Kamboja dan Thailand : Pesona Indochina
- Bakuyyyy
- 19 Des 2017
- 20 menit membaca
Diperbarui: 19 Jun 2020

Halo semua!
Kembali lagi ke jalansendiriaja! Kali ini, sebelum badai UAS menghadang, Bakuy akan membagi cerita Bakuy selama jalan-jalan ke Kamboja dan Thailand pada bulan November 2017 lalu, tepatnya dua minggu setelah trip ke Brunei. Jaraknya dekat banget ya? Iya, soalnya bulan Januari sampai Maret Bakuy akan sibuk berkutat dengan tugas akhir sehingga kemungkinan pergi liburan jadi lebih kecil. Otomatis, trip kali ini ibarat 'narik' jatah trip bulan-bulan itu wakakak.
Nah, seperti biasa, Bakuy akan memulai dari alasan mengapa Bakuy memilih Kamboja dan Thailand sebagai destinasi trip kali ini. Jadi, memang sejak lama Bakuy pengen mengeksplor seluruh negara ASEAN. Sebagai masyarakat ASEAN yang baik, Bakuy pengen tau dong negara-negara saudara Indonesia di Asia Tenggara. Itu merupakan rute yang wajib untuk dikunjungi (walaupun sebetulnya setelah mengunjungi Thailand dan Kamboja Bakuy jadi kurang berminat datang ke Myanmar dan Laos, alasannya akan Bakuy jelaskan di sini nanti). Selain itu, turis-turis Eropa dan Amerika tuh suka banget kalau traveling ke negara-negara Indochina. Bakuy pengen tau apa sih yang membuat negara-negara itu begitu menarik meskipun infrastruktur dan masyarakatnya sebetulnya ga beda-beda jauh ama Indonesia. Ya kali aja kan Bakuy kelak akan jadi Menteri Pariwisata (wakakakak Aamiin-in aja deh!) jadi Bakuy harus punya pengalaman mengelilingi seluruh Asia Tenggara.

Selain itu, Bakuy pengen banget liat Angkor Wat yang merupakan wonders of the world sebagai the biggest Buddhist temple in the world! Bakuy juga pengen nyobain street food Bangkok yang hits parah itu, membuktikan apakah legenda ladyboy Thailand itu sungguh nyata, dan tentunya nambah cap imigrasi di paspor Bakuy hahaha. Sebetulnya Bakuy udah punya cap imigrasi Thailand sih waktu transit dalam trip ke Rusia bulan September 2017 lalu (Bakuy naik Thai Airways). Tapi mengingat Bakuy cuma tidur dan muter-muter bandara, jalan-jalannya jadi engga afdol. Cap itu seolah-olah tak ada jiwanya :( Maka, here we are, Bakuy pun memutuskan langsung melahap Kamboja dan Thailand sekaligus! Trip makin menyenangkan karena for the first time Bakuy akan nyoba melewati perbatasan darat antarnegara :)) pokoknya Bakuy membayangkan trip ini bakal jadi pengalaman tersendiri yang susah dilupain!
Disclaimer : Lagi-lagi, Bakuy ngelewatin trip ke Taiwan dan Vietnam (Januari 2017) serta Rusia (September 2017). Alasannya masih sama : Bakuy belum beli charger tablet :") maafkan lambatnya progrep Bakuy ya teman-temankuy. Bakuy janji akan langsung update cerita trip tersebut ketika charger sudah terbeli!
The First Trip with Travelmate
Demi Katy Perry bercawat abu-abu, finally, Bakuy pun jalan-jalan bersama travelmate! Namanya Kania. Kania ini emang temen se-geng Bakuy kalau di kampus. Waktu beli tiket ke Kamboja, Bakuy belum kepikiran tuh buat ngajak orang. Tapi trus Bakuy inget kalau Kania pernah bilang dia tuh pengen banget mendatangi Angkor Wat. Tanpa banyak cingcong, Bakuy pun langsung nanyain deh tuh di grup geng Bakuy. Wuih responnya warbyasah. Perceraian Ahmad Dhani-Maia pun kalah gaduh. Tapi hasilnya, dua orang tidak bisa ikut dan hanya Kania yang mengiyakan. Okelah, jalan berdua sans lah. Bakuy bukan tipe yang antipati kok. Lagian kan kita temen yang uda saling kenal.

Btw di foto atas ini Kania yang berdiri paling kanan. Yang tengah namanya Isabella dan yang jilbaban namanya Annabelle.
Apa yang membuat Bakuy mau ngajak Kania pas itu adalah karena Kania sejauh ini adalah satu-satunya yang langsung mengiyakan dan bertindak setelah kita menyesuaikan jadwal dan transport hari itu juga. Jadi sata itu juga kita buka aplikasi AirAsia, diskusi-diskusi dikit, dan beli deh. Ga ada istilah tunda-tunda, pending-pending, nunggu nabung karena semakin ditunda semakin besar pula peluang batal. Jadi Kania ini benar-benar komit banget buat jalan-jalan dan bukan cuma sekadar mimpi-mimpi doang yang ujung-ujungnya 'duh maaf, jujur gue pengen banget ikut. Sepengen itu. Tapi gue harus lalalalalalililililulululu'.
Jadi guys, kalau pengen jalan bareng travelmate yang selain keluarga, usahakan booking secepatnya. Kalau kebiasaan orang Indonesia sih, makin mendadak biasanya makin besar peluang jadinya wakakak. Atau kalau memang mau nabung dulu, bener-bener pastiin program menabungnya jalan. Kalau perlu dibikin deh tuh PIC yang bertugas memastikan gaada yang bolos nabung. Karena ketika teman-temankuy udah semangat banget pengen jalan, trus tiba-tiba batal, teman-temankuy akan luar biasa kecewa :(
Sekilas Tentang Kamboja

Sama seperti Belanda, penjajahan Prancis itu sifatnya destruktif. Kamboja adalah salah satu negara Asia Tenggara yang merasakan kebengisan orang-orang Prancis. Sebelum orang-orang Prancis datang, Kamboja merupakan sebuah negara berdaulat dengan nama Kekaisaran Khmer. Kekaisaran ini cukup kuat sampai mampu menandingi Siam. Angkor Wat adalah bukti kejayaan Kamboja di masa lalu. Namun, kekaisaran ini akhirnya runtuh karena penjajahan Prancis selama lebih dari seratus tahun. Kamboja baru dapat melepaskan diri dari Prancis pada tahun 1953, tapi negara itu langsung disusupi paham-paham politik ekstrem yang melahirkan Khmer Merah (Khmer Rouge). Situasi semakin runyam akibat pembunuhan massal yang dilakukan rezim Pol Pot, yang berujung pada invasi Vietnam atas Kamboja pada tahun1979.
Kekacauan politik yang melanda Kamboja membuat perekonomian negeri ini sulit berkembang. Secara ekonomi, Kamboja merupakan salah satu negara termiskin di ASEAN. Masyarakat Kamboja mayoritas adalah etnis Khmer dan beragama Buddha. Mereka benar-benar orang yang ramah terhadap turis. Satu lagi fakta yang sering dilupakan adalah : Kamboja ini merupakan negara monarki! Banyak orang Indonesia mengira Kamboja masih dikuasai partai komunis seperti Kuba atau junta seperti Myanmar. Kenyataannya, monarki Kamboja telah dipulihkan pada tahun 1991, dan saat ini rajanya adalah Raja Norodom Sihamoni.
Sekilas Tentang Thailand

Walaupun sering dibilang sebagai satu-satunya negara yang tidak pernah dijajah, kenyataannya, Kerajaan Thailand pernah dua kali diduduki bangsa asing. Yang pertama adalah Dinasti Konbaung dari Burma (sekarang Myanmar) yang membumihanguskan Ayutthaya di abad 18, dan kedua adalah bangsa Jepang selama Perang Dunia II. Thailand selamat dari penjajahan Eropa berkat kesepakatan antara Inggris dan Prancis, yang menjadikan Thailand sebagai negara peyangga (buffer state) yang memisahkan French Indochina (Laos, Kamboja, Vietnam) dengan British India (India dan Burma).
Walaupun tidak pernah mengalami penjajahan bangsa asing, Thailand kerapkali bermasalah terkait politik dalam negerinya. Militer kerapkali mengudeta pemerintahan sipil dan menimbulkan kekacauan, melahirkan pemerintahan junta seperti yang terjadi sekarang ini (tahun 2017). Sejak monarki absolut dihapuskan tahun 1932, raja tak lagi mempunyai kekuatan politik. Akan tetapi, popularitas Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) membuatnya memiliki pengaruh kuat di masyarakat dan, bahkan, militer. Kini, raja yang telah mangkat digantikan oleh Putra Mahkota Pangeran Maha Vajiralongkorn yang kontroversial, sehingga timbul kekhawatiran rasa hormat kepada monarki tak akan sekuat sebelumnya.
(Lagi-lagi) Drama Pra-Keberangkatan
Pada hari H keberangkatan, Bakuy baru inget kalau baju-baju Bakuy masih di-laundry. Engga mungkin dong Bakuy minjem baju temen buat jalan-jalan. Apalagi baju Kania. Maka, Bakuy memutuskan untuk belanja baju dulu di Depok Town Square. Iya, beli baju trus langsung di-packing masukin ke ransel gitu HAHAHA. Soalnya udah engga ada waktu lagi. Apalagi hari itu ada sosialisasi tugas akhir dari kampus dan dua sesi perkuliahan. Jadi udah engga ada waktu lagi buat setrika-setrika atau apalagi nyuci-nyuci. Sementara itu, Kania malah udah siap komplit dengan bantal lehernya.
Kita memutuskan untuk naik kereta dari kampus sampai ke Pasar Minggu lalu naik DAMRI dari sana menuju SHIA, mengingat itu opsi termurah. Tapi, lagi-lagi kemacetan membuat kita berdua deg-degan ketinggalan pesawat! Bakuy lupa waktu itu flight jam berapa, tapi yang jelas Bakuy ama Kania harus lari-lari di bandara karena waktunya udah mepet. Belum lagi Kania mau nukar dollar buat di Kamboja. Pokoknya riweuh deh. Tapi herannya, Kania masih yang santai gitu. Malah dia bilang 'kalau ketinggalan yaudahlah gue balik ke BSD'. Sementara Bakuy sih pasti udah mojok nangis di Solaria :( Tapi Alhamdulillah ternyata kita masih bisa ngejar waktu.
Lagi-lagi dengan trik 'transit di Kuala Lumpur', kita bisa dapat tiket murah ke Siem Reap, dengan resiko harus mau bermalam di bandara. Bakuy dan Kania memang harus skip Phnom Penh karena keterbatasan waktu, dana, dan pengen cepat ke Bangkok haha. Padahal, di Phnom Penh ada museum-museum bagus yang sadis dan seram, menyimpan mayat-mayat serta tulang belulang korban kekejaman Pol Pot. Memang berat, sih. Tapi karena Bakuy sepenasaran itu sama Thailand, ya harus rela dilepaskan. Maka di Kamboja Bakuy cuma mengunjungi Siem Reap, kota di mana Angkor Wat berada.
Di Kuala Lumpur, Bakuy dan Kania nginep di klia2, tepatnya di lantai 2 tepat di atas gerbang keberangkatan internasional. Di situ ada kursi-kursi yang bisa dipakai untuk tidur-tidur ayam. Kania lelap tidurnya karena bawa bantal tidur, sementara leher Bakuy rasanya kayak nyaris patah. Bakuy tidak akan cerita panjang lebar tentang transit di klia2 karena akan diceritakan di artikel terpisah. Hanya saja, tips untuk teman-temankuy yang ingin berkunjung ke Kamboja via klia2, usahakan check-in lebih awal. Karena kaunter check-in menuju Kamboja dicampur dengan tujuan Laos, Brunei, dan India, yang kondisinya bisa teman-teman baca di artikel Brunei : Penyakit Negara Petrodollar.

Note : Bakuy sedih waktu melewati imigrasi Malaysia. Jadi kita udah cepet banget datang di imigrasi. Nyampe jam 12 malam kurang. Bakuy mikir 'wah sempat nih dapat cap masuk tanggal hari ini, trus cap keluar tanggal besok pagi (yang padahal Bakuy cuma di Malaysia kurang dari 12 jam)'. Menurut Bakuy ini prestisius. Bakuy lebih suka cap yang tanggal masuk-keluarnya berbeda daripada yang sama. Tapiii, pas Bakuy antre, pas udah mau didata ama Pak Cik imigrasinya, eh udah jam 00.00. Sama Pak Ciknya direstart deh komputernya trus tanggalan capnya diubah. Sedih banget Bakuy :( ibarat ditinggal kereta pas di depan mata. Dan kesalnya lagi, Kania dapat cap masuk hari itu (dia antre pas di depan Bakuy) :(
Kaki Gempor di Siem Reap
Bakuy dan Kania tiba di Kamboja jam 7 pagi, dan langsung disambut imigrasi Kamboja yang terkenal lamanya minta ampun. Akan tetapi, ternyata proses lama ini cuma berlaku untuk turis-turis kulit putih. Mungkin karena mereka masih terkena kebijakan Visa on Arrival (VoA), beda dengan turis-turis Asia Tenggara yang sudah bebas visa. Jadi pintar-pintarlah dalam memilih antrean imigrasi. Usahakan jauhi antrean yang banyak turis Kaukasian-nya. Petugas imigrasinya pun ramah banget. Mereka senyum dan bilang 'good morning' waktu Bakuy ngasih paspor. Asumsi Bakuy, mereka ini lebih senang menerima lebih banyak turis ASEAN ketimbang turis Kaukasian. Alasannya Bakuy kurang tau kenapa, tapi yang jelas kita harus mempertahankan imej positif ini :)
Selama di Siem Reap, Bakuy dan Kania nginep di Tropical Breeze Resthouse. Bakuy pilih ini karena posisinya strategis, menyediakan berbagai layanan seperti sewa sepeda, tuktuk, air panas, sampai antar/jemput bandara (antar ATAU jemput yaa, jadi cuma one-way). Bakuy dan Kania ngincar hostel ini juga karena kita mau dijemput dari bandara. Soalnya gaada transportasi umum yang bagus dari Bandara Siem Reap ke pusat kota selain dengan taksi, dan taksi pastinya mahal di luar budget perjalanan. Hubungin aja hostelnya via email. Mereka bilang akan pesankan tuktuk untuk kita. Eh, tapi ternyata yang dibawa mobil yang nyaman cihuuy. Walaupun sedih juga sih ga bisa ngerasain naik tuktuk :( yauda deh berarti belum rejekinya. Oh iya layanan ini gratis. Tapi karena ga enak sama bapaknya, kita kasih deh tip USD 2 :)

Btw foto di atas bukan foto hostelnya. Itu salah satu kuil Buddha di Angkor Wat.
Ohiya di hostel, Bakuy dan Kania ketemu orang India yang udah lama tinggal, sekolah, dan kerja di Inggris. Dia alumni Universitas... lupa. Hehe. Pokoknya termasuk yang lumayan hits gitu lah. Dia itu peneliti, jadi pemikirannya suka unik gitu. Dia bahkan nanyain kita kuliah jurusan apa dan kenapa ambil jurusan itu. Trus waktu kita jawab kita jurusan akuntansi, eh malah dia bilang 'accountant is not a good profession, because it is a cheating work'. Bakuy dan Kania langsung kayak speechless gitu wakakak. Trus dia bilang yang intinya selama kita mengemban ilmu setinggi-tingginya, pekerjaan akan datang dengan sendirinya. Tapi yang ngeselin adalah ketika dia underestimate kita waktu kita ga ngajak ngobrol traveler lain (yang kalau ga salah dia bilang dari Glasgow, Edinburg, atau Manchester Bakuy lupa pokoknya Inggris Raya deh). Kayaknya dia ga ngerti deh ama tendensi orang Asia yang emang pasti buka hape kalau lagi bosen dan ga saling kenal. Walaupun di hape itu sebenarnya gaada internetnya :")

Note : ada 2 mata uang yang berlaku di Kamboja yaitu riel dan USD. Semua barang dipasang harga dalam riel dan USD. Turis-turis umumnya pakai USD karena mengkonversikannya lebih gampang pas keluar dari Kamboja. Nah, ketika belanja pakai USD, usahakan teman-temankuy punya pecahan kecil-kecil seperti 1 dan 5 USD, karena pedagang gitu kadang engga punya kembalian dalam USD (kecuali teman-temankuy engga keberatan kembaliannya dalam riel). Berdasarkan blog traveler lain yang Bakuy baca, di sebuah kuil Buddha gitu bahkan ada orang yang bawa uang riel segepok cuma buat ditukerin ke USD oleh turis-turis yang mau nyumbang tapi ga punya uang riel. Kenapa perlu ditukar? Karena kegedean nilainya kalau harus nyumbang dalam mata uang USD!
Hmmm untuk layanan Tropical Breeze Hostel sih Bakuy dan Kania puas. Kita pesan yang twin bedroom dan ternyata dapat yang 1 ranjang ukuran double plus 1 ranjang ukuran single. Kipas anginnya kencang dan ada AC tapi engga kita nyalain soalnya kita emang pesan yang non-AC. Kamar mandinya privat lengkap dengan water heater. Waktu Bakuy sampai di hostel, belum bisa check-in karena belum jam 2 siang. Jadi Bakuy dan Kania sewa sepeda seharga USD 2 per sepeda per hari dengan pertimbangan kalau sewa tuktuk mahal nyampe USD 25 untuk muter-muter Siem Reap kalau tidak salah.

Ternyata keputusan untuk menyewa sepeda ini keliru. Jarak dari hostel ke Angkor Wat itu 7 km lebih, belum termasuk jalan ke ticket booth center yang posisinya terpisah, dan itu mungkin ada deh 2 km. Jadi Kania sama Bakuy genjot sepeda sekitar 10 km lebih, SEKALI JALAN! Waduh, mana sepedanya berat dan joknya keras. Apalagi pantat Bakuy kan tipis ya jadi makin kerasa sakitnya :( Itu bener-bener trip Bakuy yang paling gempor! Jadi untuk teman-temankuy yang ingin trip ke Kamboja, lebih baik sewa sepeda motor atau tuktuk deh. Mahal, sih, tapi teman-temankuy jadi lebih bisa rileks nikmatin candinya. Saking capeknya, Kania sampek minta pendapat gimana kalau sepedanya diangkut naik tuktuk aja wkwkwkwk. Pantesan juga tuh bule-bule yang biasanya suka jalan kaki, di situ pada naik tuktuk. Oh, la la... sumpah, Bakuy engga nyaranin buat naik sepeda keliling Siem Reap :(

Saking lelahnya, Bakuy dan Kania memutuskan untuk makan malam pop mie aja wkwkwk. Kita beli di supermarket terdekat dengan harga USD 1.5 (Kamboja terasa mahal soalnya pakai USD). Pokoknya kita berdua uda ga sanggup jalan jauh-jauh lagi karena kaki rasanya udah kayak kayu lapuk.
Angkor Wat

Angkor Wat pada mulanya adalah candi Hindu untuk Dewa Shiwa, sebelum perlahan-lahan beralih menjadi candi Buddha di abad ke-12. Candi ini dibangun oleh Raja Suryawarman dari Kekaisaran Khmer. Masyarakat Kamboja sangat bangga kepada Angkor Wat ini. Saking bangganya, candi ini muncul di bendera nasional mereka. Angkor Wat juga dinobatkan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO, dan sangat sayang untuk dilewatkan terutama untuk masyarakat ASEAN seperti Indonesia.
Namun, Angkor Wat itu pada dasarnya ya candi biasa. Untuk kita orang Indonesia yang sudah pernah jalan-jalan ke Borobudur, Prambanan, dan Pura Besakih, sebetulnya itu bukan objek wisata yang se-waow itu. Kendati demikian, arsitekturnya memang sangat bagus. Beda sama candi-candi di Indonesia, Angkor Wat benar-benar terlihat seperti bangunan berejarah yang menyerupai labirin. Bener-bener pas deh untuk syuting film-film adventure pencarian harta karun macam Indiana Jones. Candinya dikelilingi danau dan rawa-rawa. Jadi suasananya makin mistis dan misterius.

Untuk masuk ke Angkor Wat, turis asing dikenakan biaya USD 37 untuk one-day pass, USD 62 untuk 3 days-pass, dan USD 72 untuk 7-days-pass. Ini harga yang menurut Bakuy engga masuk akal. Maksud Bakuy, how come sebuah wisata candi tiket masuknya bisa 500rb lebih??? Bahkan tempat-tempat hits macam Museum Hermitage, Madam Tussauds, dan Kremlin aja kalah cuy. Pembelian tiket pun tidak bisa diwakili karena akan difoto gitu dan ditempel di tiketnya. Sementara itu, untuk warga Kamboja kata Kania sih dibebasbiayakan.

Kalau teman-temankuy cukup kritis, pasti teman-temankuy bingung 'loh, kenapa untuk datengin candi aja mesti harus ada 7-days-pass?' Nah, teman-temankuy perlu tau kalau Angkor ini merupakan kompleks percandian. Dengan kata lain, ada banyak candi di dalam Angkor, dan Angkor Wat merupakan satu di antara candi-candi itu. Tiket masuk yang teman-temankuy beli sudah termasuk tiket masuk ke seluruh candi (tiket akan dicek di pintu masuk kompleks dan juga di pintu masuk tiap-tiap candi, jadi tiket jangan sampai hilang!). Menurut Bakuy, ini strategi ticketing yang curang. Kita dipaksa membeli seluruh tiket dan harganya jadi membengkak, dan percaya deh, teman-temankuy (terutama yang berasal dari Indonesia) gak akan se-amazed itu sampek rela menghabiskan 7 hari untuk liat-liat candi. Bakuy ama Kania bahkan cuma masuk ke Angkor Wat dan Angkor Thom serta beberapa situs kecil lain yang pas untuk foto. Jadi agak kesel juga karena rasanya seperti di-scam oleh otoritas setempat huhu :"(

Note : untuk teman-temankuy yang pengen naik ke stupa-nya Angkor Wat yang hits banget itu, harap bersabar. Kalau bisa datang pagi-pagi karena antrean akan semakin membludak kalau makin siang. Bakuy dan Kania engga naik karena uda terlanjur mager ngelihat antrean yang engga manusiawi. Belum lagi ada rombongan turis Asia bersama tour guide yang kerjaannya ambil foto tiap lima detik. Hadeuh. Lebih baik kita jalan-jalan aja muterin Angkor, ngeliatin biksu yang sedang ngedoain beberapa turis, dsb.
Dari Siem Reap ke Bangkok
Sedari dulu Bakuy kepengen banget untuk melakukan ini : melewati imigrasi perbatasan darat! Sebagai negara kepulauan yang terpisah dari daratan Asia, Indonesia cuma punya perbatasan darat di Papua, Kalimantan, dan Timor (dua pulau yang terakhir Bakuy belum pernah mengunjungi). Makanya waktu jalan ke Kamboja ini Bakuy bela-belain harus melintasi jalur darat menuju Thailand wkwkwk. Ada dua operator bus terpercaya yang melayani rute Siem Reap-Bangkok, yakni Hang Tep dan Giant Ibis. Teman-temankuy bisa pakai keduanya, tapi Bakuy waktu itu pilih Giant Ibis, karena ternyata ada ulasan kurang menyenangkan tentang Hang Tep di tripadvisor. Harganya USD 33 termasuk roti untuk sarapan, makan siang, dan minum. Bakuy saranin teman-temankuy untuk segera booking karena berdasarkan testimoni sih cepat habis seat-nya karena Siem Reap-Bangkok termasuk rute favorit. Tiket bisa dibeli online bayar pakai kartu kredit atau Verified by Visa (VbV) seperti yang pernah Bakuy jelaskan di artikel Solotraveling : Catatan Seorang Pemula. E-tiket juga cukup ditunjukkan melalui ponsel kepada petugas bus. Untuk situs resmi mereka bisa dicek di sini yah!

Perjalanan Siem Reap-Bangkok cuma tersedia pada jam 7 pagi sehingga teman-temankuy harus bangun lebih awal dan menunggu di lobi hotel nunggu jemputan. Oh ya, Giant Ibis dan Hang Tep ini punya semacam hostel rekanan gitu. List-nya tersedia sewaktu teman-temankuy booking tiket bus. Apa sih fungsi dari rekanan ini? Jadi, Giant Ibis menyediakan layanan jemput penumpang dari penginapan mereka menuju pangkalan bus. Tapi, layanan jemputan ini cuma berlaku di penginapan-penginapan yang jadi rekanan mereka. Kita pun wajib memberitahu resepsionis penginapan bahwa pada tanggal tertentu kita akan dijemput pihak Giant Ibis, sehingga mereka engga bingung dan bisa membangunkan teman-temankuy seandainya ketiduran. Perlu diketahui bahwa bus ini cuma berangkat pagi, karena gerbang perbatasan Kamboja-Thailand hanya buka (kalau tidak salah) sampai pukul 8 malam dan buka kembali pukul 6 pagi. Adapun lama perjalanan adalah sekitar 9 jam tapi tergantung lalu lintas juga (terutama di Bangkok yang macet seperti Jakarta).
Gempor di Bangkok

Nah, ternyata nyampe di Bangkok kita masih harus jalan kaki sampai gempor. Bus Giant Ibis berhenti hanya di Khaosan Road atau Bandara Suvarnabhumi. Jadi kalau teman-temankuy mau langsung ngejar penerbangan, bilang aja ke kondektur kalau teman-temankuy mau ke bandara. Nah, kalau mau main 1-2 hari di Bangkok gimana? Saran Bakuy, pilih penginapan di Khaosan Road. Sumpah, Khaosan Road itu lengkap dan street food-nya menggoda. Nah, karena Bakuy waktu itu nginepnya di Sukhumvit, yakni di Hide Bangkok Hostel, Bakuy dan Kania harus jalan kaki jauuuuuuuhhhh bangetttt menuju stasiun BTS terdekat huhu. Kita nanya ke polisi, katanya stasiun terdekat itu jauh banget. Bisa 10 kilo. Dia nyaranin naik bus. Tapi Bangkok waktu itu jam pulang kerja dan macettttt parahhh. Macetnya Bangkok itu kayak Jakarta, tapi bedanya kalau di Bangkok kendaraannya lebih tau diri gitu jadi ga sesuka jidat kayak Jakarta. Akhirnya Bakuy dan Kania memutuskan jalan kaki. Trus sempat juga naik bus karena kecapekan, trus jalan kaki lagi karena salah turun halte wkwkwk. Pokoknya kita nyampe di Stasiun Victory Monument. Dan pada saat itu Bakuy ama Kania udah kayak zombi saking capeknya.

Note : Triknya sih, teman-temankuy bisa turun di Suvarnabhumi Airport, trus naik airport express sampai ke Stasiun Phraya Thai. Cuma teman-temankuy harus keluar biaya ekstra, karena harga airport express itu THB 45 untuk ke Stasiun Phraya Thai dan THB 35 untuk ke Stasiun Makkasan. Menurut Bakuy ini worth it ketimbang harus jalan kaki berkilo-kilo atau naik bus yang macet dan petunjuk haltenya kurang jelas.

Untuk naik BTS, perlu karcis yang namanya Rabbit Card. Rabbit Card ini bisa diisi ulang. Semacam Easy Card di Taiwan atau Octopus Card di Hong Kong lah. Harga belinya THB 200, di mana THB 100 sebagai deposit dan THB 100 sebagai non-refundable issuing fee. Oh iya, Rabbit Card ini bisa dipakai untuk transaksi di beberapa gerai dan biasanya bisa diskon sampai 10 persen. Bakuy sempat beli minuman dingin di Stasiun Saphan Thaksin, dan memang beda harga antara bayar cash dengan bayar via Rabbit Card. Tapi Bakuy lupa harga detilnya dan nama gerainya apa, cuma Bakuy ingat harganya lebih murah 10 persen.
Penginapan di Bangkok
Bakuy dan Kania nginep di Hide Bangkok Hostel, dekat dengan Stasiun On Nut. Menurut Bakuy, walaupun dekat dengan stasiun BTS, tapi Hide Bangkok Hostel itu jauh dari mana-mana. Maksud Bakuy, naik BTS jadi harus berdiri lama karena jauh gitu menuju pusat-pusat wisata. Untuk hotelnya sih, walaupun privasi dan sejuk, tapi engga enak karena kita dapat kamar di lantai 5 plus tanpa lift. Untuk check-in dikenakan deposit THB 200, dan handuk pun tidak dikasih cuma-cuma, melainkan harus sewa yang Bakuy lupa berapa rate-nya (yang jelas pake unsur depositnya juga). Jadi sangat melelahkan gitu apalagi kalau kelupaan sesuatu di kamar. Bakuy sempat merasakan karena ketika sudah sampai di Stasiun Nana, eh paspor Bakuy ketinggalan. Takut di Grand Palace diminta paspor. Jadi Bakuy harus balik lagi dan itu melelahkan dan buang-buang waktu. Tapi positifnya, dekat dengan 7-Eleven. Jadi tiap pulang ke hostel bisa sekalian belanja dulu. Plus, bagi yang muslim, mengingat itu 7-Eleven, jadi bisa milih yang sekiranya halal.
Cara Terbaik Mengeksplor Bangkok

Kalau pada postingan sebelumnya Bakuy bilang kalau Kampong Ayer itu Venice of the East, nah ternyata Bangkok ini mengklaim julukan yang sama. Itu karena Sungai Chao Phraya yang membelah kota tersebut, dan menjadi jantung kehidupan bagi warga Bangkok. Maka, cara terbaik untuk mengeksplor Bangkok adalah dengan naik perahu. Caranya adalah dengan turun di Stasiun Saphan Thaksin, terus ikutin aja petunjuk yang gambarnya kapal feri. Sampai deh di Terminal Feri Sathorn. Tapi ingat, jangan beli paket-paket wisata yang dalam boks gitu. Harganya mahal bisa sampai THB 2000. Teman-temankuy ikuti saja rombongan orang-orang yang mengantre lebih ke dalam terminal feri, nanti ada kaunter namanya Chao Phraya River Cruise (Tourist Boat). Harga tiketnya THB 180 untuk 1-Day Pass. Jadi selama satu hari itu teman-teman bebas naik feri yang berbendera biru. Pastikan beli tiket yang bendera biru ya. Karena lebih nyaman dibanding bendera oranye yang sesak-sesakan.

Nah, feri ini nantinya akan berhenti di 10 terminal, di mana terminal-terminal tersebut adalah atraksi-atraksi wisata paling hits se-Bangkok. Atraksi wisata tersebut antara lain Chinatown (Terminal Ratchawongse), Flower Market (Terminal Yodpiman), Wat Arun (Terminal Wat Arun), Grand Palace dan Wat Pho (Terminal Tha Maharaj), Royal Barge National Museum (Terminal Thonburi Railway), dan Khaosan Road (Terminal Phra Arthit). Akan tetapi, karena keterbatasan waktu, Bakuy dan Kania cuma berhenti di Tha Maharaj, Wat Arun, dan Phra Arthit, sebelum akhirnya kembali ke Terminal Sathorn.

Yang pertama kali Bakuy dan Kania kunjungi adalah Grand Palace. Grand Palace ini adalah kediaman resmi keluarga kerajaan Thailand yang sangat populer. Dibangun tahun 1782, pembangunan istana ini diprakarsai oleh Raja Phuttayotfa (Rama I) sebagai pendiri Dinasti Chakri dan kemudian bangunan-bangunan baru ditambahkan di masa pemerintahan Raja Chulalongkorn (Rama V). Pemerintah Pusat sudah tak lagi beroperasi di istana ini sejak monarki absolut dihapuskan pada tahun 1932. Berdasarkan konstitusi Thailand yang sekarang, keluarga kerajaan tak lagi diizinkan terlibat dalam urusan politik. Kekuatannya terbatas pada pemimpin seremonial, kepala Dinasti Chakri, penjaga iman Buddhisme, serta simbol persatuan nasional. Akan tetapi, popularitas Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) begitu besar sehingga ia memiliki pengaruh kuat di dunia politik - sesuatu yang tidak diwarisi oleh Raja Vajiralongkorn (Rama X) yang saat ini sedang berkuasa.

Untuk mengunjungi Grand Palace dan kuil-kuil Buddha lainnya seperti Wat Arun dan Wat Pho, pengunjung harus mengenakan pakaian yang sopan. Celana pendek serta pakaian ketat dan sleeveless sangat dilarang, sehingga apabila teman-temankuy tidak ingin menambah pengeluaran untuk sewa pakaian lebih baik sediakan pakaian yang layak sejak awal. Oh iya, di dalam istana ada banyak mozaik serta struktur-struktur bangunan yang megah. Jadi usahakan teman-temankuy punya memori kamera yang cukup sebab pasti akan kalap foto-foto. Tapi, tetap diingat untuk terus menghormati para biksu! Misalkan, kalau mereka sedang lewat, biarkan mereka lewat terlebih dahulu. Jangan foto mereka diam-diam. Lalu, kalau bertemu pandang, tersenyumlah sebagai bentuk penghormatan. Ini perlu diketahui oleh kita sebab para biksu memang sangat dihormati di Thailand.

Note : tiket masuk ke Grand Palace adalah gratis untuk warga negara Thailand dan harusnya THB 500 untuk wisatawan asing. Tapi entah kenapa, waktu itu Bakuy dan Kania engga nyampe segitu harganya. Kalau engga salah kita cuma kena THB 400. Gatau juga alasannya tapi di papan harganya emang tertulis segitu. Tapi untuk jaga-jaga, lebih baik bawa THB 500. Ada audio guide harganya THB 200 dengan deposit paspor kalau ga salah. Bakuy dan Kania engga sewa karena mahal.
Setelah puas muter-muter Grand Palace, tinggal jalan kaki deh ke Wat Pho. Walaupun posisinya sebelahan, sama Grand Palace, tapi perlu usaha untuk mencapai Wat Pho karena waktu itu terik banget. Tiket masuk Wat Pho adalah sebesar THB 100 sudah termasuk kupon air minum yang juga bisa diisi ulang di dalam area Wat Pho. Di dalam Wat Pho yang paling fenomenal selain pagoda-pagoda berbentuk spiralnya adalah patung Reclining Buddha, yakni patung Sang Buddha yang tengah rebahan dengan santai.

Kalau sudah puas dengan Wat Pho, saatnya menyeberang ke Wat Arun. Nah, Wat Arun dan Wat Pho ini dipisah oleh Sungai Chao Phraya. Terminal Chao Phraya Express Boat yang paling dekat dari di situ adalah Terminal Tha Maharaj, di mana itu cukup jauh dan PR banget kan kalau harus jalan cuma buat nyeberang doang? Makanya, kita cuma perlu jalan sedikit ke tempat yang seperti pasar. Biasanya banyak kok turis-turis yang berjalan ke arah situ. Ikutin aja turis-turis kulit putih. Atau tanya aja sama pedagang sekitar feri ke Wat Arun. Di situ ada operator getek yang khusus nyeberangin turis dari Wat Pho ke Wat Arun dan sebaliknya. Ongkosnya murah, cuma THB 4 per orang. Dan geteknya aman kok. Bukan getek dalam artian perahu rakit butut gitu ya. Udah lumayan modern walaupun ga secanggih Chao Phraya Express Boat.
Wat Arun ini walaupun kuil Buddha tapi banyak menyimpan patung dewa-dewi Hindu. Namanya pun diambil dari Dewa Aruna, yang merupakan personifikasi dari matahari fajar. Ada juga patung Dewa Indra yang tengah menunggangi Erawan. Pokoknya, di sini banyak menyimpan patung dewa-dewi Hindu. Wat Arun sendiri berarti 'Kuil Fajar', dan yang paling fenomenal dari kuil ini adalah bangunan spiralnya. Spiral ini baru dibangun di abad ke-19 pada masa pemerintahan Rama II walaupun Wat Arun sendiri sudah ada sejak abad ke-17. Setiap tahun pada hari raya Kathina (hari raya umat Buddha), Raja Thailand akan mengunjungi Wat Arun menggunakan mahligai kerajaan untuk menghadiahkan jubah-jubah baru untuk para biksu. Oh iya, untuk masuk ke Wat Arun ini kita tidak dikenakan biaya apapun alias gratis.

Setelah puas berkeliling Wat Arun, Bakuy dan Kania pun siap membelanjakan sisa baht ke Khaosan Road. Kita turun di Terminal Phra Arthit dan langsung disambut toko-toko oleh-oleh. Untuk mencapai Khaosan Road dari Terminal Phra Arthit tidak instan. Kita masih harus jalan kaki sekitar 1 kilo. Bakuy dan Kania sotoy gitu milih jalan lewat gang. Eh ternyata itu gang pemukiman warga wkwkwk iya sih akhirnya nyampe juga ke Khaosan Road tapi kudu lewat restoran orang gitu :") pokoknya jadi awkward ama pelayan restorannya karena tiba-tiba kita muncul entah dari mana. Eh tapi ternyata ada beberapa turis Kaukasian juga kok yang lewat situ. Jadi sans.
Untuk yang belum tau, Khaosan Road itu merupakan sentra backpacker di Bangkok. Di situ ada banyak hostel, street food, pijat refleksi (spesial Thai massage), rumah bordil, money changer, diskotek, bar, pub, restoran, toko oleh-oleh, pokoknya semua yang dibutuhkan turis deh. Ini merupakan destinasi wajib karena jajanan khas Thailand yang otentik banyak ada di sini dan murah-murah, misalnya Thai tea yang digandrungi Kania, mango sticky rice kesukaan Kania (loh kok Kania semua?), trus bakar-bakaran seafood yang Bakuy doyan banget parah. Bakuy saranin banget cobain cumi bakar-nya yaa. Tapi yang bener-bener cumi, maksudnya bukan yang bakso cumi gitu. Harganya memang lebih mahal, tapi rasanya lebih otentik. Trus untuk teman-temankuy yang non-Muslim, bisa coba babi panggang Bangkok yang terkenal lezat. Oh iya, Khaosan Road juga merupakan sentra oleh-oleh, jadi jangan lupa untuk beli oleh-oleh di sana. Dan tentu saja, JANGAN LUPA MENAWAR!

Note : Meskipun teman-temankuy sudah bertekad untuk menghemat pengeluaran, usahakan tetap nyobain tom yum di Bangkok yaaa. Ga usah di resto-resto mahal, cukup di resto-resto kecil Khaosan Road. Bakuy dan Kania dapat yang rasanya enak. Ada di gang kecil yang kita lewatin menuju Khaosan Road. Tapi kurang pedas. Bagi Bakuy yang anti-pedas sih ini berkah banget, tapi untuk teman-temankuy yang doyan pedas, mungkin bisa cari opsi lain.
Kalau sudah puas putar-putar Khaosan Road, saatnya kembali ke Terminal Feri Phra Arthit. Teman-temankuy kalau masih ingin menggunakan feri, jangan kebablasan mainnya. Sebab, feri cuma beroperasi sebelum malam. Kalau tidak salah pemberangkatan feri terakhir dari Terminal Phra Arthit adalah jam 18.00. Teman-temankuy bisa cek sendiri di tiket teman-teman yang bentuknya seperti buku. Di situ ada jadwal lengkapnya. Karena kalau sudah kehabisan feri, sisanya adalah moda transportasi darat yang jauh, susah, mahal, dan macet :" jadi lebih baik kejar feri pemberangkatan terakhir. Kecuali teman-temankuy memang sepengen itu nyobain bar dan pub di Khaosan yang memang katanya semarak banget seperti bar dan pub di Kuta, Bali.

Pulang
Satu-satunya opsi pulang ke Indonesia adalah via udara (ya iyalah), dan karena Bakuy dan Kania mengejar harga murah, AirAsia tidak bisa dihindari. Maka, kami pun terbang dari Don Mueang Airport. Don Mueang ini adalah bandara lama-nya Bangkok. Suvarnabhumi Airport yang lebih modern itu dibangun untuk meringankan Don Mueang yang sudah overcapacity. Nah, sekarang, Don Mueang kalau tidak salah cuma melayani penerbangan low-cost sahaja seperti AirAsia dan Thai Lion Air.
Untuk mencapai Don Mueang Airport, cuma ada dua opsi bagi turis asing, yakni naik taksi atau naik bus. Tentu saja Bakuy dan Kania menolak naik taksi, maka naik bus adalah satu-satunya pilihan. Bus ini berangkat dari Stasiun BTS Mo Chit/Stasiun MRT Chatuchak Park, keduanya berada di satu tempat yang sama sehingga bisa memilih naik MRT atau BTS. Bakuy yang pengen nyobain naik MRT Thailand bahkan sampai maksa-maksain turun di Stasiun BTS Asok dan pindah ke Stasiun MRT Sukhumvit sampai Kania geleng-geleng kepala hahaha. Setelah itu tinggal naik bus A1 menuju Don Mueang dengan tarif THB 18 per orang.

Note : Don Mueang Airport itu tidak jauh, tapi berdasarkan blog-blog traveler lain, jangan remehkan lalu lintas di Bangkok yang sering tidak terduga seperti Jakarta. Waktu Bakuy berangkat ke bandara waktu itu sih, engga macet. Tapi sekali lagi, lebih baik datang kecepetan daripada terlambat.
Hal-Hal Menarik Lainnya
1. Bali jauh lebih maju dan tertata ketimbang Siem Reap. Bakuy membandingkan kedua tempat ini karena mereka sama-sama sentra pariwisata antara Indonesia dan Kamboja. Walaupun Kamboja lebih diuntungkan dengan mata uang ganda (USD dan riel), berbatasan darat dengan Thailand yang adalah primadona pariwisata dunia, serta memiliki situs warisan dunia Angkor Wat yang harga tiket masuknya selangit, kelihatannya mereka belum berbuat cukup untuk membuat pariwisata mereka lebih 'elegan'. Sebaliknya, kondisi Bangkok lebih baik dari Jakarta. Keberadaan BTS dan MRT menjadi nilai plus meskipun rute dan sistem ticketing-nya belum terintegrasi (Rabbit Card tidak bisa dipakai untuk membayar MRT). Selain itu, lalu lintas mereka walaupun parah tapi pengemudinya tidak seperti di Jakarta yang orang-orangnya selalu merasa paling sibuk. Di samping itu, keberadaan institusi monarki memberi sumbangsih besar kepada kelestarian budaya, kemurnian bangsa, dan kekhusyukan agama Buddha. Dan yang paling penting : terdapat moda transportasi sungai yang bagus dan modern, didukung oleh bantaran sungai yang tertata rapi serta air sungai yang tidak berbau busuk. Kombinasi ini membuat Bangkok seolah menjadi menarik untuk dikunjungi.
2. Orang-orang Thailand yang campuran wajah oriental dan Asia Tenggara mempunyai pesona fisik yang unik. Berbeda dengan orang Kamboja yang wajahnya lebih mirip orang Melayu, orang Thailand banyak yang berkulit terang, bermata kecil, tapi entah kenapa memberi kesan berbeda dari orang-orang Asia Timur. Walaupun pada trip ini Bakuy tidak melihat eksistensi ladyboy, tapi Bakuy dulu sempat melihatnya waktu transit di Suvarnabhumi Airport dan saat melihat tour guide seorang ladyboy Thailand di Kremlin.
3. Di seluruh Thailand, setiap pukul 8 pagi dan 6 sore, akan diputar lagu kebangsaan Phleng Chat di seluruh stasiun televisi, radio, dan tempat-tempat publik. Pada saat lagu kebangsaan berkumandang, semua orang Thailand akan berhenti dan mendengarkan. Aktivitas akan seketika benar-benar berhenti. Bahkan, mesin gate di stasiun pun akan berhenti beroperasi selama lagu berkumandang.
4. Nah, sekarang jawaban kenapa Bakuy jadi malas ke Laos dan Myanmar. Karena pada dasarnya wisata Indochina itu ya itu itu aja. Mereka punya banyak kuil dengan relief, arca, dan mozaik yang luar biasa, tapi ya sudah itu sahaja. Sejujurnya menurut Bakuy, wisata mainstream di Bangkok itu membosankan. Paling pol ya untuk foto-foto aja. Tapi begitu melihat Grand Palace yang isinya memesona, lain-lainnya jadi B aja. Makanya Bakuy jadi kurang tertarik ke negara Indochina yang lain (kecuali Vietnam yang terkenal akan situs-situs perangnya). Karena ya isinya akan kurang lebih begitu lagi. Tapi sekali lagi, ini opini pribadi Bakuy. Mungkin selanjutnya Bakuy harus cobain wisata pantainya Thailand yang katanya lebih cantik. Okay, Phuket, wait for me yah!