleh-oleh, tentunya Pasar Izmailovo adalah primadona para turis. Pasar Izmailovo ini unik karena desainnya dibikin kayak Kremlin (dalam bahasa Rusia, 'kremlin' berarti 'benteng'). Jadi layout-nya meneyrupai istana yang di dalamnya diisi wahana dan pasar yang menjual aneka oleh-oleh khas Rusia mulai dari matryoshka, magnet, ushanka (topi bulu khas Rusia), mantel bulu, boneka, hingga amber! Tapi Pasar Izmailovo tidak selalu ramai. Pasar ini berada pada titik teramainya yaitu pada saat weekend. Selebihnya tidak semua toko dibuka, jadi kurang banyak gitu pilihannya. Tapi kalau memang hanya ada waktu saat weekdays, beberapa sumber mengatakan kalau hari Rabu merupakan yang paling pas.
Note : untuk mencapai Izmailovo Market, teman-temankuy harus naik metro dan turun di Stasiun Partizanskaya, bukan Izmailovskaya. Dari Stasiun Partizanskaya, kira-kira hanya perlu dua menit jalan kaki ke Izmailovo Kremlin.
Btw, hati-hati dengan penjual yang suka maksa! Terutama yang cowok, apalagi yang bau alkohol. Bakuy hampir berantem karena dia terus maksa beli. Pokoknya, kalau engga terlalu tertarik, engga usah biarin dia nunjukin macam-macam. Kalau dia udah mulai beraksi mau nunjukin barang dagangannya, tinggalin aja. Di Rusia, kita harus bisa ketus pada orang lain.
Nah, lagi-lagi Bakuy mengalami masalah terkait membeli oleh-oleh : gampang kena tipu! Pengeluaran Bakuy bener-bener jebol di aktivitas yang ini. Walaupun Bakuy bukan tipikal yang harus beli oleh-oleh buat keluarga besar, tapi karena kali ini destinasinya adalah Benua Eropa, ya mau ga mau harus beli. Sebelumnya Bakuy udah survei terlebih dahulu tentang harga-harga normal beberapa produk seperti gantungan kunci, magnet kulkas, kaos, matryoshka, hingga ushanka. Namun, percayalah, sebagai seorang solotraveler yang bepergian seorang diri, kita pasti kalah mental dengan para pedagang yang seolah-olah punya ilmu intimidasi itu. Bakuy bener-bener tak berkutik sama sekali ketika mereka mulai memasang harga gila-gilaan dan menolak tawaran Bakuy huhu.
As usual, I hate to go shopping for souvenirs.
Saint Petersburg
Bakuy hanya menghabiskan 2,5 hari di Moskow karena selanjutnya Bakuy ingin menghabiskan lebih banyak waktu di Saint Petersburg!

Kota yang namanya berganti-ganti ini (Pertama Petrograd, lalu jadi Leningrad, dan sekarang Saint Petersburg), merupakan destinasi wajib yang harus banget dikunjungi kalau teman-temankuy ke Rusia. Kotanya sangat, sangat, sangat cantik! Dengan sistem kanal yang ekstensif dan arsitektur yang lebih elegan, orang-orang menyebut kota ini Amsterdam of the East. Jika Moskow adalah kota peninggalan komunis yang megah tetapi kaku, maka Saint Petersburg adalah kota peninggalan kekaisaran yang elegan, dinamis, romantis. Siapa yang tidak terpesona keindahan mengarungi Gulf of Finland dari Peterhof Palace (Summer Palace) ke Hermitage (Winter Palace)?

Ada banyak sekali destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Saint Petersburg tetapi yang paling fardu adalah Peterhof Palace, istana musim panas yang begitu menakjubkan di pesisir Teluk Finlandia. Statusnya kini merupakan salah satu UNESCO World Heritage Site yang dijamin tidak akan teman-temankuy sesali meski harus mebayar 700 rubel beserta beberapa tambahan untuk museum-museum lain yang ukurannya lebih kecil. Untuk pembelian tiket secara daring, teman-teman bisa mengecek di situs resminya di sini.

Istana ini dibangun pada masa pemerintahan Peter the Great yang tidak mau kalah dengan dibangunnya Istana Versailles di Paris. Satu hal yang teman-teman pasti sadari adalah ada begitu banyak air mancur di kompleks istana ini, dikarenakan air mancur merupakan simbol kemasyhuran bagi bangsa Eropa. Semakin banyak dan cantik air mancurnya, maka keluarga bangsawan tersebut akan dipandang semakin tinggi. Dan di Peterhof Palace ini sistem air mancurnya sangat maju dan rumit untuk ukuran zamannya. Dan yang paling menakjubkan, mereka tidak menggunakan listrik untuk menggerakkan sistem air mancur tersebut!

Note : setiap tahun di hari pertama musim panas, akan ada pertunjukan air mancur di kompleks istana ini. Saat itu adalah waktu yang paling tepat mengunjungi Peterhof Palace karena kecantikannya yang tengah berada di puncak. Pada saat musim dingin, seluruh air mancur akan dimatikan karena air membeku. Begitupun layanan feri antara Peterhof Palace dan Hermitage juga akan berhenti beroperasi karena perairan Teluk Finlandia juga sudah mulai membeku. Jadi walaupun harga tiket lebih murah dan pengunjungnya lebih sedikit, ada banyak sekali keterbatasan kalau teman-teman bepergian saat musim dingin.

Sebagai tempat peristirahatan kaisar-kaisar Rusia, istana ini juga menjadi saksi bisu polemik yang terjadi dalam keluarga kekaisaran Rusia. Misalnya, Catherine's Block merupakan tempat di mana Catherine the Great diangkat sebagai Kaisar Rusia menggantikan suaminya, Peter the Great. Warisan yang tak ternilai harganya ini sempat luluh lantak ketika Nazi Jerman mengepung dan membombardir Leningrad pada Perang Dunia II. Akan tetapi, berkat upaya rehabilitasi besar-besaran oleh Pemerintah Uni Soviet pasca-perang, akhirnya seluruh istana dapat dipulihkan dengan mengikuti wujud aslinya.

Untuk mengunjungi Peterhof Palace, sangat dianjurkan untuk naik marshrutka (sejenis angkot versi Rusia) dari Stasiun Avtovo. Tinggal menyeberang, dan akan terdengar kenek marshrutka yang memanggil dengan menyebut nama ‘Peterhof’. Tarifnya Bakuy kurang ingat, tapi yang jelas ramah banget di kantong. Jauh lebih nyaman pula dibandingkan angkot di Indonesia. Dari sana, kita akan diturunkan tepat di gerbang utama Peterhof Palace yang terhubung dengan Upper Garden. Nah, teman-temankuy tinggal mengikuti rute, memasuki istana utama yang menyimpan peninggalan-peninggalan kekaisaran hingga ruang tahtanya yang begitu detil, memasuki beberapa istana yang tiketnya dijual terpisah, sebelum akhirnya naik feri dari dermaga, menyusuri Teluk Finlandia yang cantik. Perjalanan pun diakhiri di Museum Hermitage, di mana teman-temankuy bisa naik metro ke penginapan. Percaya deh, Peterhof itu luassssss bangettt dan mengelilinginya butuh waktu seharian penuh!

Note : cara terbaik untuk kembali ke Saint Petersburg dari Peterhof Palace adalah dengan mengarungi Teluk Finlandia menggunakan feri. Ada layanan feri yang tersedia untuk turis di dermaga Peterhof Palace. Penyedia jasanya beragam, dan waktu itu Bakuy dapat yang harganya kalau tidak salah 260 rubel. Pemandangannya sangat bagus! Sayang sekali, karena cuaca yang pada saat itu gerimis, Bakuy tidak bisa melakukan banyak dokumentasi.

Nah, kalau ada Istana Musim Panas, berarti ada Istana Musim Dingin. Kedua istana ini sebetulnya berhadap-hadapan, hanya dipisahkan oleh Teluk Finlandia. Keistimewaan Istana Musim Dingin adalah istana ini merupakan saksi bisu runtuhnya era kekaisaran di Rusia. Jadi pada bulan Oktober 1917, rakyat Rusia yang mayoritas petani itu melakukan unjuk rasa berujung anarkis yang pada akhirnya membuat Tsar Nicholas II tak berkutik. Ia pun terpaksa turun tahta dan menyerahkan kepemimpinan pada kaum Bolsheviks. Nah, semua itu terjadi di Istana Musim Dingin atau yang kini lebih dikenal dengan nama Museum Hermitage.

Harga tiket masuk ke Museum Hermitage adalah 500 rubel. Kalau tidak mau bayar, bisa foto-foto saja di luar karena ada tiang Alexander Column di halaman istana yang juga merupakan ikon kota Saint Petersburg. Tapi sejujurnya rugi banget kalau uda jauh-jauh ke Rusia tapi engga masuk ke Hermitage!
Btw, teman-temankuy harus ekstra hati-hati karena Palace Square dan Nevsky Prospekt merupakan sentral-nya scam di Saint Petersburg. Selalu awasi barang-barang berharga dan jangan lengah. Hati-hati dengan orang-orang berkostum karena bisa saja teman-teman diminta membayar ribuan rubel hanya untuk selembar foto!

Note : untuk mencapai Hermitage Museum, teman-temankuy hanya perlu naik metro dan turun di Stasiun Admiraltiyskaya. Setelah itu hanya perlu mengikuti turis-turis karena sebagian besar yang datang ke sana pasti ingin berkunjung paling tidak ke Palace Square.

Jika Peterhof Palace menyimpan peninggalan-peninggalan yang sifatnya lebih ‘personal’, Museum Hermitage menyimpan peninggalan yang sifatnya lebih umum seperti karya-karya seni, baju zirah, pakaian sehari-hari keluarga kerajaan dan abdi-abdi kerajaan, jejak-jejak persebaran Islam di Rusia, dan kadang-kadang juga mengadakan pameran sementara. Sewaktu Bakuy ke sana, mereka sedang mengadakan pameran Mesir kuno yang dipinjam dari museum dari Napoli, Italia. Begitu banyaknya lukisan yang ada di dalam museum ini, bahkan Joanne sampai bilang kalau kita memandangi setiap lukisan dalam jangka waktu 30 detik, maka membutuhkan waktu 15 tahun untuk menyelesaikan semuanya! Gila! Sebagai traveler yang kurang menyukai lukisan-lukisan begini, Bakuy sengaja melewatkan destinasi karya seni seperti Pushkin Museum dan Bolshoi Theatre. Namun, Bakuy tidak menyesal mengunjungi Hermitage karena selain koleksinya yang beragam, interior istananya juga sangat menakjubkan. Jadi walaupun bosan dengan lukisannya, arsitektur ruangannya selalu bisa membuat Bakuy terpukau!

Selain dua istana yang melegenda itu, ada juga Saint Peter’s and Paul’s Fortress. Benteng yang dibangun oleh Peter the Great di abad ke-18 ini merupakan salah satu mahakarya yang juga wajib teman-temankuy kunjungi. Tujuan awal pembangunan benteng ini adalah untuk melindungi kota Petrograd dari serangan angkatan laut Swedia di tengah puncak-puncaknya Northern War, meski fungsi ini pada akhirnya tidak pernah dilaksanakan.

Selain bentuk bentengnya yang unik karena berada di tengah-tengah laut, benteng ini juga pernah berfungsi sebagai penjara. Dulunya tempat ini dipandang sebagai simbol tirani, di mana tahanan politik dikurung dan disiksa di benteng ini. Namun, setelah Uni Soviet runtuh dan komunisme punah dari tanah Rusia, kompleks benteng ini sudah sepenuhnya disulap jadi tempat wisata.

Salah satu yang paling digemari adalah makam kaisar-kaisar Rusia serta keluarganya yang tersimpan di salah satu katedral di benteng ini. Di sini juga tersimpan profil dan kisah hidup Tsar Nicholas II serta istrinya, Aleksandra Feodorovna, dan kelima anak-anaknya, Olga, Tatiana, Maria, Anastasia, serta Putra Mahkota Aleksei, yang semuanya dieksekusi secara misterius oleh tentara Uni Soviet.

Bagi teman-temankuy yang ingin mempelajari sejarah politik Rusia secara lebih obyektif seperti Bakuy, teman-teman juga bisa mengunjungi State Museum of Political History of Russia. Di sini, kita akan disuguhi berbagai informasi terkait situasi politik negara Rusia terutama pada saat transisi dari Kekaisaran ke bentuk Republik Sosialis. Selain itu, kita juga akan disuguhi diorama kehidupan masyarakat Uni Soviet, propaganda-propaganda komunis, hingga akhirnya runtuhnya Uni Soviet. Yang Bakuy suka, mereka menyediakan informasi dari kedua belah sudut pandang, dan di awal rute mereka akan mengatakan bahwa tujuan disediakannya informasi dari kedua sudut pandang adalah agar pengunjung dapat mengambil sendiri kesimpulan mereka setelah selesai mengunjungi museum tersebut. Wah, jarang-jarang, kan, ada museum bernuansa politik yang seperti ini?

Dan untuk teman-temankuy yang Muslim, tepat di sebelah museum ini terdapat Masjid Saint Petersburg. Teman-teman bisa melihat-lihat masjid ini jika ada waktu.

Note : untuk mencapai Saint Peter's and Paul's Fortress, teman-temankuy hanya perlu naik metro dan turun di Stasiun Gorkovskaya. Setelah itu hanya tinggal berjalan kaki sedikit karena destinasi sudah berada di dekat mata.

Setelah puas menjelajahi istana dan katedral-katedral kekaisaran, maka sekarang saatnya berbelanja! Nevsky Prospekt merupakan jalan utama di Saint Petersburg. Kurang lebih femes-nya mirip-mirip Malioboro gitu, lah. Tapi lebih teratur karena trotoarnya luas dan pedagang engga seenaknya jualan di trotoar. Lebih classy, pokoknya. Dari sini juga dekat dengan Church of the Savior on Blood (Gereja Berdarah) dan Kazan Cathedral. Disebut Gereja Berdarah karena dulunya ada seorang santo yang meninggal karena ditembak di dalam gereja ini. Di sini turis bisa masuk dan foto-foto, kalau tidak salah dikenakan biaya 250 rubel. Kalau punya student IC card, dapat diskon lumayan gede. Kita juga boleh foto-foto di dalam gereja asalkan masih menjaga sopan santun. Hal serupa tidak berlaku untuk Kazan Cathedral. Karena masih aktif dipakai untuk beribadah bagi penganut Kristen Ortodoks (agama mayoritas di Rusia), maka kita dilarang mengambil gambar di dalam katedral. Kitapun harus menjaga sopan santun, sebagaimana kita memasuki masjid atau kuil.
Ohiya, gereja ortodoks itu ya peribadatannya masih sangat ortodoks. Jadi jangan heran kalau melihat tata cara peribadatan mereka yang sangat unik (dan menarik!). Serasa nonton film The Nun versi siaran langsung, hehe.

Rencana ke Vyborg yang Gagal
Oh iya, ada kisah unik saat Bakuy mengunjungi Vyborg dari Saint Petersburg! Jadi Vyborg itu kota perbatasan antara Rusia dengan Finlandia yang merupakan anggota Uni Eropa. Kota ini dulunya bernama Viipuri dan merupakan kota terbesar kedua di Finlandia sebelum akhirnya dicaplok Uni Soviet dalam Winter War, kemudian namanya diganti menjadi Vyborg. Melihat sejarahnya yang sangat unik, Bakuy kun memutuskan untuk mengunjungi kota perbatasan ini. Tapi, wah naas, Joanne sudah mengingatkan untuk ekstra hati-hati. Kota Vyborg adalah kota perbatasan. Jadi penjagaannya pasti lebih ketat.
Ternyata Joanne benar. Segera setelah keluar dari stasiun, semua orang berwajah Asia disetop oleh petugas. Glek! Kami diminta paspornya dan diminta menunjukkan surat registrasi dari tempat kami menginap (ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian ‘Penginapan’). Yang menyetop Bakuy itu Polisi Federal Rusia yang umurnya sekitar 30 tahunan. Dia tanya banyak pada Bakuy mulai dari warga negara mana, berapa lama di Rusia, keluarganya ada di mana, datang sendiri atau ada teman, dan masih banyak lagi. Lucunya, si petugas ini tidak bisa berbahasa Inggris. Jadi kita komunikasi pakai... Google Translate! HAHAHAHA. Jadi kayak gantian gitu pakai hapenya doi. Kalau doi uda selesai nunjukin maksud doi, giliran Bakuy yang ngetik buat ngejawab. Kocak dah!
Pada akhirnya Bakuy disuruh menunggu selagi dia melakukan konfirmasi via telepon dengan rekannya yang entah ada di mana. Sembari menunggu konfirmasi, dia bertanya tentang visa Taiwan dan cap-cap negara lain yang ada di paspor Bakuy. Barangkali dia mulai percaya Bakuy ini suka jalan-jalan, mengingat paspor Bakuy cukup ‘berwarna’ dan tidak pernah terkena masalah imigrasi maupun overstay.
Tapi alamak oh alamak, pada akhirnya Bakuy tidak diizinkan mengunjungi Vyborg dan harus kembali ke Saint Petersburg MESKI dia mengakui dokumen-dokumen Bakuy itu valid, hanya saja dia sempat bilang salah satu alasannya karena Bakuy engga punya booking penginapan di Vyborg dan surat registrasi Bakuy di penginapan Saint Petersburg akan habis pada keesokan harinya (memang setelah itu Bakuy akan mengunjungi Volgograd). Walaupun sejujurnya Bakuy masih engga terima dibeginikan dan Bakuy rasa alasannya terlalu mengada-ada, tapi Bakuy tetap menurut. Alasannya? Percayalah, tidak akan ada turis yang mau ribut dengan petugas keamanan Rusia :) Jadi daripada nanti jadi masalah dan paspor Bakuy ada catatan merahnya, lebih baik Bakuy menurut sahaja.
Eh tapi kan Bakuy berharapnya dibayarin ya? Eh ternyata engga. Disuruh bayar sendiri. Uda gitu ditungguin lagi sampai masuk ke kereta. Bahkan dia masih nungguin sampai kereta Bakuy bener-bener udah berangkat balik ke Saint Petersburg T.T
Volgograd
Nah, kota selanjutnya adalah kota yang sangat, sangat anti-mainstream bahkan untuk para pelancong Eropa sekalipun. Volgograd merupakan nama baru dari Stalingrad, kota yang menjadi saksi perang paling berdarah sepanjang sejarah umat manusia. Ada yang bilang, kota ini berdiri di atas kuburan. Sebab, Volgograd memang kota yang seratus persen didirikan dari sisa-sisa sebuah kota yang sudah sama sekali runtuh, berikut jenazah penduduk serta tentara yang ikut ditimbun begitu saja karena sudah tak teridentifikasi lagi jasadnya.

Tentu saja alasan Bakuy untuk mengunjungi kota ini adalah karena alasan emosional. Bakuy ingin melihat kota yang sebegitu inginnya dikuasai Hitler sampai tega mengorbankan jutaan nyawa tentaranya. Bakuy ingin menghirup udara yang sama dengan yang pernah dihirup para ksatria yang mempertahankan kota ini mati-matian. Dan Bakuy ingin menginjakkan kaki di tanah yang dulunya berlumuran darah.

Volgograd, beda dengan Moskow dan Saint Petersburg, bukanlah kota besar. Kotanya relatif sepi dan tenang. Denyut kehidupan terasa lebih lamban di kota ini. Jarak dari hotel tempat Bakuy menginap ke stasiun subway terdekat cukup jauh. Butuh usaha jalan kaki untuk menggapainya. Tapi tenang saja, kota ini secara umum aman, kok. Paling tidak, Bakuy tidak menemukan adanya peringatan sisa-sisa ranjau atau beruang berkeliaran di kota ini.

Obyek wisata paling fenomenal di Volgograd adalah Mamayev Kurgan, atau dalam bahasa Rusia berarti ‘Panggilan Ibu Pertiwi’. Mamayev Kurgan merupakan sebuah kompleks perbukitan dengan patung seorang wanita berukuran raksasa, dengan pedang di tangannya dan menoleh ke belakang seolah-olah sedang memimpin pasukan. Patung wanita ini digambarkan sebagai ibu pertiwi Rusia yang sedang membakar semangat para pemuda untuk melawan agresi Jerman. Di dalam kompleks tersebut juga tampak banyak sekali patung-patung yang menggambarkan keperkasaan tentara Soviet. Di samping itu, ada juga sebuah aula yang menyimpan nama-nama tentara Soviet yang gugur dalam Pertempuran Stalingrad, lengkap dengan api abadi yang juga diambil dari reruntuhan sisa perang kota Stalingrad tahun 1943. Mengunjungi Mamayev Kurgan benar-benar membuat bulu roma berdiri. Seketika kita akan dibuat terbayang betapa dahsyatnya perang yang pernah berkecamuk di kota ini setengah abad yang lalu.

Note : untuk mencapai Mamayev Kurgan, cukup naik subway dan turun di Stasiun Tspkio. Btw, model subway di Volgograd berbeda dengan di Moskow dan Saint Petersburg. Lebih sederhana tapi lebih menarik karena desainnya yang kuno sehingga seolah-olah membawa kita ke masa lalu. Bentuknya mirip tram, sih, tapi bukan tram. Pokoknya kalau ke Volgograd, wajib coba naik subway ini!

Jika Mamayev Kurgan adalah monumen peringatan, maka Volgograd Panorama Museum adalah tempat penyimpanan benda-benda peninggalan perang. Di sini kita bisa melihat persenjataan yang dipakai, jenderal-jenderal yang memimpin perang, pakaian-pakaian, hingga surat-surat. Mereka juga menyimpan dokumentasi mengenai kehidupan tentara Jerman yang kehabisan suplai makanan sehingga terpaksa memakan bangkai anjing. Sungguh, museum ini amat sangat disayangkan untuk dilewatkan.

Meskipun fasilitas berbahasa Inggris masih kurang memadai, tetapi untuk informasi-informasi signifikan semuanya sudah tersedia terjemahan bahasa Inggris-nya. Kemudian, tak jauh dari lokasi museum ada reruntuhan bangunan bernama Pavlov’s House dan Ruins of the Mill Named after Grudinin. Kedua bangunan itu sengaja dijaga bentuknya seperti setelah perang, agar kita dapat membayangkan seperti apa kondisi kota Stalingrad hari itu. Semuanya benar-benar… binasa.

Note : untuk mencapai Volgograd Panorama Museum, Pavlov's House, dan Ruins of the Mill Named after Grudinin, cukup naik subway dan turun di Stasiun Ploschad Lenina (Lenin's Square). Setelah itu, untuk mencapai taman peringatan perang, naik lagi subway dan turun di Stasiun Komsomolskaya.

Setelah puas menyaksikan pilunya sejarah Pertempuran Stalingrad, Bakuy memutuskan untuk duduk dan menikmati Sungai Volga dari kejauhan. Sungai Volga yang ukurannya begitu besar nyaris menyerupai laut itu membentang di sepanjang kota Volgograd yang pola persebarannya memanjang mengikuti sungai ini. Suasana kota yang tenang benar-benar membuat kita bisa membayangkan betapa dahsyatnya pertempuran yang terjadi di kota ini bertahun-tahun yang lalu.

So if you guys ask me whether you should put Volgograd to your bucket list on visiting Russia or not, I will definitely answer ‘YES!’
Penginapan
Selama di Rusia, Bakuy tinggal di tiga kota yang berbeda.
Di Moskow, Bakuy menginap di Qube Capsule Hotel. Sesuai namanya, ini adalah hotel kapsul. Sama seperti hotel kapsul yang Bakuy inapin waktu ke Vietnam. Karena bentuknya hotel kapsul, jadi masih ada privasi. Btw, hotel ini posisinya strategis banget karena deketttt bangettt dengan Stasiun Dobryininskaya. Jadi ke mana-mana terasa dekat. Udah gitu ada KFC. Bagi teman-teman yang Muslim, masalah makanan halal sudah terpecahkan dengan sendirinya. Hanya saja lokasinya agak tersembunyi karena masuk ke dalam semacam halaman sebuah bangunan gitu. Tapi aman, kok! Cuman perlu usaha aja untuk pertama kali nyarinya, hehe.

Lalu selama di Saint Petersburg, Bakuy menginap di hotel kapsul juga. Namanya Inbox Capsule Hotel. Hostel ini letaknya agak jauh dari stasiun terdekat, yaitu Stasiun Chernyshevskaya. Jadi kudu jalan kaki sekitar 10 menit. Tapi tapi tapi, hostelnya bersih dan pelayanannya bagus bangettt! Tamunya juga lebih beragam, beda ama Qube Capsule Hotel yang tamunya mayoritas orang Rusia. Dan yang paling berkesan adalah : Bakuy merupakan tamu pertama dari Indonesia! Jadi mereka punya peta dunia gede banget gitu. Di peta itu ada banyak jarum yang tertancap, menunjukkan asal negara dari tamu-tamu yang pernah menginap. Dan Bakuy diberi kehormatan untuk menancapkan jarum di Indonesia! Wow, such an honor! Dan tertancaplah jarum itu di Jakarta.
Ohiya, negara ASEAN lainnya yang sudah ada jarumnya hanya Singapura dan Thailand. Turis Thailand memang banyak banget di Rusia. Mungkin karena mereka sudah bebas visa. Indonesia kapan, ya? Hiks..
Dan yang terakhir adalah Volgograd, Bakuy menginap di Hotel Marton Rokossovskogo. Hotelnya bagus dan bersih sih, tapi karena Bakuy sendirian kan jadi agak creepy gitu (kebanyakan nonton film horor). Dapat sarapan dari hotel. Btw, staf-stafnya sama sekali engga ngerti bahasa Inggris, cuy! Jadi komunikasinya kudu pakai bahasa Tarzan. Trus posisinya agak jauh dari stasiun subway terdekat, yaitu Stasiun Komsomolskaya. Kudu jalan kaki 10-15 menit. Gapapa lah, buat olahraga. Tapi karena harganya mahal, Bakuy jadi kurang suka. Tapi sebenarnya itu adalah harga paling murah kalau via Traveloka. Apalagi mengingat pilihan hotel di Volgograd dikit banget.
Note : di Rusia, ada yang namanya 'surat registrasi'. Jadi, setiap penginapan di Rusia wajib melakukan registrasi atas orang-orang asing yang tinggal di tempat mereka. Nanti mereka akan menyerahkan semacam kertas putih, dan itu HARUS SELALU DIBAWA bersama dengan paspor kita ke manapun kita pergi. Sebab, terkadang polisi akan menyetop orang asing dan meminta surat ini (seperti kasus Bakuy di Vyborg). Kalau sampai engga bisa nunjukin, selamat datang deportasi! :) Btw, Bakuy merasa aneh karena di Qube Capsule Hotel, Bakuy engga dikasih apa-apa. Tapi di Inbox Capsule Hotel, Bakuy dikasih surat registrasi itu. Dan di Hotel Marton Rokossovskogo, Bakuy lagi-lagi engga dikasih apa-apa. Jadi Bakuy sebenarnya agak bingung juga hehe. Untung kena inspeksinya pas Bakuy nginep di Inbox Capsule Hotel. Fiuuuhhh.
Additional Note : kalau menginap di hotel, maka gampang. Karena adalah pihak hotel yang berkewajiban meregistrasi kita. Tapi akan jadi lebih ruwet kalau teman-teman menginap di kamar sewaan seperti Airbnb, karena itu berarti si host yang harus meregistrasi kita. Dan host biasanya engga mau repot. Bagi teman-temankuy yang pernah menggunakan Airbnb di Rusia, tolong share dong pengalamannya di kolom komentar di bawah! :)
Transportasi
Selama di Rusia, Bakuy cuman sekali naik taksi. Itupun taksi dari bandara Volgograd ke hotel, karena waktu itu udah jam 10 malam, bus sudah ga ada, kota uda sepi, dan bandara engga bisa diinepin. Jadi mau ga mau harus pakai taksi, dan itu kena 1100 rubel T.T

Selebihnya Bakuy naik bus dan metro serta subway (khusus Volgograd). Transportasi di Rusia sudah sangat maju dan nyaman. Metro di Moskow dan Saint Petersburg punya tiket tourist pass yang berlaku unlimited untuk periode jangka waktu tertentu. Khusus untuk subway Volgograd, tidak ada tourist pass. Tapi bayarnya langsung ke kenek yang akan nagihin di dalam subway. Biasanya ibu-ibu udah tua gitu. Jadi kasihan ngelihatnya :( padahal ibu-ibunya juga jutek :’)

Ohiya dari Bandara Pulkovo ke pusat kota dan dari Bandara Volgograd ke pusat kota ada busnya. Kalau ingin menekan budget, daripada naik taksi, lebih baik naik bus ini. Nyaman dan murah!
Note : airport bus dari Pulkovo ke Stasiun Moskovskaya adalah yang nomor 39, baik 39 sahaja maupun 39Ex, masing-masing harganya 40 rubel. Untuk bus dari Volgograd Airport, nanti akan berhenti di Stasiun Volgograd (stasiun besar antarkota yang berada di Volgograd). Harganya lupa, tapi dijamin engga mahal. Btw, untuk yang membawa koper, mungkin akan dikenakan charge tambahan.

Oh iya, di stasiun-stasiun metro Moskow dan Saint Petersburg, teman-temankuy akan cukup sering bertemu orang Rusia yang tiba-tiba ngajak kita ngobrol pakai bahasa Rusia. Entah itu ngajak ngobrol atau bertanya, yang pasti abaikan saja. Bilang aja ‘engga tau ngomong apa’ pakai bahasa Indonesia dan ia pun akan pergi dengan sendirinya. Dan pada saat ngomong ini, jaga bibir supaya tidak refleks tersenyum. Trik ini diajarkan oleh Vega dan Joanne. Entahlah, bahkan mereka yang bisa berbahasa Rusia saja masih suka bingung dan tidak mengerti dengan apa yang orang-orang ini bicarakan dan apa faedahnya. Yang jelas, Bakuy pernah dikira orang Vietnam oleh salah satu dari mereka.

Note : jika teman-teman ada waktu senggang, kunjungilah Stasiun Ploschad Revolutsii (Revolution Square) di Moskow dan hampiri sebuah patung seorang tentara dengan seekor anjing bersamanya. Orang-orang Moskow punya mitos bahwa jika kita mengelus moncong anjing tersebut, maka niscaya suatu hari nanti kita akan kembali ke Moskow! Sepertinya mitos ini cukup populer karena moncong anjing itu jadi mulus banget :D
Bahasa
Tidak perlu mahir berbahasa Rusia untuk berkunjung ke Rusia. Justru kalau memang tidak bisa bahasa Rusia, lebih baik bicara saja pakai bahasa Inggris daripada sok-sok pakai bahasa Rusia, eh pas disahut balik malah engga tau harus jawab apa.

Kendati demikian, SANGAT DIREKOMENDASIKAN untuk belajar abjad Cyrilic terlebih dahulu karena ada beberapa tempat (seperti stasiun) yang mana papan petunjuknya hanya tersedia dalam huruf ini. Huruf Cyrilic engga susah kok. Sistemnya kayak abjad, jadi satu huruf satu suara. Engga kayak huruf Mandarin yang kudu dihafal beribu-ribu. Belajar seminggu juga pasti udah langsung jago baca-tulis Cyrilic kok!
Makanan
Bakuy lebih sering makan di KFC, McDonald’s, dan Subway karena kurang cucok dengan hidangan Rusia yang hambar. Sempat nyobain sushi, tapi engga mau lagi. Udah mahal, rasanya juga engga jelas. Jauh lebih enak SushiTei deh.
Tapi untuk minuman, Bakuy nyobain beberapa. Selain vodka dan moscow mules, teman-temankuy bisa mencicipi semacam susu fermentasi namanya kefir. Rasanya seperti yoghurt tapi lebih asam. Biasanya diminum untuk ngurangin efek alkohol. Bakuy sih suka sama rasanya, walaupun kata Vega belum tentu semua orang suka. Harganya terjangkau dan bisa dibeli di minimarket terdekat. Yang ini Bakuy beli di Perekrestok, semacam Indomaret-nya Rusia gitu deh.

Dan terkait air mineral, teman-temankuy harus tahu bahwa di Rusia (dan Eropa pada umumnya), air mineral itu dibagi jadi dua : ber-gas dan tidak ber-gas. Air mineral ber-gas itu enggak ada rasanya, tapi ada sodanya sehingga kita kayak minum coca-cola tanpa rasa. Biasanya kemasannya warna biru tua. Kalau yang non-gas ya kayak Aqua biasa aja. Bakuy lebih suka yang non-gas. Hahaha. Lebih alami.
Terkait makanan, Bakuy sempet diajak makan sama Vega ke restoran yang jual makanan Rusia, namanya Mu-Mu. Salah satu ada yang dekat dengan Qube Capsule Hotel tempat Bakuy menginap. Enak sih, dan ada jus buah beri yang segarnya tak tertahankan. Tapi mahal banget hahaha. Kalau ga salah kena 500an rubel sekali makan. Daripada budget habis di makanan, mending makan yang lebih murah aja.

Kesimpulan Perjalanan
Rusia negeri yang sangat layak untuk dikunjungi. Selama ini, orang Indonesia lebih tertarik pergi ke Eropa Barat yang mengurus visanya ribet karena butuh melampirkan dokumen ini-itu. Padahal, Eropa Timur menyimpan kekayaan sejarah dan eksotisme yang tidak kalah memukau. Mengunjungi Rusia benar-benar membuat Bakuy mengetahui betul bahwa imej ‘negara komunis’ seharusnya sudah tidak melekat lagi pada negara ini. Rusia sudah berubah jadi negara kapitalis tapi dengan masyarakat yang sedikit lebih konservatif.

Orang Rusia memang jarang tersenyum, tapi mereka ramah-ramah. Alasan mereka tidak tersenyum adalah karena bagi mereka, senyum itu sesuatu yang sangat personal. Untuk apa tersenyum pada orang yang tidak kita kenal atau yang tidak ada urusannya sama sekali dengan kita? Secara garis besar, intinya mereka tidak peduli dengan urusan orang lain. Selama itu tidak mengganggu urusan mereka, that’s fine.
Tiga kota yang Bakuy kunjungi – Moskow, Saint Petersburg, dan Volgograd – semuanya bisa dibilang aman. Memang ada banyak pelaku scam di beberapa tourist spot seperti di Palace Square di Saint Petersburg, tapi ya yang namanya scam pasti di mana-mana ada. Tergantung kitanya sebagai pelancong untuk pintar membawa diri dan membaca situasi.
Note : salah satu ketulusan hati orang Rusia ikut Bakuy rasakan sewaktu Bakuy mencoba memesan sebuah tiket dari Stasiun Finlyandskiy menuju Vyborg. Ketika Bakuy kebingungan dan hampir kehilangan 200 rubel karena penjelasan di vending machine yang engga jelas, tiba-tiba seorang wanita muda membantu Bakuy memilih opsi sehingga Bakuy tidak jadi kehilangan 200 rubel secara percuma. Sewaktu Bakuy mau ngucapin terima kasih, wanita itu udah pergi gitu aja tanpa ngucapin apa-apa. Jadi intinya mereka itu baik dan jujur. Orang yang suka apa adanya tanpa basa-basi. Dan Bakuy sangat kagum akan hal ini.

Nah, itulah pengalaman Bakuy selama trip ke Rusia. Mohon maaf karena lama baru dipublikasi, karena satu dan lain hal yang membuat Bakuy harus menunda cukup lama. Setelah mengunjungi Rusia, Bakuy berharap dapat mengunjungi negara-negara Eropa Timur lainnya seperti Rumania, Ukraina, dan Polandia. Semoga akan ada waktu dan dana yang cukup dalam waktu dekat ya, teman-temankuy!
Sampai jumpa lagi di kiriman berikutnya!