Turis Asia? OH NO!
- Bakuyyyy
- 27 Des 2017
- 6 menit membaca
Diperbarui: 19 Jun 2020
Halo teman-temankuy semua! Kembali lagi dengan Bakuyyyy!
Setelah sebelumnya artikel untuk rubrik Travel dan Travelmate, kali ini Bakuy akan post tentang Story. Sebelum itu, Bakuy ingin menegaskan bahwa artikel Story ini merupakan opini pribadi Bakuy berdasarkan pengalaman saat traveling. Story ini bersifat menggeneralisir. Tapi perlu diingat sekali lagi yaa kalau ini hanyalah opini, sehingga bisa jadi teman-temankuy punya pendapat yang berbeda.
Jadi, sebagai traveler kan otomatis kita akan bertemu traveler-traveler lain. Hal ini tak bisa dihindari karena sebagai turis, kita pasti akan menghampiri tempat-tempat mainstream bagi para turis. Bertemu dengan sesama traveler asing itu menyenangkan loh. Walaupun jarang bisa diajak ngobrol dan temenan, at least, kita jadi merasa secure karena ada orang asing lain yang bersama-sama kita. Jadi kalau salah ya salah bareng, kalau keliru ya keliru bareng, kalau bego ya bego bareng, kalau nyasar ya... nyasar bareng wakakak. Dan biasanya kalau nyasar bareng gini kita akan saling berpandangan dengan awkward gitu trus tiba-tiba jadi ketawa bareng dan tahu-tahu uda temenan deh! Masalah yang sama membuat kita merasa senasib. Jadi berharaplah supaya kalau nyasar, ketemu traveler asing yang nyasar juga!
Tapi, traveler itu bukan konotasi yang tunggal. Sesungguhnya ada begitu banyak jenis-jenis traveler sehingga beberapa orang membaginya menjadi kategori istilah yang berbeda yakni tourist dan traveler.
Definisi tourist itu ya mereka yang bepergian untuk sekadar jalan-jalan. Jadi tujuan perjalanannya hanya sebatas refreshing dari rutinitas sehari-hari, melihat-lihat, mencicipi makanan setempat, membeli oleh-oleh, lalu pulang. Tak ada niat yang lebih berarti. Mereka yang ikut rombongan tour group merupakan contoh ideal dari tourist ini, jadi ada pemandunya yang membawa bendera trus cerita panjang lebar sampai mulutnya berbusa-busa.

Definisi lain berlaku untuk traveler. Traveler punya arti yang luas. Backpacker dan flashpacker seringkali dimasukkan ke dalam kategori traveler, meski pada hakikatnya pembedaan tourist dan traveler itu kembali lagi pada tujuannya (jadi kalau backpacking tapi tujuannya hanya untuk tujuan tourist biasa, ya seharusnya tetap masuk kategori tourist). Jadi ini bukan tentang bagaimana cara traveling-nya, tapi apa tujuan traveling-nya. Jadi traveler itu adalah orang yang sedang bepergian ke tempat-tempat baru dengan niat yang biasanya bersifat personal. Kenapa personal? Karena mereka yang sedang bepergian untuk bisnis, studi, seminar, lomba, dsb itu ga bisa dikategorikan sebagai traveler. Mereka yang masuk ke dalam kategori traveler ini adalah mereka yang bepergian untuk memenuhi hasrat-hasrat kebatinan misalnya memuaskan rasa keingintahuan atau bisa jadi untuk menemukan jati diri. Kok agak berat ya kesannya? Memang traveler sejati itu ya seperti itu. Mereka kalau jalan bisa berbulan-bulan dan menelusuri puluhan negara dalam sekali trip. Masih ingat Elizabeth Gilberts dalam novel Eat, Pray, Love? Nah, itu adalah contoh seorang traveler dalam definisi ini.

Bakuy sih engga mau ambil pusing dengan persegmentasian ini, ya. Bakuy pun tidak tahu apakah pembedaan ini valid atau tidak sebab ini hanya jenis-jenis segmentasi yang dibuat orang-orang untuk mempermudah bayangan orang lain ketika diceritakan pengalaman saat traveling. Bakuy sendiri menyederhanakan segmentasi ini menjadi begini : traveler itu orang yang bepergian secara mandiri (dia mengurus setiap detil perjalanan dari mengurus visa hingga pulang) dan tourist itu mereka yang terima mudah dan jalan-jalan menggunakan jasa agen perjalanan. Perbedaannya bukan pada tujuan perjalanan itu, melainkan pada bagaimana mereka mengatur sebuah perjalanan. Jadi ini kembali pada preferensi, ketersediaan dana, serta waktu luang.
Sejujurnya, Bakuy engga mau membeda-bedakan turis dengan cara begini. Namun, kadang juga Bakuy jadi agak rasis dan jadi membeda-bedakan kategori turis hehe. Ini biasanya terjadi kalau udah ketemu turis-turis Asia. Loh? Kenapa? Memangnya ada apa dengan turis Asia?
1. Biasanya datang dalam bentuk tour group dengan jumlah yang besar, sebagian besar orang Asia tidak mau, tidak mampu, atau tidak berani melakukan perjalanan seorang diri maupun dalam kelompok kecil. Hal ini terutama terjadi untuk turis-turis dari Tiongkok dan Korea Selatan. Apalagi mereka yang sudah lanjut usia dan berkeluarga. Bukan bermaksud menyalahkan sih, tapi mereka kerapkali memboikot jalur dan pandangan. Misal, sedang di museum, kita lagi enak-enak baca dan foto, eh tiba-tiba dateng tuh ber-20 gatau dari mana. Mereka langsung deh mengerubungi tempat yang kita udah pewe itu. Trus si tour leader mulai nyerocos menjelaskan panjang lebar. Ini mengganggu. Bakuy paling engga suka kalau uda begini, dan akhirnya memilih menyingkir. Eh, seolah-olah mereka itu ngikutin kita. Jadi sepanjang perjalanan itu kita kayak dikejar-kejar ama tour group ini. Ketika Bakuy nunggu biar mereka pergi dulu, EH MALAH DATANG LAGI TOUR GROUP BARU! BER-20 LAGI! Alamak! Alhasil terjepit deh di antara dua rombongan turis gini. Kalau udah begini, ya pasrah aja. Mau gimana lagi coba?

2. Ngobrol dengan Volume Ekstra Maksimal, hampir semua turis Asia selain Jepang itu kalau ngobrol udah kayak pakai speaker masjid. Walaupun turis Tiongkok masih menjadi benchmark tak terkalahkan dalam hal ini, tapi turis dari Indonesia dan Korea Selatan juga sebenarnya sama hebohnya. Hanya saja, jumlah mereka tak sebombastis turis dari Tiongkok. Aduh, sumpah deh bahkan Bakuy pernah tersiksa di pesawat karena itu rombongan ibu-ibu asal Indonesia yang duduk di belakang seat Bakuy, ngobrol sampai ketawa-ketiwi ngakak kayak lagi ngobrol di warung, padahal itu di pesawat, long-haul pula! Bakuy bahkan sampai harus menegur karena penumpang yang lain pun jadi ga bisa istirahat karena dihantui suara mereka. Jadi turis Asia itu kadang suka lupa kalau suara mereka yang terlalu santer itu bisa mengganggu kenyamanan orang lain. Apalagi yang ikut tour group. Uda ga mikir deh kayaknya.

3. Foto setiap lima detik, sebetulnya semua turis berhak ambil foto. Turis Eropa, Jepang, dan turis Asia semuanya pasti ingin mengabadikan perjalanan mereka dalam bentuk foto. Namun, frekuensinya juga dikira-kira dong :( nah, turis Asia ini kalau foto uda kayak lupa etika. Kombinasi fotonya itu lho, parah banget. Waktu Bakuy ke Cuchi Tunnel di Vietnam, setelah tour leader pergi, turis-turis Kaukasian juga langsung ikut-ikutan pergi dengan malas. Awalnya Bakuy gatau alasannya, hingga tiba-tiba anggota tur yang lain yang orang Asia menyerbu objek yang barusan dijelasin tour guide buat... foto. Mending kalau fotonya sekali doang. Ini engga. Jadi pertama misal si Toing duluan nih foto, posenya bisa tiga pose. Trus abis itu kombinasi Toing + Mama, Toing + Adik, Toing + Papa, Toing + Mama + Adik, Toing + Mama + Papa, dst dst gitu! Jadi semua kombinasi ada dan itu di hampir semua objek terutama yang primadona seperti rongsokan tank dan helikopter. Dan itu baru si Toing. Belum lagi Mitol, Bombom, Ijul, dan keluarga-keluarga Asia yang lain. Alhasil semua sudut udah dijajah satu-satu sama Asian families ini. Yauda lah Bakuy yang cuma demen foto objek apa daya deh ngalah ae membiarkan turis-turis Asia berfoto dengan pose yang bikin ngelus-ngelus dada :(

4. Suka meludah sembarangan, ini sih kayaknya paling parah dilakukan turis Tiongkok terutama yang uda tua-tua gitu. Udah gitu meludahnya di trotoar dan di jalan-jalan. Yang liat kan jadi jijik. Tapi banyak kok sebenarnya orang Asia dan Eropa yang melakukan ini, hanya saja orang Tiongkok yang paling 'berani' melakukannya.
Nah, turis Tiongkok ini berani melakukan tindakan tak terpuji itu di luar negeri. Bahkan ada yang meludah di dalam stasiun di Taipei coba! Sampek petugasnya geleng-geleng gitu saking syoknya sampek ga refleks negur, sementara tu orang uda ketawa-ketawa pergi ae.

Overall, cuma itu sih keluhan-keluhan Bakuy kalau ketemu turis Asia. Tapi setelah Bakuy baca-baca lagi kok banyakan perilakunya turis Tiongkok ya? Hahaha. Mungkin karena mereka jumlahnya banyak dan ada di mana-mana, jadi perilakunya gampang diperhatikan lalu digeneralisir sebagai 'orang Asia'. Sejujurnya, perilaku-perilaku di atas cukup mengganggu. Apalagi bagi turis Kaukasian yang tidak terlalu terbiasa dengan semua itu. Namun, sejujurnya, ada loh saat-saat di mana Bakuy sangat berharap ketemu rombongan turis Asia ini.

Pertama, ketika Bakuy sedang tersesat. Kehadiran turis-turis ini akan sangat menolong sebab mereka tentunya akan menuju tempat-tempat wisata yang ada di sekitar situ, yang which is itu juga pasti tujuan Bakuy. Kedua, ketika di sentra oleh-oleh dan Bakuy engga bisa nawar, ikutin aja turis-turis Asia yang lagi dibantuin nawar sama tour guide mereka. Trus Bakuy akan nyempil gitu di deket-deket mereka dan dapatlah harga yang sama dengan mereka HAHA. Ketiga, saat kita di hostel yang isinya orang-orang Kaukasian, ketemu orang Asia terutama dari Tiongkok akan sangat membuat lega karena entah kenapa, rasanya kayak nyambung gitu aja dan merasa safe karena ada teman seperantauan. Apalagi turis Tiongkok itu walaupun tingkahnya aneh-aneh tapi sebenarnya banyak yang ramah dan welcome engga kayak orang Singapura yang sok. Dan keempat, melihat tingkah laku turis-turis Asia yang kocak-kocak kadang jadi jokes sendiri aja di tengah kesendirian solotraveling wkwkwk. Bakuy beberapa kali ketawa ngelihat turis Asia yang gelagapan di depan imigrasi atau yang kebingungan gaptek gitu. Bukannya ngetawain penderitaannya, tapi tingkah laku dan omongan mereka itu bener-bener kedengaran lucu banget apalagi Bakuy ngerti dikit-dikit bahasa Mandarin jadi tambah kocak deh :")
Finally that is all the post for this article! Sekali lagi Bakuy tekankan ini hanya opini pribadi dan tidak ada maksud menyinggung siapapun. Ini juga dilihat dari sudut pandang sesama traveler, bukan warga lokal yang bisa jadi kedapatan rezeki sebab turis Asia terutama Tiongkok memang terkenal sebagai deep-pocketed tourists. Jadi kita bisa menarik kesimpulan bahwa kehadiran turis Asia itu ada manfaat dan mudoratnya, tergantung situasinya bagaimana dan bagaimana pula kita menyikapinya.
See you in the next post!
P.S. : Sejauh ini, menurut pengamatan Bakuy, hanya Jepang dan Malaysia negara Asia yang orang-orangnya lebih suka melakukan perjalanan sendiri, sisanya terutama turis Tiongkok dan Indonesia masih lebih menyukai tour group apalagi kalau ke negara-negara yang jauh atau yang dianggap 'random'.