Solotraveling : Catatan Seorang Pemula
- Bakuy the Sushi Traveler
- 14 Okt 2017
- 18 menit membaca
Diperbarui: 19 Jun 2020
Solotraveling memang sesuatu yang amat menantang bahkan bagi seseorang yang sudah sering bepergian sekalipun. Hal itu dikarenakan semua tanggung jawab dan resiko ada di tangan kita. Apakah perjalanan itu sukses atau tidak, semua tergantung dari bagus tidaknya kita merencanakan perjalanan dan setiap keputusan otodidak yang kita ambil. Bagi beberapa orang, mungkin ini kedengaran ekstrem. Tapi, bukan berarti mustahil.
Oleh sebab itu, bagi seorang solotraveler pemula, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai sebuah perjalanan.
1. Tiket

Solotraveling membutuhkan mental dan kemauan yang kuat. Akan tetapi, semua itu akan sia-sia apabila tidak disertai tiket yang memadai. Mulailah browsing harga-harga tiket ke destinasi tujuan impian teman-temankuy. Saran Bakuy, untuk traveler pemula, usahakan pilih tempat-tempat yang aman terlebih dahulu. Maksud dari kata 'aman' di sini adalah kriminalitas di tempat itu relatif kecil dengan infrastruktur yang sudah memadai. Tentunya teman-temankuy tidak mau, kan, di perjalanan pertama sudah menghadapi tragedi dan harus berakhir seperti yang Bakuy alami di Hong Kong? Jadi bijak dan realistis-lah dalam memilih tujuan awal. Banyak solotraveler pemula memilih negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura sebagai destinasi pertama mereka (walaupun Bakuy sebenarnya agak kurang setuju sama opsi yang terakhir). Atau, apabila budget teman-temankuy lebih besar, bisa juga langsung melompat ke Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Namun, perhatikan juga ketentuan visa, yang akan dijelaskan pada poin kedua setelah ini.
Ada dua macam trik untuk mendapatkan tiket yang lebih murah. Pertama, dengan membeli tiket pergi-pulang sekaligus di kota yang sama. Kalau di Traveloka, namanya Smartcombo. Bakuy pernah dapat tiket PP ke Rusia 5 juta dari trik ini. Kemudian, trik kedua adalah dengan cara pesan tiket multi-city. Sejak tahun 2019, pilihan multi-city sudah tersedia di Traveloka. Misal, berangkat dari Kuala Lumpur ke Paris, lalu pulangnya dari Amsterdam ke Jakarta. Perlu diingat bahwa tiket melalui Kuala Lumpur biasanya lebih murah (meskipun kadang-kadang, kalau ada promo, dari Jakarta bisa lebih murah). Dan murahnya engga main-main, bisa sampai 2 atau 3 juta. Beneran deh. Mungkin karena KLIA itu hub sehingga banyak penerbangan internasional ke situ, jadi persaingannya makin ketat dan mau engga mau mereka harus bersaing harga.
Selain itu, apabila di negara tujuan teman-temankuy belum puas dengan hanya berjalan-jalan di satu kota saja, usahakan cari transportasi yang bisa dibooking duluan. Karena ini akan memperkecil resiko kehabisan tiket. Misalnya, naik kereta api, bus, atau pesawat domestik. Tapi bagaimana cara belinya? Umumnya mereka cuma menerima pembayaran dengan kartu kredit. Sedangkan Bakuy belum punya kartu kredit. Cara pinjaman kartu kredit juga susah, karena engga enak juga minta ke keluarga. Tenang saja, karena sekarang sudah ada metode pembayaran yang namanya Verified by Visa. Metode ini cuma pernah Bakuy pakai untuk kartu debit Mandiri, Bakuy kurang tau untuk kartu debit bank lain. Caranya adalah masukkan saja nomor kartu debit yang ada di bagian belakang kartu ke kolom yang dibutuhkan. Klik, 'pay', maka nanti otomatis akan diproses oleh sistem. Kita akan dikirim pesan OTP berisi password otorisasi transaksi dari Bank Mandiri yang harus kita isi pada kolom yang sudah tersedia pada situs. Setelah itu, voila! Transaksi sukses. Dapat deh e-ticket yang dikirim ke email. Oh iya, untuk melakukan transaksi Verified by Visa ini, pastikan di kartu debit teman-teman ada logo Visa-nya. Selain itu, pastikan juga nomor ponsel teman-temankuy sudah terdaftar di e-banking dan sms-banking Mandiri. Kalau belum, silakan datang ke kantor Bank Mandiri terdekat, ke customer service, bawa KTP dan buku tabungan, untuk melakukan pendaftaran.
Tapi lemahnya metode Verified by Visa adalah tidak semua merchant menerima (walaupun kebanyakan sih menerima). Misalnya pembayaran tiket daring Museum Hermitage dan Aeroflot. Mereka tidak menerima metode pembayaran ini. Jadi pastikan si merchant menerima metode ini. Biasanya sih, kalau ada logo Visa-nya artinya mereka menerima. Tapi Aeroflot dan Hermitage sama-sama ada logo Visa-nya, tapi tidak bisa hehe. Kalau sudah begitu, ya mau engga mau harus pinjam kartu kredit sih.
2. Paspor dan Visa

Yang paling menyusahkan dari kita warga negara Indonesia pemegang paspor hijau adalah masalah visa ini. Ada tiga faktor menurut Bakuy yang menjadi penyebab mengapa paspor Indonesia begitu 'loyo'. Pertama, jumlah populasi orang Indonesia yang sangat besar tapi dengan rata-rata pendapatan yang masih rendah membuat Indonesia masuk ke dalam kategori migration risk country. Sehingga banyak negara yang takut kita masuk sebagai turis tapi malah kerja ilegal di sana. Kedua, Indonesia menerapkan kebijakan visa yang terlalu ketat sejak lama. Ketika Malaysia sudah membebaskan visa bagi warga negara asing di periode tahun 90'an, Indonesia masih konservatif dan paranoid membuka kebijakan bebas visa. Malah, kebijakan VoA yang diambil. Itupun untuk negara-negara super maju yang tidak mudah menerapkan asas resiprokal. Akibatnya, ketika negara-negara lain banyak yang menerapkan kebijakan resiprokal dengan Malaysia, paspor Indonesia masih stagnan alias ya diam di tempat. Kini, tidak mudah bagi negara-negara lain mengimplementasikan kebijakan resiprokal dengan Indonesia, apalagi kalau sudah terkait terorisme. Jadi, Indonesia bergeraknya terlambat. Ketiga, menurut data statistik, belum banyak orang Indonesia yang pergi ke luar negeri selain ke negara ASEAN. Sehingga negara lain pun merasa kebijakan bebas visa untuk WNI belum terlalu diperlukan.
Sedih deh kalau melihat kekuatan paspor Indonesia yang jauh lebih lemah dibandingkan negara-negara serumpun Melayu yang lain. Malaysia bebas visa ke 164 negara, Singapura ke 173 negara, dan Brunei ke 151 negara. Bahkan Timor Leste sudah bebas Visa Schengen dan Inggris. Sementara Indonesia cuma bebas visa ke 57 negara, itupun ke negara-negara kecil dan antah berantah.
Pengurusan visa itu gampang-gampang susah. Ada yang super gampang seperti Tiongkok yang pasti diapprove kedutaan asalkan dokumen-dokumennya lengkap, ada juga yang super sulit seperti visa Lebanon yang mewajibkan kita mendapat surat undangan dari warga negara atau permanent resident di Lebanon. Masalahnya, biaya visa itu tidak murah. Ada yang mencapai 2 juta lebih seperti visa Amerika Serikat. Dan belum tentu di-approved kedutaan! Sudah begitu, alasan penolakan hanya Tuhan dan pihak konsuler yang tau. Padahal kalau tiket promo kan tidak bisa ditunggu lama. Harus cepat-cepat dibeli dan tidak bisa refund pula. Inilah dilema paspor hijau. Sekalinya visa ditolak, rugi bandar deh. Serasa lagi main judi! Jadi pertimbangkan lagi bagi kalian yang ingin bepergian ke negara-negara visa.
Untuk syarat visa sih beragam, tapi yang bikin jiper biasanya kalau dia minta surat undangan atau bukti finansial (rekening koran) selama 3 bulan terakhir. Kalau surat undangan, berdoa saja semoga ada travel agent yang jual daring seperti untuk visa ke Rusia. Atau pakai aja layanan hotel/AirBnB dan minta tolong mereka untuk bantu membuatkan surat undangan. Tapi kalau masalah bukti keuangan, bisa dipakai beberapa metode untuk 'mengakali'. Misalnya, kalau teman-temankuy masih mahasiswa, dengan pakai surat keterangan mahasiswa saja sudah cukup sakti apabila tabungan teman-temankuy engga seberapa. Karena mahasiswa udah jelas pasti akan balik dan kecil kemungkinan jadi imigran gelap. Apalagi kalau melampirkan bukti keuangan orang tua. Besar kemungkinan diterima, lah.
Tapi masalah jadi berbeda kalau teman-temankuy sudah bukan mahasiswa, dan apalagi usia produktif, masa kerja belum mencapai 1 tahun pula! Kecurigaan kedutaan akan makin besar karena kemungkinan 'kabur' jadi lebih besar.
Oh iya bagi teman-temankuy yang naik pesawat yang akan transit ke negara-negara bervisa, walaupun keterangannya bebas visa transit, usahakan tetap punya visa (kecuali untuk maskapai yang udah femes dan selo banget peraturan visa transit-nya macam Etihad, Emirates, dan Qatar). Sering sekali ada kasus traveler yang dilarang terbang karena mereka yakin mereka bebas visa transit (dan memang benar demikian) tapi pihak maskapai menolak menerbangkan mereka dengan alasan takut bermasalah di imigrasi. Sebab, kalau misal traveler ini dideportasi, yang bertanggung jawab memulangkannya ada maskapai yang membawa traveler ini. Nah, mereka tidak mau rugi seperti ini. Jadi hati-hati ya, teman-temankuy!
Informasi : Untuk mengecek update bebas visa terbaru, bisa cek di wikipedia berbahasa Inggris dengan kata kunci 'Visa Requirements for Indonesian Citizens'. Meskipun dari wikipedia, tapi informasi di sana update dan terpercaya.
3. Itinerary

Apa yang Bakuy pelajari dari trip pertama Bakuy yang gagal adalah jangan buat itinerary yang terlalu mengikat. Maksud Bakuy, kita ini solotraveler! Kenapa harus terikat pada jadwal padahal waktu yang kita miliki itu 100% punya kita? Beneran deh, ketika kita menikmati sebuah destinasi itu kadang memerlukan waktu berjam-jam sehingga pembuatan itinerary yang terlalu mengikat akan terasa mengganggu. Kita malah jadi terburu-buru sendiri untuk sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. Karena kita solotraveler, kita bebas menentukan mau di satu destinasi selama berapa lama dan mau ngapain aja. Mau istirahat makan di restoran silakan, mau duduk-duduk di stasiun sambil main hape monggo, mau baca semua penjelasan di museum sampai mabok juga sok atuh. Kalaupun mau bikin itinerary, yang simpel sahaja. Misal, hari Selasa harus mengunjungi destinasi A dan B kemudian harus makan di restoran C. Udah. Engga usah detil sampai jam berapa dan berapa lama.
Tapi itinerary simpel bukan berarti jadinya ngegampangin. Sebagai solotraveler, kita bertanggung jawab penuh atas sukses atau tidaknya sebuah perjalanan. Perhatikan juga jadwal tutup setiap destinasi. Industri leisure pasti punya sistem kerja 6-1. Maksudnya adalah ada 1 hari, yang pasti adalah weekdays, di mana mereka tutup. Tugas kita adalah mencari tahu kapan mereka tutup itu dan kapan jam buka operasionalnya. Teman-temankuy engga mau kan datang ketika museumnya sedang tutup? Atau mungkin juga jadwal renovasi. Waktu Bakuy ke Taiwan, Bakuy sedih banget karena Museum Angkatan Perang Republik Tiongkok sedang dalam renovasi sampai satu tahun ke depan. Itinerary juga menjadi penting terkait dengan peak season sebuah tempat wisata. Teman-temankuy juga ogah kan, datang ke objek wisata yang sarat akan manusia sampai susah foto? Apalagi dengan gerombolan grup turis Asia yang pasti ramai banget, berisik, sesi foto-fotonya super lama, dan dengan tour leader membawa bendera yang bicara keras-keras. Mending kalau pakai bahasa Inggris. Kalau bahasa Mandarin kan cuma bikin pusing kepala haha. Sebaliknya, teman-temankuy pasti senang kan kalau pas datang ketika lagi ada acara tertentu misalnya pertunjukan air mancur atau sesi pergantian tugas jaga tentara (umumnya di wisata mausoleum)? Jadi cari-carilah informasi di tripadvisor. Biasanya mereka ngasih tau atau banyak yang sharing seputar kapan sebaiknya mendatangi sebuah destinasi.
Oh iya yang tidak kalah penting dari itinerary adalah perhatikan apakah teman-temankuy lelah atau tidak. Melihat jarak antara satu destinasi ke destinasi lain melalui google maps adalah tindakan yang sangat bijak, karena selain bisa menghemat waktu dan biaya, juga bisa menghemat energi supaya besoknya kita masih punya banyak tenaga untuk beraktivitas. Ingat ya, jaga kesehatan saat teman-temankuy bepergian. Pokoknya jangan sampai sakit karena kecapekan deh!
4. Penginapan

Sebagai seorang solotraveler, kita juga bertanggung jawab atas urusan di mana kita harus bermalam. Ini tergantung pada setiap traveler sih, tapi Bakuy lebih suka 'main aman' dengan memesan penginapan yang langsung dibayar saat kita memesan, sehingga ketika datang kita bisa langsung check-in dan istirahat, tanpa harus keluar uang lagi. Bakuy engga mau ngegelandang di negeri orang (kecuali di bandara yang keamanannya terjamin). Tapi kalau teman-temankuy memang bermental kuat dan berani go show cari penginapan supaya lebih murah, silakan saja kok. Banyak traveler yang sukses dengan cara seperti itu. Tapi ingat, kita ini solotraveler loh. Ketika kita gagal mendapat penginapan, kita engga punya siapa-siapa untuk dimintai pendapat atau sekadar berbagi susah haha. Jadi saran Bakuy sih mending main aman sahaja kalau teman-temankuy ingin mencoba ber-solotraveling. Apalagi kalau wanita. Supaya lebih aman juga.
*Informasi : Menurut beberapa sumber, di Iran, karena sanksi Barat, sangat sulit mendapat penginapan yang bisa dibayar sebelumnya. Jadi memang harus bayar di tempat.
Untuk jenis penginapan, ada bermacam-macam. Apabila teman-temankuy punya kocek lebih besar, hotel bintang 3 ke atas bisa jadi pilihan. Kalau kocek teman-temankuy tidak sebesar itu, maka hostel dan AirBnB bertebaran. Atau kalau mau gratis, bisa menginap di rumah kenalan atau couchsurfing (walaupun Bakuy belum pernah melakukan ini). Untuk hostel, tipenya bermacam-macam, tapi yang paling umum adalah tipe dorm dan tipe kapsul. Kalau teman-temankuy ingin bergaul dengan traveler lain dan tidak terlalu mempermasalahkan privasi, silakan pilih hostel dorm. Nanti bentuknya kayak semacam asrama gitu. Biasanya tempat tidurnya tingkat. Apabila ingin yang privasi, silakan pilih hostel kapsul. Nanti tidurnya di dalam kapsul atau lemari ala ala Doraemon. Sempit sih, tapi sangat privasi karena ruangannya lebih tenang. Traveler tidak akan ribut-ribut (mereka yang menginap di situ pasti mereka yang juga menghargai privasi orang lain) dan biasanya alkohol dilarang. Jangan takut berarti tidurnya bakal engga nyaman dan susah bernapas. Nyaman, kok. Bakuy sudah coba. Bahkan di Hong Kong Kaiteki Hotel di Ho Chi Minh di dalam tiap kapsul ada penyejuk udara dan televisinya. Charger juga pasti ada di tiap kapsul, jadi jangan cemas!
Selain itu ada juga mixed dorm (cowok-cewek). Sesuai namanya, ya nanti di dorm itu akan dicampur gitu cowok dan cewek. Kalau di hostel kapsul sih Bakuy engga masalah ya karena kan privasi. Engga akan deh ngeganggu satu sama lain. Dijamin. Tapi kalau dorm biasa, karena privasinya lebih longgar, jadi kadang-kadang bisa keganggu. Apalagi traveler Eropa umumnya kalau tidur cuma koloran doang. Kalau teman-temankuy tipe yang sensitif akan hal seperti ini, pasti terganggu, kan? Jadi pilih sesuai tipe teman-temankuy yak! Ingat, harga dan kenyamanan itu (normalnya) berbanding lurus. Tapi jangan sampai kita terlalu pelit sehingga di sana kita jadi engga nyaman sendiri.
Lalu baik dorm maupun kapsul kemungkinan besar sih kamar mandinya sharing. Umumnya bersih, kok, tenang sahaja. Tapi tentu jangan harap bakal sebagus kalau private bathroom. Kalau sepengalaman Bakuy sih jarang ya mandi sampai antre gitu. Apalagi Bakuy emang kalau bangun siang. Bangsa-bangsa jam 9 pagi gitu jadi udah pada keluar tamu-tamu yang lain. Usahakan bawa tisu basah dari Indonesia untuk memudahkan teman-temankuy. Bakuy selalu bawa ini kalau lagi traveling. Selain untuk membersihkan dudukan toilet, ini juga berguna sebagai alat cebok kalau di negara-negara non-Melayu. Sumpah deh, Bakuy sih lebih mending cebok pakai tisu basah punya Bakuy sendiri daripada tisu toilet yang kering dan keras. Kan pantatnya masih kotor gitu takut ada kerak-keraknya HAHAHAHA! Habis pakai tisu basah, baru deh dibilas pakai tisu toilet yang udah dibasahin pakai air. Beres.
Catatan penting lain terkait penginapan adalah pilih penginapan yang gampang dicapai transportasi umum. Bakuy sih sukanya yang dekat-dekat stasiun metro. Karena percayalah itu akan sangat membantu. Coba bayangin kalau teman-temankuy menginap di tempat yang jauh dari mana-mana. Bisa-bisa malah jadi malas keluar. Apalagi kalau ongkos malah membengkak untuk transportasi. Dan cuaca. Misalkan teman-temankuy harus berjalan 20 menit ke stasiun. Kalau cerah sih sans aja kan ya. Tapi bagaimana kalau hujan deras? Kan rempong. Jadi pikirkan baik-baik tentang ini ya. Dan jangan nekat memilih penginapan di daerah slum. Semurah apapun itu, ingat, kita ini solotraveler. Keamanan itu tetap nomor satu. Cek di mana lokasi hostelnya di google maps dan jangan malas browsing. Pastikan teman-temankuy menginap di tempat yang aman. Patokan Bakuy sih harus sudah ada ulasan di tripadvisor. Jangan sampai kemalasan dan godaan akan harga murah membuat teman-temankuy kesusahan misal karena hotelnya palsu, copet, rampok, atau dipalak!
Catatan penting terakhir untuk teman-temankuy yang menginap di dorm atau kapsul adalah cari tahu apakah mereka menyediakan brangkas atau tidak. Ini sangat vital terutama kalau kita sedang bepergian. Tentunya teman-temankuy engga mau ke mana-mana bawa backpack atau koper kan? Dan engga mau juga buru-buru balik hostel karena takut koper kita diobrak-abrik orang, kan? Jadi, make sure mereka punya fasilitas brangkas untuk tiap tamu.
5. Internet dan Charger

Kalau ini mah udah pasti ya kebutuhan primer generasi milenial. Bakuy bahkan pernah denger temen Bakuy itu pengen banget solotraveling, tapi dia takut engga ada internet di negara tujuan. Nah, mungkin ini memang ketakutan terbesar bagi yang belum berpengalaman solotraveling. Paket roaming internasional itu mahal. Jadi Bakuy engga nyaranin untuk pakai paket semacam itu. Saran Bakuy, kalau mau irit dan teman-temankuy berencana pergi ke negara maju, pakai saja fasilitas wifi yang biasanya ada di tempat-tempat publik seperti stasiun, bandara, dan restoran. Cara aksesnya gampang kok. Biasanya cuma perlu masukin nama, kewarganegaraan, dan nomor paspor. Beres. Atau kalau di Taiwan, harus diregistrasi dulu di tourist information center. Biasanya ada di stasiun-stasiun gitu (waktu itu Bakuy regis di Stasiun Longshan Temple). Tanya aja gimana cara regis wifi, nanti dibantuin kok. Tinggal tunjukin paspor dan kelar deh urusan. Jadi kalau kalian mau browsing, menghubungi kerabat di Indonesia, atau update instagram, tinggal ke stasiun aja. Atau kalau mau lihat maps, screenshot aja rutenya, udah deh.
Cara di atas menjadi opsi apabila teman-temankuy pergi ke negara-negara yang ketat terhadap peredaran SIM Card (misalnya Taiwan, Amerika Serikat, dan Arab Saudi). Tapi bagaimana dengan negara-negara yang SIM Card-nya bisa dibeli di sembarang tempat macam India dan Rusia? Jawabannya ya mending beli aja SIM Card di bandara apabila teman-temankuy stay cukup lama dan dirasa butuh banget untuk internet. Di India, menurut berita, kalau kalian masuk pakai eVisa, maka akan dikasih SIM Card gratis (namanya Tourism Package Kit). Kalau di Rusia, waktu itu Bakuy pakai MTS sesuai saran Joanne. Beli uda sekalian diaktifin ama petugasnya kok. Perlu ditanyakan juga berapa lama masa aktif, berapa kuota, dan apakah SIM Card itu bisa dipakai di setiap kota yang akan kalian kunjungi (di Rusia, ada beberapa jenis SIM Card yang cuma bisa aktif di kota-kota tertentu sahaja). Internet cukup vital terutama saat kita tersesat. Paling tidak, google maps bisa membantu kita untuk mengetahui kita sedang berada di mana. Jadi jangan lupa untuk pay attention ke dalam faktor yang satu ini.
Note : sekarang di Traveloka ada fasilitas WiFi portable yang bisa disewa. Murah dan terjamin! Bakuy sudah coba waktu trip ke Jepang. Pastikan saja negara tujuan teman-temankuy sudah tercakup dalam jangkauannya!
Bakuy mengakui keberadaan internet sangat membantu, karena ketika kita sedang solotraveling, satu-satunya faktor penyelamat kita adalah seberapa besar informasi yang bisa kita dapat. Jadi usahakan pilih penginapan yang free WiFi.
Informasi : Google dan segala jenis produk turunannya tidak bisa diakses di seluruh Republik Rakyat Tiongkok (kecuali Hong Kong dan Makau) serta Korea Utara. Warga RRT memakai Baidu untuk mengakses informasi di internet, yang diawasi secara ketat oleh Pemerintah RRT.
Jangan lupa kalau di setiap negara punya aturan sendiri-sendiri terkait colokan listrik. Di Malaysia dan Singapura, seperti halnya negara-negara persemakmuran Inggris, colokannya tiga kaki. Taiwan juga demikian. Kalau di Rusia dan Vietnam colokannya sama kayak di Indonesia. Jadi jangan lupa cek colokan seperti apa yang ada di negara yang teman-teman kunjungi. Akan lebih bagus kalau teman-teman punya colokan universal (travel adapter), jadi engga perlu khawatir bentuk colokannya kayak gimana. Kalau Bakuy sih ngeceknya lewat situs yang ada di sini. Informasinya lengkap dan gampang banget tinggal pilih negara tujuan aja.
Kayaknya itu aja sih kalau tentang charger. Mungkin ini kelihatan sepele, tapi penting banget. Bakuy pernah lihat turis Inggris yang kebingungan nyari adapter di Vietnam karena colokan universal-nya hilang. Jadi dijaga ya teman-teman!
6. Luggage

Sebenarnya Bakuy bukan murni backpacker, karena Bakuy kalau ke mana-mana selalu pakai koper hehe. Habis, menurut Bakuy, koper itu lebih praktis dan besar. Bisa muat banyak barang dan engga perlu digendong di punggung. Selain itu, kalau lagi jalan-jalan bisa disimpan di brangkas juga. Tapi yang perlu diperhatikan dari membawa luggage (baik itu backpack maupun koper) adalah beratnya. Kalau teman-temankuy naik maskapai full service mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana kalau teman-temankuy naik low-cost carrier macam AirAsia? Mereka menentukan batas maksimal adalah 7 kg (kalau LCC Eropa sih umumnya 10 kg). Jadi kita harus pintar membawa barang. Di Brunei, petugasnya jauh lebih ketat. Mereka benar-benar akan menimbang tas kita walaupun kelihatannya kecil. Jadi hati-hati, setiap bandara punya prosedur masing-masing.
Untuk mengantisipasi hal ini, saat teman-teman membeli backpack/koper, tanyakan dulu itu cabin size atau bukan. Tiap-tiap airline punya batas dimensi yang boleh dan tidak boleh dibawa ke kabin, tapi ukuran ini tidak mutlak. Selama ukurannya kelihatan normal untuk cabin size, permasalahannya hanya tinggal apakah beratnya memenuhi syarat maksimum atau tidak. Lalu tanyakan juga berapa berat kopernya. Jangan sampai kopernya sendiri udah berat banget sehingga untuk dimasukin barang jadi engga bisa muat banyak. Kalau Bakuy sih pakai koper Lojel Rando yang smartlock (bukan yang retsleting, jadi lebih aman) ukuran M dan engga pernah ada masalah. Bakuy naik S7 Airlines, Pobeda, AirAsia, Lion, pokoknya semua LCC engga pernah kena ongkos overweight atau oversize. Produknya bagus. Anti-gores dan bisa didudukin. Engga akan pecah juga kalau isinya engga penuh. Interiornya ada banyak kompartemen dan luas jadi bisa diakalin biar beratnya tersebar hehe. Recommended deh!
Selain luggage, bawa juga tas selempang ya. Itu perlu untuk masukin dokumen atau apa gitu (kalau punya money pocket lebih bagus). Atau buat nyimpen sesuatu yang habis dibeli. Atau bisa juga untuk sekadar gaya-gayaan. Bakuy sih lebih suka pakai tas selempang karena praktis dan engga berat. Jadi di baju kita juga engga terlalu banyak kena keringat.
7. Makanan dan Obat-Obatan Pribadi

Kalau kita traveling masih di wilayah Asia, mungkin nasi masih sering dijumpai. Tapi kalau di Eropa, jangan harap. Dijamin teman-temankuy akan kangen sama nasi. Kalau teman-temankuy pakai maskapai full service, teman-temankuy bisa bawa bahan makanan dari Indonesia. Tapi gimana kalau kalian naik LCC? Kan mustahil. Saran Bakuy, jangan masukin makanan ke cabin luggage. Karena akan bikin koper penuh dan jadi engga muat untuk yang lain. Terus gimana dong? Mau engga mau, ya kita harus menikmati makanan lokal. Kan lagi jalan-jalan. Harus dong, merasakan kehidupan warga lokal. Tapi kalau mahal gimana? Atau bagi yang muslim, kan takut kalau makanannya ada unsur yang tidak halal. Solusinya ya pilih makanan yang murah dan paling tidak minim kemungkinan haramnya : junk food. Harganya juga relatif lebih murah dibanding kalau makan di rumah makan lokal. Kalau sudah bosan banget, ya cari aja Asianmart. Atau kalau hostel teman-temankuy menyediakan dapur, masak saja sendiri. Atau beli mie instan di minimarket. Kalau di Vietnam, di minimarketnya ada indomie loh. Walaupun lebih mahal, tapi lumayan lah untuk mencicipi rasa Indonesia.
Untuk air minum, kalau teman-temankuy ke negara-negara maju (Jerman, Singapura, dan Jepang) ada air keran yang bisa diminum. Makanya usahakan beli air kemasan satu botol, terus kalau udah tau di mana tempat keran yang bisa diminum, isi ulang aja. Biasanya di hostel ada, kerannya kecil gitu di sebelah keran besar yang untuk cuci piring. Isi aja di situ. Ini juga berlaku untuk kita yang transit di bandara. Kan ada tuh drinkable water tap biasanya dekat toilet. Minum dari situ aja. Bersih kok. Bakuy selalu minum dari situ dan engga pernah sakit perut.
Untuk obat-obatan, tidak ada opsi selain membawa obat-obatan pribadi dari Indonesia. Sebab, kita engga tau obat di sana kayak gimana, dosisnya sama atau tidak, regulasinya bagaimana, dsb. Bakuy sih doanya jangan sampai sakit aneh-aneh ya, tapi kan situasi darurat siapa yang tahu? Saran Bakuy, bawalah obat-obatan standar seperti panadol, minyak kayu putih, tolak angin, obat flu, gazero, promag, salonpas, dan diapet. Kalau teman-temankuy pergi saat winter, jangan lupa bawa lip balm. Masker juga kalau mau bawa, bawalah dari Indonesia. Tapi perlu diingat bawanya jangan udah kayak mau dagang, karena ada batasan ukuran cairan dan obat yang boleh dibawa ke pesawat. Toiletries macam pasta gigi, sampo, dan sabun cair usahakan bawa ukuran mini sahaja. Sampo dan sabun lagian biasanya akan dikasih di hostel kok (atau kalau ga dikasih, beli aja di minimarket). Begitupula dengan handuk. Jadi jangan bawa kebanyakan barang. Nanti malah overweight kopernya.
8. Cuaca dan Pakaian

Demi Emma Watson bercawat merah jambu, jangan sampai salah kostum! Plis! Jangan sampai seperti Bakuy waktu jalan-jalan ke Hong Kong! Rajin-rajinlah mengecek cuaca di AccuWeather sebelum menentukan outfit seperti apa yang akan dibawa. Cek juga apakah di sana sedang berangin atau tidak, hujan atau tidak, salju atau tidak, dsb. Jangan sampai udah pakai kutang ketika orang-orang pakai palto. Gara-gara tragedi HK, masalah cuaca ini menjadi trauma tersendiri bagi Bakuy. Pokoknya Bakuy selalu memastikan Bakuy engga salah kostum saat bepergian. Kadang sampai lebay juga. Tapi demi apapun, selalulah cek cuaca ya teman-temankuy. Kalau masih di daerah tropis sih paling cek aja lagi musim hujan atau tidak. Badai atau tidak. Jangan ke Hong Kong bulan Juli-Agustus karena itu lagi musim badai. Jangan juga ke Filipina bulan Oktober sampai akhir tahun karena pasti sering terjadi badai. Namun, kalau teman-temankuy suka wisata ekstrem, mungkin bisa dicoba tapi jangan lupa beli asuransi premium.
Oh iya untuk meringankan koper, kalau misal teman-temankuy bawa jaket tebal untuk winter, mending dikeluarin aja sebelum check-in di bandara. Engga apa-apa kepanasan dikit daripada disuruh bongkar di depan kaunter check-in banyak karena overweight, kan? Lagian siapa yang peduli juga kita pakai jaket teba di daerah tropis? Kalau Bakuy sih, misal ada yang ngelihatin ya Bakuy pede aja. Itu kan pertanda Bakuy mau ke negara maju (stereotipnya pasti mau ke antara Eropa atau Jepang) jadi ya sans ae.
Bagi teman-temankuy yang pertama kali bepergian pas winter, jangan lupa bawa longjohn, sweater, dan baju-baju lengan panjang. Sepatu dan kaos kaki mungkin perlu kalau udah bersalju parah dan di bawah titik beku. Kalau mau pakai sarung tangan, pastikan itu finger sensitive (tidak mengganggu touch screen). Jangan sampai teman-temankuy harus ngelepas sarung tangan tiapkali mau ambil foto. Bukannya jadi hangat, malah makin kedinginan ntar. Kalau kupluk dan syal sih relatif ya. Kalau Bakuy sih perlu syal tapi engga perlu kupluk soalnya mantelnya uda termasuk tudung kepala. Oh iya, pastikan mantel yang teman-teman beli itu waterproof. Jadi engga usah takut kalau gerimis maupun salju.
Baju engga usah bawa banyak-banyak. Yang hemat aja. Nanti diangin-anginin. Pokoknya jangan sampai koper cuma dipenuhi baju-baju demi dapat foto selfie beragam. Apalagi kalau ke negara-negara musim dingin. Keringat engga terlalu banyak kok.
9. Mata Uang

Berbeda dengan mata uang Amerika Serikat, rupiah tidak terlalu sering diperdagangkan sehingga sangat sulit menukarnya di negara-negara lain kecuali di Malaysia dan Singapura. Oleh sebab itu, cuma ada dua cara untuk menukarkan uang rupiah ke mata uang negara tujuan : melalui jasa valuta asing (money changer) atau melalui ATM.
Untuk opsi pertama, jauhi penukaran di bandara, hotel, maupun bank karena rate-nya kurang menguntungkan. Atau kalau teman-temankuy ingin tau nilai tukar yang mendekati ideal, silakan unduh aplikasi XE Currency Converter di smartphone teman-temankuy. Dari sana, teman-temankuy bisa membandingkan untung-rugi yang teman-temankuy dapat. Usahakan menukar uang di tempat-tempat seperti mal dan pusat perbelanjaan karena rate-nya lebih bagus. Kalau teman-temankuy berniat menukar di Jakarta, Bakuy merekomendasikan di PT Artha Gemilang atau Artha Mas di Mal Ambassador, Kuningan. Rate-nya bagus dan pilihan mata uangnya pun lengkap. Mereka bahkan punya rubel, mata uang Federasi Rusia. Mereka menyediakan kalkulator juga jadi teman-temankuy bisa ikut menghitung.
Atau, kalau malas menukar uang, tarik saja ATM di luar negeri. Otomatis yang keluar adalah mata uang setempat, dan saldo kita akan diperlihatkan dalam mata uang lokal. Yang perlu diperhatikan adalah setiap penarikan dikenai tarif tetap. Jadi tarik 500 ribu atau 2 juta tarifnya sama. Sehingga lebih baik teman-temankuy sekali tarik dan langsung banyak, supaya tidak kena tarif berkali-kali. Bakuy selama ini pakai kartu debit Mandiri tidak pernah ada masalah, tapi Bakuy kurang tau untuk kartu debit bank yang lain. Tapi seharusnya sih kalau di kartunya ada logo Visa, Cirrus, atau Plus, dan di ATM luar negeri itu juga ada logo serupa, ya tidak ada masalah.
Kalau Bakuy sih lebih suka tukar dulu sebagian dalam USD (kalau mata uang negara tujuan susah ditemukan di Jakarta) kemudian kalau kurang baru tarik di luar. Karena riskan kalau kita kepedean engga nukar sama sekali dan ternyata di sana ATM-nya kenapa-napa (entah mesinnya tidak mau menerima, kartu hilang, hingga kartu tertelan!). Jadi lebih baik jaga-jaga dulu, mengingat kita solotraveler. Kalau ada apa-apa, wah engga kebayang kan ada di negara orang tanpa duit sepeserpun?
Informasi : Di Iran, karena sanksi Barat, ATM-nya tidak bisa menerima kartu luar negeri. Jadi usahakan kita sudah membawa cukup banyak rial atau USD/Euro dari Indonesia.
10. Transportasi

Di negara-negara maju, tentu umumnya mereka punya transportasi yang murah, nyaman, dan mudah, namanya metro/subway/MRT atau apalah pokoknya yang berbasis rel. Bus-nya juga relatif lebih aman karena tujuannya jelas, serta halte-halte yang dilewati juga sudah diketahui sebelumnya. Tapi bagaimana kalau di negara yang belum semaju itu? Atau di kota-kota kecil yang infrastrukturnya seadanya?
Kalau transportasi dari bandara ke kota, Bakuy biasanya pilih naik bus aja karena murah dan engga buru-buru juga. Kecuali Bakuy sepengen itu naik airport express-nya kayak waktu di Rusia. Tapi masalahnya, jam operasional bus itu terbatas. Kayak waktu di Vietnam, bus nomor 52 itu cuma beroperasi sampai jam 9 malam, padahal Bakuy nyampe di Vietnam itu jam 11 malam. Jadi satu-satunya opsi ya naik taksi. Bakuy engga berani tidur di Bandara Tansonnhat karena kelihatannya rawan (diusir). Jadi Bakuy mau engga mau naik taksi deh, yang mahal dan rentan scam. Untungnya, sebelum berangkat Bakuy uda mencari tau dulu taksi apa yang reliable di Vietnam dan berapa harga normal dari bandara ke kota (biasanya patokannya stasiun kota tersebut). Ternyata Vinasun. Argonya normal dan sopirnya lebih jujur. Dan memang benar. Bakuy kena harga VND 134 ribu (sudah termasuk acting yang nanti akan diceritakan di artikel Vietnam : Tanah Para Veteran) dari harga normal VND 150 ribu. Jadi di sinilah pentingnya browsing. Tripadvisor sangat membantu. Seorang traveler Belanda yang Bakuy temui di Vietnam bilang kalau itu sumber yang dipakai traveler Eropa untuk jalan-jalan. Jadi mulailah cari informasi sebanyak-banyaknya dan buang rasa takut untuk traveling. Alasan mengapa kematian itu begitu menakutkan adalah karena tak seorangpun tau apa yang akan benar-benar terjadi setelah mati. Jadi, seharusnya, ketika informasi sudah di tangan, tidak ada lagi yang perlu kita takutkan (dalam hal ini, traveling, bukan kematian).
Selebihnya, untuk jalan-jalan, Bakuy sih lebih suka jalan kaki berkilo-kilo daripada naik kendaraan umum selain bus dan transportasi berbasis rel. Karena scam akan jadi sangat rentan kalau kita naik transportasi yang tarifnya tidak standar. Selain itu, dengan kita berjalan kaki, kita jadi lebih merasakan kehidupan setempat. Kesempatan mengambil gambar objek yang bagus juga lebih terbuka. Kita juga tidak perlu takut kehabisan uang. Usahakan hemat lah. Masa jalan kaki 1,5 kilo aja engga sanggup? Itung-itung buat olahraga juga.
Jadi, itulah informasi yang bisa Bakuy bagikan untuk diperhatikan oleh solotraveler pemula. Apa yang Bakuy bagikan di sini adalah murni pemikiran dan pengalaman Bakuy, jadi mungkin berbeda dengan tips-tips yang dibagikan traveler lain. Tapi terlepas saran yang mana yang akan teman-temankuy pilih, semoga trip teman-temankuy menyenangkan ya! Ingat, jangan ragu untuk terus bermimpi. Tapi selain itu, jangan takut juga untuk mewujudkannya! =)