top of page

Vietnam : Tanah Para Veteran

  • Bakuyyyy
  • 29 Jan 2018
  • 17 menit membaca

Diperbarui: 19 Jun 2020


Halo semua!

Kembali lagi setelah sekian lama di jalansendiriaja!


Nah, setelah cukup lama ga posting artikel Travel (dua artikel terakhir adalah artikel Story) kini Bakuy akan cerita lagi pengalaman solotraveling Bakuy. Destinasinya engga jauh kok, masih di ASEAN saja yakni Vietnam. Bagi teman-temankuy yang sudah baca artikel Travel yang sebelumnya, yakni Taiwan : Mempertanyakan Identitas, teman-temankuy pasti tau kalau trip ini sebenernya ga direncanain. Maksudnya, Bakuy waktu itu belum berpikir untuk mengunjungi Vietnam.

Sekadar untuk flashback, jadi Bakuy waktu itu fokusnya nyari kombinasi tiket pesawat termurah dari Taipei ke Jakarta. Bakuy uda ngocok-ngocok berbagai kombinasi, kayak TPE-SIN-CGK, TPE-KUL-CGK, TPE-DPS-CGK, bahkan hingga TPE-MNL-CGK.Tapi harganya masih mahal-mahal. Kurang lebih 2,4jt sekali jalan. Kan rugi bandar dong. Eh, pas Bakuy cari-cari lagi, ternyata ada yang murah nih yaitu dengan rute TPE-SGN dan SGN-SIN-CGK. Untuk rute TPE-SGN, Bakuy naik VietJet Air (low-cost carrier-nya Vietnam) dan rute SGN-SIN-CGK naik Jetstar Pacific. Harganya murah banget pokoknya totalnya ga sampek 1,2jt udah nyampe CGK. Tanpa banyak cincong, udah deh Bakuy issued itu flight.

Tapiiii, Bakuy terus mikir nih. Sayang juga kannn kalo uda nyampe Ho Chi Minh City tapi ga eksplor. Di sana kan banyak museum-museum dan situs-situs perang bersejarah yang hits banget, di mana tentara Amerika Serikat dipermalukan oleh gerilyawan Vietnam. Terus, lagian kuliah juga masih libur. Gaada kendala lagi, dong? Yauda deh, Bakuy langsung book hostel untuk 3 malam. Syukurlah kombinasi tiket pesawatnya masih di bawah 1,2jt :)

SPOILER : Beberapa foto tidak sesuai dengan deskripsi cerita. Bakuy minta maaf karena keterbatasan stok. Beberapa foto juga blur karena keterbatsan stok pula :(

Kenapa Vietnam?

Ya karena kombinasi tiketnya kebetulan dari sana paling murah hehe. Tapi sebetulnya Bakuy juga penasaran ama negara ini. Walaupun Vietnam itu salah satu anggota ASEAN yang pertumbuhannya cepat, orang Indonesia masih belum terlalu familiar dengan negara ini. Belum banyak orang Indonesia yang mau eksplor Vietnam, meskipun jumlahnya terus berkembang. Seperti biasa, orang Indonesia masih lebih suka jalan-jalan ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok, padahal Vietnam juga menawarkan pariwisata yang gak kalah menarik.

Foto mendiang pemimpin Vietnam, Ho Chi Minh, dapat dengan mudah dijumpai di mana-mana

Kalau ngomong tentang Vietnam, pasti banyak orang Indonesia yang teringat akan Pulau Galang. Yups, Pulau Galang adalah pulau di Batam yang 'dipinjamkan' Pemerintah Indonesia kepada pengungsi Vietnam yang melarikan diri dari negaranya akibat perang saudara. Sehingga, tak heran mengapa masih banyak orang Indonesia yang mengecap Vietnam sebagai negara yang masih terbelakang, berkonflik, berbahaya, dan susah dikunjungi.

Sebaliknya, banyak turis dari berbagai belahan dunia lain yang memilih Vietnam sebagai destinasi wajib mereka setelah Thailand. Vietnam menawarkan kombinasi yang unik : kebudayaan Buddha, peninggalan kolonial Prancis, situs-situs perang Amerika, hingga pantai-pantai yang indah. Berbekal dengan pengetahuan ini, maka Bakuy pun memantapkan diri untuk datang ke Vietnam. Tapiii perlu diingat bahwa Bakuy sendiri emang pada awalnya agak-agak takut. Kenapa? Karena kota yang akan Bakuy kunjungi adalah Ho Chi Minh City, alias kota terbesar di Vietnam, alias the city of scams!

Disclaimer : nama asli kota yang Bakuy kunjungi adalah Ho Chi Minh City (HCMC), yang diambil dari nama Ho Chi Minh, bapak pemersatu Vietnam. Tapi dalam artikel ini, karena nama Ho Chi Minh City terlalu panjang dan Bakuy kurang suka menyebut HCMC, maka Bakuy akan menggunakan nama Saigon. Adapun Saigon adalah nama lama kota tersebut, yaitu sebelum reunifikasi dengan Vietnam Utara.

Sekilas Tentang Vietnam

Vietnam adalah sebuah negara berkembang yang berada di Asia Tenggara, dan merupakan salah satu anggota ASEAN. Dulu, Vietnam merupakan salah satu negara satelit Tiongkok. Bahkan, mereka menggunakan aksara Hanzi (aksara Tiongkok) dalam berkomunikasi sehari-hari. Negara ini baru mengadopsi huruf Latin pasca-kedatangan Prancis yang lalu menjadikan Vietnam sebagai negara jajahan. Di bawah Prancis, Vietnam bersama dengan Laos dan Kamboja kerap disebut dalam satu kesatuan bernama French Indochina.

Sama seperti yang dirasakan Kamboja di tulisan Bakuy sebelumnya, Vietnam pun merasakan betapa destruktifnya penjajahan Prancis. Para penguasa dari Eropa daratan seperti Prancis, Belanda, dan Spanyol memang terkenal akan gaya penjajahan mereka yang eksploitatif dan rasis, sehingga tak heran banyak orang Vietnam yang membenci orang Prancis (pada waktu itu). Misalnya, pada masa pemerintahan kolonial Prancis, orang Katholik mendapatkan posisi-posisi penting di pemerintahan sebagai kaki tangan orang Prancis, sehingga menimbulkan kebencian di kalangan masyarakat Buddha Vietnam yang mayoritas.

Kekuasaan Prancis akhirnya harus berakhir di Dien Bien Phu, di mana untuk kali pertama dalam sejarah dunia, militer bangsa jajahan di Asia yang lemah dan tak terorganisir mampu menghancurkan kekuatan militer adidaya bangsa Eropa. Sejak saat itulah, militer Prancis seolah kehilangan taringnya di dunia internasional, di mana mereka dipandang sebagai 'kekuatan tua yang sudah renta'. Belum sampai di situ, militer Vietnam kembali mengejutkan dunia dengan mengalahkan negara adidaya Amerika Serikat dalam Perang Vietnam 1955-1975. Dengan berakhirnya perang tersebut, maka bersatulah Vietnam Utara yang komunis dengan Vietnam Selatan yang demokratis, menjadi Republik Sosialis Vietnam seperti yang kita ketahui sekarang.

Kejutan-Kejutan Pertama di Saigon

Semakin berkembang suatu negara, maka semakin banyak kejutan yang akan kita dapat. Rupanya kejutan-kejutan ini yang membuat orang-orang dari negara maju betah berkunjung ke negara berkembang : they want to be surprised - something almost impossible in their homeland. Dan, Bakuy pun merasakan beberapa surprise itu bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Saigon.

Suasana di dalam kantor pos di Saigon

Begitu Bakuy mendarat setelah sekitar 2 jam penerbangan dari Taipei, langsung deh terasa negara berkembangnya : bandaranya tidak pakai garbarata (entah pesawat Bakuy yang kurang beruntung atau memang demikian adanya). Jadi kita masih harus turun, lalu naik bus yang ternyata terjebak macet cukup lama di landasan pacu bandara wkwkwk. Entah waktu itu macetnya gara-gara apa Bakuy engga ngerti. Tapi yang jelas itu annoying karena kita udah capek dan ngantuk (flight-nya sempat delay 1 jam kalau ga salah, sehingga begitu nyampe uda hampir tengah malam di Saigon).

Setelah melewati imigrasi yang selo abis, Bakuy sempat duduk dulu bentar di kursi sambil mesem-mesem ngeliatin stempel Vietnam di paspor Bakuy hehe. Alhamdulillah Vietnam uda bebas visa buat WNI, jadi Bakuy bebas masuk tanpa resah.

Setelah itu, karena Bakuy tau WiFi di Vietnam pasti belum sebanyak di Taiwan, maka Bakuy sempat mau beli SIM Card. Udah sempet-sempet milih, eh ternyata duit dong/VND (mata uang Vietnam) punya Bakuy engga cukup. Yah, tengsin dong. Untung belum dibuka bungkus SIM Card-nya. Maka Bakuy pun memutuskan untuk turun dan nyari ATM. Eh, ATMnya gabisa dipake!

Stres banget tuh Bakuy. Bakuy engga punya cukup banyak VND. Gimana mau jalan-jalan coba? Gimana mau makan? Masa harus ngegembel di negara yang merdekanya aja belakangan? Eh oh ternyata, ATM di Vietnam itu cara pakainya memang beda! Nanti akan Bakuy jelasin di segmen khusus mata uang. Pokoknya, jangan bingung yaa kalau mau pakai ATM di Vietnam :)

Surprise Kedua

Ternyata Tansonnhat International Airport itu kecil banget. Bahkan ama Soekarno-Hatta aja masih gedean Soekarno-Hatta. Jadi begitu Bakuy keluar dari gerbang arrival, ya itu langsung bagian drop penumpang gitu. Literally gaada hiasan-hiasan atau ruangan-ruangan lain lagi. Daaaannn.....

Sisa-sisa perang di War Remnants Museum

EH DI LUAR KOK RAME BANGET??? KOK SEHEBOH ITU SIH MENYAMBUT KEDATANGAN BAKUY??? Sumpah seramai itu. Orang-orang pada ngerubung di gerbang arrival. Bakuy sempat heran. For the first time Bakuy ngerasa selayaknya seorang selebriti mancanegara. Udah gitu orang-orangnya pada bawa poster-poster gitu. Oh, rupanya bukan Bakuy yang mereka sambut, melainkan artis Korea yang Bakuy engga tau namanya siapa. Hih. Yauda Bakuy cuek ae nerobos tu orang-orang yang bahkan ada yang sampek sekeluarga datang semua terus kayak piknik gitu malam-malam di bandara bawa-bawa bekal dan poster artis.

Surprise Ketiga

Bakuy naik taksi dari bandara menuju hotel karena memang itu satu-satunya transportasi bandara yang tersedia saat itu (bus tidak lewat karena sudah larut malam). Bakuy juga yakin itu bandaranya pasti uda sepi seandainya gaada artis Korea yang datang.

Nah, yang menarik adalah, di Saigon itu taksi bisa jalan sesuka jidat. Jadi si sopir taksi Bakuy ini salah belok gitu yang harusnya ke kiri malah ke kanan. Bakuy kan uda sedih banget tuh karena argonya pasti jadi bengkak. Eh, malah si sopir ini mundur gitu, di perempatan, dan di belakangnya ada mobil juga pula! Gila, sumpah. Keknya di Indonesia gaada deh mobil yang senekat itu. Maksudnya, yakali ngatret mundur di perempatan gitu loh? Trus abis mundur, dia langsung ambil belok kiri. Tolong koreksi Bakuy kalau ini salah, tapi jelas ini bahaya banget karena mobil di belakang aja sampek ikutan mundur karena taksi ini ngatret mundur.

Penginapan

Bakuy menginap di Hong Kong Kaiteki Hostel. Hostel ini sangat Bakuy rekomendasikan karena selain nyaman, staf nya ramah, hostel ini juga cukup sering dijadikan tempat menginap backpacker dari Indonesia. Pemiliknya kayaknya orang Vietnam keturunan Tionghoa gitu yang beragama Katholik karena ada berbagai pajangan bernuansa Kristiani di sana. Rate-nya murah bangettt, cuma 95rb/malam.

Hong Kong Kaiteki Hostel ini merupakan hostel kapsul, jadi kita tidur di semacam lemari yang di dalamnya uda ada charger, lampu, bahkan televisi (remotnya minta di resepsionis). Nah, karena dia pakai kapsul, jadi sifatnya privasi. Sehingga kita gaperlu terpaksa bersosialisasi kalau misalkan kita emang lagi males. Dorm-nya juga bisa dipilih bisa female only atau mixed dorm. Sekali lagi Bakuy tekankan, walaupun mixed, traveler itu punya kode etik. Jadi gausa takut bakal kena sexual harrassment selama kitanya engga mancing. Banyak kok muslimah Indonesia dan Malaysia yang pakai mixed dorm di Hong Kong Kaiteki ini. Tapi kalau teman-temankuy memang engga mau karena alasan-alasan tertentu, bisa pilih yang female only :)

Hong Kong Kaiteki ini posisinya ada di Pham Ngu Lao. Adapun Pham Ngu Lao itu adalah distrik backpacker di Saigon. Kurang lebih mirip Khaosan Road kalau di Bangkok. Di sini banyak hostel-hostel murah, SPA, pijat refleksi, pub, bar, restoran, dan masih banyak lagi. Familymart terletak hanya sekitar 2 menit jalan kaki dari Hong Kong Kaiteki, sehingga teman-temankuy bisa belanja di sana lalu memakai fasilitas oven di hostel. Hong Kong Kaiteki juga dekat dengan Ben Thanh Market (cuma 650 meter kalau menurut Google Maps), sehingga Bakuy bisa jalan kaki sampai ke sana lalu makan Pho 2000 yang populer karena pernah disantap oleh Bill Clinton sewaktu mengunjungi Vietnam hehe.

Note : Kelemahan distrik backpacker adalah adanya suara-suara dari musik yang disetel keras-keras. Bakuy waktu itu dapat kapsul kalau ga salah di lantai 5 (atau 3 ya?) pokoknya tinggi gitu deh jadi ga terlalu terganggu sama kebisingan Pham Ngu Lao. Tenang aja, hostelnya punya lift kok hehe. Namun, sisi positifnya adalah Pham Ngu Lao jadi sangat aman sebab selalu ramai sampai kurang lebih pukul 3 pagi. Jadi teman-temankuy bisa jalan ke Family Mart kalau jam 12 malam tiba-tiba lapar, sebab distrik itu memang ramai banget jadi aman lah.

Satu-satunya kelemahan dari hostel ini adalah WiFi-nya yang ga ketangkep di lantai 5. Jadi Bakuy kudu turun ke lobi dulu buat bisa internetan soalnya kan Bakuy engga jadi beli SIM Card. Ini agak PR sih emang, tapi yauda lah. Mungkin Bakuy disuruh istirahat main hape oleh Tuhan.

Menelusuri Saigon

Mengingat Bakuy amat anti-naik taksi kecuali dalam situasi yang amat sangat terpaksa (seperti pada kasus di Taiwan dan saat hendak menuju Pham Ngu Lao dari Tansonnhat International Airport), plus transportasi publik di Vietnam masih belum modern, maka Bakuy memutuskan untuk mengeksplor Saigon dengan berjalan kaki secara penuh. Yupz! Jadi Bakuy jalan-jalan mengitari Saigon seharian itu tanpa naik kendaraan apapun. Benar-benar menggunakan kedua kaki yang diberikan Tuhan secara gratis hehe.

Kalau menurut Bakuy, keliling kota Saigon sebenernya bisa kok dilakukan dengan jalan kaki. Apalagi kalau teman-temankuy nginepnya di pusat kota seperti di Pham Ngu Lao. Walaupun tentu harus siap stamina juga karena udaranya yang panas. Berbeda dengan waktu di Kamboja, Bakuy lebih enjoy waktu jalan kaki di Saigon yang menurut Bakuy lebih fun dan ga kerasa capek. Trus jadi lebih bisa ngerasain semrawutnya lalu lintas Saigon yang sebetulnya sih 11-12 ama Jakarta hehe. Ada motor yang naik trotoar, motor berhenti pas di zebra cross (atau bahkan ga berhenti sama sekali), pokoknya mirip lah sama kesemrawutan Jakarta! Mereka kurang menghargai pejalan kaki, sama seperti orang Indonesia juga, suka ga sabaran karena merasa dirinya paling capek dan paling sibuk!

Koleksi War Remnants Museum

Jadi pertama Bakuy eksplor dulu daerah Pham Ngu Lao. Seperti yang sudah Bakuy jelasin sebelumnya, Pham Ngu Lao ini adalah distrik backpacker di Saigon. Jadi, ada banyak convenience store, restoran, pub, gerai kopi, hingga hostel di distrik ini. Harganya juga lebih miring, walaupun untuk makanan western tetap jatohnya juga mahal. Ga jauh dari Pham Ngu Lao nanti ada semacam alun-alun gitu. Kalau pagi sampai sore dipakai tempat olahraga kayak skateboarding atau musik-musik, tapi kalau malam jadi semacam wisata kuliner yang wajib dicoba!

Menu street food yang ada di Pham Ngu Lao

Wisata kuliner di alun-alun Pham Ngu Lao ini menurut Bakuy sangat direkomendasikan. Bagi yang Muslim, hati-hati karena ada banyak hidangan mengandung babi. Bakuy aja sempat lihat ada kepala babi yang dipajang. Trus ada juga kayak bayi buaya gitu yang dijadiin panggang-panggangan. Pokoknya macem-macem deh! Trus ada juga es-es yang segar. Kalau Bakuy sih beli ayam panggang sama sedikit sate-sate seafood dan beef serta chicken. Rasanya enak. Lebih juicy daripada yang biasa dijual di Indonesia. Kurang lebih sama seperti rasa panggang-panggangan yang ada di Khaosan Road. Mungkin mereka berguru dari sana.

Indomie tersedia di Familymart yang ada di Pham Ngu Lao

Wisata Sejarah

"Belum ke Vietnam namanya kalau belum mengkhatamkan tur sejarah Perang Vietnam"


- Bakuy, 2018

Hal yang paling menakjubkan dari Vietnam adalah sejarahnya! Menurut Bakuy, seseorang itu belum ke Vietnam namanya kalau belum menelusuri jejak sejarah Perang Vietnam yang melegenda itu. Di Saigon, terdapat tiga tempat yang menjadi semacam segitiga peninggalan sejarah : Istana Reunifikasi, Cuchi Tunnel, dan War Remnants Museum.

Bakuy awalnya berencana mendatangi Istana Unifikasi terlebih dahulu karena lebih dekat dengan hostel tempat Bakuy menginap. Eh, tapi ternyata waktu itu mereka lagi tutup istirahat makan siang. Bakuy sempet kaget sih. Biasanya kan tempat wisata ga akan tutup hanya karena jam makan siang. Tempat wisata kan bukan kantor yang ada jam makan siangnya. Maka dari itu, teman-temankuy wajib mencaritahu jadwal operasional setiap objek wisata di Vietnam. Hindari hari Senin karena itu adalah hari di mana staf-staf museum biasanya libur.

Karena waktu itu Bakuy lapar banget, jadi Bakuy memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Dan pilihan Bakuy jatuh pada Sushi Tei. Wah, awalnya Bakuy takjub juga karena ternyata di Vietnam juga ada Sushi Tei. Rasanya juga ga jauh beda sama Sushi Tei di Indonesia, walaupun dari segi menu ada beberapa perbedaan (di Vietnam gaada Fuji Roll kesukaan Bakuy, tapi ada Salmon Hana Ikura). Namun, sayangnya pelayan Sushi Tei nya engga bisa bahasa Inggris. Jadi tinggal tunjuk-tunjuk menu aja, trus pas mau bayar tinggal lambai-lambai dompet dan mereka pun akan ngerti. Dari segi harga, jatuhnya sama aja kok kayak kalau makan Sushi Tei di Jakarta.

Karena sudah kenyang makan sushi yang merupakan makanan kesukaan Bakuy, Bakuy pun jadi punya energi untuk menelusuri lebih jauh ke dalam Saigon. Dan ga berapa lama kemudian, sampailah Bakuy di Katedral Basilika Notre-Dame Saigon. Sesuai namanya, katedral itu merupakan bangunan sisa peninggalan penjajahan Prancis dan merupakan simbol penyebaran agama Katholik di Semenanjung Indochina. Katedral ini punya arsitektur Prancis yang kental sesuai masa itu, yaitu tidak adanya pagar maupun halaman di sekitarnya. Jadi ya cuman gedung katedral yang dikelilingi jalan raya. Trus di bagian depannya ada patung Bunda Maria yang pasti jadi spot foto wajib para turis. Oh iya, katedral ini tidak dibuka untuk umum, jadi kita cuma bisa foto-foto dari luar sahaja.

Tampak depan kantor pos Saigon

Bersisian dengan Katedral Notre-Dame adalah Kantor Pos Saigon. Ini juga bangunan sisa peninggalan Prancis yang masih dipertahankan bentuk aslinya. Gedungnya asli gede dan ramai. Umumnya yang bikin ramai adalah turis-turis asing yang pengen sekadar foto atau beli kartu pos untuk dikirimkan ke rumah mereka di kampung halaman. Oh iya, di dalam gedung kantor pos ini juga ada semacam pasar mini yang jual suvenir.

War Remnants Museum adalah salah satu museum paling memilukan yang pernah Bakuy kunjungin, dan salah satu yang paling Bakuy perhatikan juga penjelasan per penjelasan. Jadi di dalam museum ini selain menyimpan alat-alat perang yang digunakan tentara Amerika Serikat, juga memuat dokumentasi mereka yang jadi korban kekejaman perang. Ada yang kulitnya meleleh karena senjata kimia, ada yang dimasukin sumur lalu ditembakin di depan orang tuanya, ada yang badannya tercerai berai karena bom, pokoknya macem-macem deh. Dijamin teman-temankuy juga jadi turut merasakan betapa sakitnya peperangan, karena banyak dari mereka yang cacat permanen padahal mereka tak tahu menahu tentang politik.

Tampak depan War Remnants Museum

Oh iya, War Remnants Museum ini memuat informasi yang sangat anti-Amerika. Pokoknya Amerika itu ibarat orang munafik gitu lah, yang katanya pengen menciptakan perdamaian tapi nyatanya malah ratusan ribu orang mati karena mereka. Anehnya, justru banyak banget orang Amerika yang berdatangan ke sini cuma buat menyaksikan kebejatan bangsanya hahaha.


Seiring waktu mengelilingi museum, tiba-tiba hati jadi miris sendiri ngeliat bukti-bukti dokumentasi penggunaan agent orange (senjata kimia yang dipakai Amerika Serikat untuk merusak hutan-hutan persembunyian Viet Cong). Bagaimana bisa negara besar yang katanya menjunjung tinggi kemanusiaan dan perdamaian justru menjilat ludahnya sendiri dengan menggunakan senjata kimia - sesuatu yang jelas-jelas dilarang hukum internasional - hanya demi memenangkan pertempuran?

Note : ada bagian museum yang memuat tentang respon dunia internasional atas intervensi Amerika Serikat di Vietnam. Dan... tidak ada Indonesia di sana. Entah, sepertinya Indonesia memang tidak terlalu diperhatikan dalam percaturan politik internasional. Bakuy ga ngerti juga sih. Apakah mungkin Bakuy yang ke-skip? Kalau teman-temankuy tau, tolong komentar di bawah yah! Tapi kalau memang tidak ada, itu cukup menyedihkan. Maksud Bakuy, bagaimana mungkin negara terbesar di regional itu sendiri malah terlewatkan? Banyak artikel menyebut dukungan rakyat Thailand, Malaysia, dan Kamboja kepada kemerdekaan Vietnam, tapi mereka bahkan tak menyebut sedikitpun tentang Indonesia...

Habis dari War Remnants Museum, karena haus, Bakuy pun memutuskan untuk beli lime float di gerai minuman sebelum pintu keluar museum. Setelah itu Bakuy meneruskan perjalanan kembali ke Istana Unifikasi karena searah dengan hostel.

Istana Unifikasi ini sebetulnya cuma gedung yang gede banget. Semacam Lawang Sewu di Semarang gitu deh, tapi jauh lebih terawat. Istana Unifikasi ini dulunya adalah istana kepresidenan Republik Vietnam atau yang lebih dikenal dengan nama Vietnam Selatan. Sebagaimana layaknya istana, ya isinya cuma kayak ruang rapat, ruang perjamuan, teater, kamar tidur, helipad, dan yang sebagainya. Setiap ruangan terdapat penjelasan dalam bahasa Vietnam dan Inggris, yang menjelaskan mengenai fungsi asli dari tiap-tiap ruangan. Waktu Bakuy dateng, barengan ternyata sama rombongan turis asal Indonesia. Awalnya Bakuy pengen menyapa, tapi melihat tingkah laku mereka yang malu-maluin, Bakuy pun memutuskan untuk pura-pura jadi orang Malaysia HAHAHA!

Cu Chi Tunnel adalah trip yang agak spesial. Kenapa Bakuy bilang spesial? Karena ini adalah satu-satunya, sejauh ini, trip di mana Bakuy menggunakan jasa travel agent. Loh? Kenapa? Jawabannya adalah :

1. Transportasi publik menuju Cu Chi Tunnel cukup membingungkan, apalagi dapat dipastikan sopir dan kondekturnya tidak bisa berbahasa Inggris. Daripada Bakuy susah-susah dan akhirnya ga nyampe, atau malah habis waktu di jalan karena nyasar, lebih baik ikut half-day trip kan?

2. Insight! Cu Chi Tunnel itu open-air museum. Maksudnya, tidak akan ada papan penjelasan di setiap objek yang bernilai sejarah. Mungkin kurang lebih kondisinya sama seperti Istana Taman Sari di Yogyakarta. Jadi, demi pengetahuan sejarah yang lebih dalam dari sudut pandang orang Vietnam, Bakuy pun memilih untuk ikut half-day trip.

Travel agent yang Bakuy ikuti waktu itu adalah The Sinh Tourist dan Bakuy sangat merekomendasikan teman-teman yang ingin ke Cu Chi secara murah, insightful, tapi juga cepat dan mudah, untuk juga memesan dari travel agent ini. Waktu itu pemesanan cuma bisa dilakukan dengan mendatangi kantornya langsung, dan bisa dilakukan H-1. Bakuy cuma ikut half-day trip to Cu Chi Tunnel kalau tidak salah harganya cuma VND 109rb, belum termasuk tiket masuk ke area Cu Chi Tunnel yang waktu itu masih VND 90rb (menurut informasi, katanya sekarang naik jadi VND 110rb). Untuk mencapai kantornya, kalau teman-temankuy menginap di Hong Kong Kaiteki, tinggal jalan ke arah Familymart, jalan terus dikit lagi, dan nyampe deh! Cara daftarnya juga gampang, tinggal bilang mau ikut half-day trip ke Cu Chi Tunnel untuk besok pagi, isi form, bayar, sudah. Gampang kan? Daripada nyasar naik bus umum yang menyerupai metromini?

Tank Amerika Serikat yang berhasil dihancurkan Viet Cong, kini menjadi koleksi permanen di Cu Chi Tunnel

Note : The Sinh Tourist menyediakan berbagai macam paket perjalanan mulai dari Half-Day Trip, One-Day Trip, 3-Days Trip, dengan berbagai tujuan mulai dari tur dalam kota, tur ke Hanoi, sampai tur ke Kamboja.

Nah, kalau sudah daftar, jangan lupa untuk registrasi ulang sebelum keberangkatan. Tujuannya untuk menentukan nomor bus serta seat duduk. Bakuy ternyata kedapetan duduk sama turis cowok dari Belanda yang... Bakuy bahkan engga tanya namanya wkwkwk. Trus ada juga turis dari Taiwan yang katanya tahun depan mau jalan-jalan ke Jakarta dan Surabaya (tapi langsung Bakuy alihkan supaya memilih tempat selain Surabaya, seperti Bali, Toraja, atau Danau Toba yang lebih worth dikunjungin).

Cu Chi Tunnel itu ibarat simbol dari perjuangan rakyat Vietnam melawan invasi Amerika Serikat. Sama seperti Indonesia, bentang alam Vietnam yang berhutan-hutan membuat Viet Cong menggunakan strategi perang gerilya. Strategi ini sukses membuat Amerika Serikat kewalahan, apalagi ternyata orang Vietnam saat itu tinggal di dalam terowongan-terowongan bawah tanah! Itulah yang dinamakan Cu Chi Tunnel, atau the Rat Tunnel!

Kondisi di salah satu bagian terowongan

Selain menyimpan rongsokan-rongsokan tank dan senjata lainnya, di Cu Chi Tunnel juga terdapat replika berbagai macam perangkap dan tempat persembunyian Viet Cong di masa lalu. Pintarnya, perangkap-perangkap itu tidak bertujuan untuk langsung membunuh tentara Amerika, melainkan bertujuan membuat mereka terluka parah sehingga rekan-rekannya terbebani, dan saat itulah mereka jadi sasaran empuk tembakan gerilyawan Vietnam! Misalnya, duri-duri yang dilumuri bisa ular kobra, perangkap beruang yang bisa menembus hingga tulang kaki, dan masih banyak lagi. Pokoknya, orang Vietnam ini benar-benar memanfaatkan sumber daya di sekitarnya untuk memenangkan pertempuran.

Replika jebakan berupa lubang dengan duri yang dilumuri bisa ular kobra

Note : dilarang pecicilan di area Cu Chi Tunnel ini karena katanya sih dikhawatirkan masih ada ranjau yang aktif atau sisa-sisa agent orange yang tertinggal.

Bagian puncak dari trip ini adalah ketika kita dipersilakan untuk memasuki salah satu bagian dari terowongan. Btw, terowongan itu gelap dan sempit banget. Itu aja ukurannya sudah diperbesar supaya bisa memuat turis-turis Amerika yang gembul karena kebanyakan makan junkfood. Dulu ukurannya jauh lebih kecil daripada itu, dan orang-orang Vietnam memakainya untuk tempat tinggal. Gila, ngebayanginnya aja udah ngeri! Mereka menganggap terowongan yang dibuat menggunakan tangan itu sebagai rumah mereka dan tinggal di dalam sana selama perang berlangsung! Belum lagi ancaman gas beracun dari Amerika Serikat kalau posisinya ketahuan. Horor banget ya hidupnya?

Berbagai jenis lubang jebakan, ada yang berfungsi meremukkan kaki, menjerat, menusuk, dll

Note : di sinilah fungsi tour guide akan terasa. Mereka akan menjelaskan secara detil tiap-tiap objek, hingga fakta-fakta unik yang membuat kita bisa mengangguk-anggukkan kepala atau bahkan berdecak kagum. Bakuy aja baru tau kalau sebenarnya tentara Amerika tau Viet Cong ada di bawah tanah, tapi mereka tidak tahu di mana pintu masuk menuju tempat persembunyian itu dan bagaimana rutenya. Tour guide juga menjelaskan tentang bagaimana Viet Cong mengelabui anjing-anjing pelacak Amerika Serikat yang terkenal hebat itu : mereka menaburkan hal-hal yang identik dengan tentara Amerika seperti sabun dan perbekalan di setiap pintu masuk terowongan atau ventilasi, sehingga anjing-anjing yang familiar dengan bau itu tak pernah menyangka kalau dirinya tengah dikelabui!

Tur diakhiri dengan menonton film dokumenter berbahasa Inggris tentang sejarah Cu Chi. Kita juga disuguhi singkong rebus yang dicocol gula dan kacang.

Note : ada lapangan yang bisa dipakai turis untuk menembak. Menembaknya pakai senjata beneran loh. Kalau tidak salah senjatanya AK47 dan M16. Tapi harganya mahal. Bakuy lupa harga pastinya, tapi yang pasti itu mahal banget menurut Bakuy. Tapi teman-temankuy bisa sharing cost dengan peserta tur yang lain sebab bayarnya per amunisi jadi tinggal gantian aja deh. Karena Bakuy bukan penggemar senjata-senjata pembunuh semacam itu, Bakuy sih ogah. Lagian duit juga uda abis hehe.

Lapangan tembak yang bisa dipakai turis untuk mencoba beberapa jenis senjata api

Ben Thanh Market

Pasar Ben Tanh ini merupakan pasar terbesar dan tertua di Saigon. Sebenernya isinya standar sih. Ya oleh-oleh khas Asia Tenggara gitu lah, kayak kerajinan tangan, caping petani, anyaman, kain-kain, dll. Sayangnya, fridge magnet di sana jelek-jelek. Bakuy cuma beli satu, itupun karena terpaksa daripada ga bawa suvenir apa-apa. Bakuy sih kurang terkesima dengan Ben Thanh Market ini. Bakuy ke sana kayaknya cuma 30 menit deh. Habis itu Bakuy nyeberang ke tempat Pho 2000.

Apa itu Pho?

Pho (baca : fu) adalah sup mie khas Vietnam yang putih dan pipih seperti kwetiau kalau menurut Bakuy. Mengingat trip ini uda cukup lama terlewat, Bakuy uda agak lupa berapa harganya dan rasanya juga uda ga gitu inget. Tapi menurut Bakuy biasa aja sih. Ternyata Pho 2000 ini femes karena dulu pernah dimakan Bill Clinton waktu bertandang ke Vietnam. Katanya ada yang lebih enak lagi, tapi Bakuy uda capek banget dan ya ga rugi juga kan nyobain hidangan yang pernah dicobain sama Bill Clinton? Yauda deh hahahaha.

Pho 2000

Bakuy beli pho rasa sapi dengan minumnya jus buah yang namanya kelihatan keren banget dalam bahasa Inggris. Kan Bakuy uda berharap banget tuh kalau-kalau itu buah yang endemik Vietnam kan. Eh tapi ternyata itu jus sawo :( waktu itu Bakuy emang engga tau bahasa Inggrisnya sawo.

Note : harga Pho 2000 agak lebih mahal dibanding yang lain karena popularitasnya sebagai 'Clinton's pho'. Bakuy kurang tau apakah Pho 2000 ini buka cabang atau engga, tapi kalau yang di Ben Tanh, itu posisinya ada di atas gerai kopi waralaba (kalau engga salah Starbucks). Jadi teman-temankuy masuk aja ke gerai kopi itu trus langsung naik ke lantai dua. Di situlah Pho 2000 berada. Emang agak random sih posisinya. Oh iya, Bakuy kurang tau juga sih sebenernya ini halal atau haram.

Keamanan

Menurut Bakuy, Saigon relatif aman. Maksudnya, selama kita berhati-hati dan mawas diri, niscaya tidak akan terjadi apa-apa. Hindari saja berjalan di tempat-tempat gelap dan sepi. Pham Ngu Lao adalah lokasi menginap yang aman serta strategis kalau ingin solotraveling. Jangan bawa harta benda berlebihan. Bawa saja secukupnya dan tinggalkan sisanya di brangkas hostel (Hong Kong Kaiteki menyediakan brangkas). JANGAN PERNAH BELI JASA YANG RENTAN DIJADIKAN SCAM MISALNYA JASA PIJAT KELILING TRADISIONAL!


Pokoknya, jangan sok ngide karena walau bagaimanapun Vietnam ini masih negara berkembang yang kondisinya sedikit di bawah Indonesia.

Saigon atau Ho Chi Minh City terkenal sebagai City of Scams saking banyaknya turis asing yang mengalaminya. Teman-temankuy bisa baca detil ceritanya misalnya di sini, di sini, dan di sini. Maka dari itu, kita harus mawas diri. Jangan terlalu kelihatan excited atau kebingungan karena itu rentan membuat kita jatuh ke dalam perangkap para pelaku scam. Walaupun kesasar, tetap cuek dan pede ae. Pokoknya berperilakulah seperti warga lokal. Jangan keseringan senyum juga kalau ketemu orang asing. Kadang-kadang muka jutek juga membantu loh!

Untuk kendaraan, hanya pilih taksi Vinasun dan HANYA VINASUN. Vinasun ini mungkin ibarat Blue Bird-nya Vietnam. Scam berupa argo yang dimanipulasi dan penambahan fee mendadak bisa terjadi kalau teman-temankuy naik taksi selain Vinasun. Nah, karena Vinasun ini terkenal banget, ada banyak merk-merk kw yang memirip-miripkan logonya atau namanya biar menyerupai Vinasun. Misalnya VietnamSun, VietSun, atau Vinataxi atau apalah. Pokoknya jangan terkecoh. Harus 'Vinasun'. Udah. Engga lebih engga kurang.

Mata Uang dan Transaksi

Vietnam menggunakan mata uang Dong (VND), tapi USD juga sering digunakan terutama di tempat-tempat wisata. Sama seperti di Kamboja, usahakan teman-temankuy sudah mempunyai pecahan kecil uang USD kalau mau bertransaksi di toko-toko kecil. Sebab, kalau mereka ga punya kembalian dalam USD, ya dikasihnya VND. Dan uang VND ini kan jadi susah ditukar di mana-mana. Nilainya juga kecil banget. Bahkan VND 1 cuma IDR 0,6 kalau engga salah.

Tapi saran Bakuy sih mending pakai VND aja karena USD itu nilainya kegedean dan malah-malah nanti jadi kemahalan.

Di Vietnam, teman-temankuy bisa tarik tunai kok. Tapi cara menggunakan ATM-nya beda dengan ATM di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, pokoknya beda sama semua negara yang pernah Bakuy kunjungin sebelumnya. Jadi ATM di Vietnam itu cara pakainya pertama masukin dulu kartu kita dan tahan sampai setengahnya masuk. Habis itu akan ada perintah untuk menarik kembali kartu, maka cabut aja lagi kartunya. Udah, bisa langsung transaksi deh. Jadi perbedaannya hanyalah kalau di Vietnam, kartunya engga ditelen ke dalam mesin ATM, melainkan kayak cuman dipindai aja di mesinnya gitu.

Kesimpulan

Agak susah menarik kesimpulan ya karena trip ini sebetulnya uda lama banget dan baru di-posting sekarang. Tapi Bakuy sangat menyarankan teman-temankuy semua untuk memberanikan diri solotraveling ke Vietnam, terutama Saigon. Dan, usahakan jangan cuma ke Ha Long Bay aja, tapi juga ke Cu Chi Tunnel dan yang lainnya. Bukan karena apa-apa, tapi keindahan alam selayaknya Ha Long Bay mungkin bisa ada di mana-mana, tapi tempat-tempat bersejarah itu ya cuma ada di Saigon dan tidak ada lagi di tempat lain. Maka, selagi teman-temankuy berkunjung ke sana, kenapa tidak? Belajar sejarah langsung di lokasinya itu benar-benar menyenangkan loh!

Kira-kira itu dulu aja deh. Kalau teman-temankuy butuh bantuan atau pertanyaan, jangan sungkan untuk komentar di bawah atau kontak Bakuy di sushitraveler@gmail.com yah! Bakuy akan usahakan merespon secepatnya. Terima kasih! :)


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page