top of page

Singapura : Perjalanan Transit

  • Bakuyyyy
  • 14 Okt 2017
  • 6 menit membaca

Diperbarui: 19 Jun 2020


Perjalanan ini merupakan bagian dari trip ke Makau dan Hong Kong yang Bakuy lakukan di penghujung Januari 2016. Apabila teman-temankuy sudah membaca artikel Bakuy sebelumnya yang berjudul Perjalanan : Sebuah Cerita, tentunya teman-temankuy tahu bahwa perjalanan ini hanya bermodal nekat. Ada tiga alasan mengapa Bakuy menyebut perjalanan ini sebagai bermodal nekat. Pertama, Bakuy belum pernah sama sekali ke luar negeri. Bakuy bahkan belum pernah melewati kaunter imigrasi sekalipun. Bakuy tidak tahu perjalanan ke luar negeri itu seperti apa. Pokoknya Bakuy bener-bener bego deh tentang jalan-jalan ke luar negeri. Kedua, Bakuy pergi sendirian. Ini karena Bakuy gagal 'merayu' teman-teman Bakuy untuk ikut serta. Jadi semua resiko ya Bakuy yang harus tanggung. Ketiga, Bakuy pergi tanpa sepengetahuan keluarga. Dan alasan yang ketiga inilah yang sepertinya membuat perjalanan Bakuy gagal.

Perjalanan dimulai dari berburu tiket. Waktu itu Bakuy benar-benar newbie yang sangat bergantung pada aplikasi Traveloka untuk cari-cari tiket. Setelah membuat ratusan perbandingan di excel, harga termurah jatuh pada Tigerair (waktu itu belum merger dengan Scoot) seharga Rp1,1 juta dengan rute CGK-SIN-MFM. Belinya waktu itu sampai deg-degan karena saking excited-nya membayangkan pengen ke luar negeri. Ohiya, Bakuy waktu itu masih paranoid gitu orangnya. Bakuy bener-bener cari maskapai yang bagus karena takut pesawatnya jatuh dan keluarga gaada yang tahu kalau Bakuy di pesawat itu. Bakuy sempat khawatir waktu tahu Tigerair dulunya punya Mandala Airlines (kan track record Mandala dari segi safety kurang bagus tuh). Bakuy sampai browsing terus saking takutnya meninggal di pesawat. Begitu tahu kalau waktu itu (Februari 2016) Tigerair sudah diakuisisi sama Singapore Airlines, langsung lega deh serasa akhirat agak menjauh gitu (maafkan Bakuy Ya Tuhan). Nah, Tigerair ini lama nih 'ngetem'-nya di Changi. Kalau ga salah 24 jam gitu. Jadi Bakuy berencana memanfaatkan ini untuk eksplor Singapura. Tidurnya di mana? Ya di bandara lah. Kan bagus. Simpel amat ya pikiran Bakuy waktu itu?

Nah, selanjutnya, di Makau rencananya cuman sehari sebelum akhirnya nyeberang pakai feri ke Hong Kong. Di Hong Kong juga rencananya cuman sehari, sebelum naik kereta menuju perbatasan Shenzhen dan masuk pakai Visa on Arrival (VoA). Lagi-lagi, Bakuy menganggap Shenzhen bisa dieksplor cuman sehari, sebelum balik lagi ke Hong Kong buat ngejar penerbangan pulang. Nah, untuk pulang ini Bakuy pilih AirAsia sengaja pilih yang transit di KL nya paling lama (kalau engga salah 10 jam) dengan harapan bisa eksplor KL sebelum pulang ke Jakarta. Dengan itinerary demikian, Bakuy cuma perlu menginap di hostel tiga kali yaitu di Makau, HK, dan Shenzhen masing-masing semalem. Tapi, apakah benar perjalanannya akan selancar itu?

Sebuah Kebohongan

Jadi karena saking takutnya pesawat jatuh, Bakuy akhirnya memutuskan untuk minta izin ke orang tua Bakuy kalau Bakuy mau ke luar negeri. Tapi, pemberitahuan ini sarat akan kebohongan. Kebohongan apa? Pertama, Bakuy bilang kalau Bakuy cuman mau ke Singapura dan Malaysia. Kedua, Bakuy bilang Bakuy pergi ke luar negeri sama tiga orang teman. Parah? Banget! Bakuy mengakui ini sebagai salah satu dosa terbesar dalam hidup Bakuy. Abis kalau Bakuy bilang mau ke HK, pasti engga diizinin. Bisa kacau kan rencana liburan Bakuy :( jadi Bakuy terpaksa deh memberitahu mereka informasi yang keliru.

Hari keberangkatan pun tiba. Bakuy yang dapat flight jam 9 pagi saking bahagianya rela bangun pagi-pagi dan berangkat dari Depok jam 5 ke bandara. Dengan berbekal koper yang dipinjam dari rumah nenek dan rekening yang jumlahnya ga gitu banyak, Bakuy pun bertekad menuliskan sejarah baru dalam kehidupan Bakuy. Sebelum check-in, Bakuy nelpon-nelpon dulu deh ke keluarga minta izin dan minta doa biar selamat. Nelponnya cukup lama. Kurang lebih 30 menit. Maklum, Bakuy merasa berdosa banget udah bohong ke orang tua :(

Begitu ngelewatin imigrasi, Bakuy langsung excited banget mandangin cap di paspor berkali-kali. Sampai Bakuy foto trus Bakuy sebarin di grup WA keluarga. Kalau dipikir-pikir norak juga ya? Yauda lah ya pertama kali ini. Oh iya, Bakuy sempet takut waktu mau check-in. Takut koper Bakuy ditimbang dan ternyata lebih dari 7 kg sehingga harus bayar bagasi. Untungnya ini engga terjadi. Ternyata memang pemeriksaan cabin luggage di Asia Tenggara (kecuali Brunei yang agak strict) lumayan longgar. Selama ukuran koper sekiranya masih cukup masuk kabin, ya dibiarin. Alhamdulillah, engga ada masalah. Pemeriksaan imigrasi dan x-ray juga berjalan lancar. Bakuy sempat optimis tuh perjalanan kali ini bakal sukses besar.

Pesawat landing tepat di Singapura kurang lebih jam 10 pagi. Bakuy yang engga tahu harus ngapain pun turun dan duduk-duduk dulu untuk memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya berdasarkan itinerary. Sebenernya Bakuy juga lagi terkesima gitu dengan bandara Changi yang super modern dan bagus. Maklum, baru pertama kali. Trus konek wifi dan foto-foto dulu deh sebelum dipamerin ke grup WA keluarga. Rasa deg-degan pertama mulai terasa waktu di imigrasi Singapura. Berdasarkan pengalaman traveler senior di internet, usahakan jangan antre di kaunter ibu-ibu beretnis India karena biasanya bawel dan galak. Apesnya, Bakuy kedapetan yang ibu-ibu India yang kelihatannya galak pula. Waktu ngeliat arrival card Bakuy, ibu-ibu itu cuma mengerutkan kening sambil bilang "Satu hari saja emang mau ke mana?" dengan bahasa Melayu beraksen aneh. Bakuy bilang kalau Bakuy mau ada flight terusan ke Makau. Tapi tanpa didengar ia langsung main cap-cap aja. Ngeselin juga nih ibu-ibu. Daaan, Bakuy pun sukses mendapat cap imigrasi pertama di paspor =))) so so so excited deh!

Setelah keluar imigrasi, ikutin aja petunjuk menuju stasiun MRT. Gampang kok ga usah takut kesasar. Bahasa Inggris bertebaran di mana-mana. Pokoknya posisi stasiunnya itu di antara Terminal 2 dan 3 di lantai bawah gitu. Karcis (berupa semacam kartu pass namanya EZ-Link atau yang tulisannya biasanya Your Singapore) bisa dibeli lewat mesin atau manual lewat kaunter. Jenisnya ada tiga : yang unlimited, yang pakai hitungan hari (1-3 hari), dan yang pakai deposit. Karena Bakuy cuma transit sehari, jadi Bakuy pilih yang 1-Day Pass aja. Harganya $10 dan bisa diaakai untuk naik MRT, LRT, dan bus dalam kota sampai jam 12 malam hari itu.

Ini antrean tiket MRT di Stasiun Changi Airport

Rute MRT Singapore gampang banget. Pokoknya perhatikan aja warnanya. Petanya bisa diunduh di internet. Setiap berhenti di stasiun akan disebut nama stasiunnya dan ada tulisannya juga di mana-mana. Pengumuman di kereta pakai empat bahasa secara bergantian : Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Jadi selamat merasakan warna-warni kehidupan Singapura! Bakuy turun di Stasiun City Hall dan hanya perlu jalan kaki selama 10 menit dan sampailah ke Esplanade yang bentuknya mirip durian itu. Lalu jalan kaki lagi ga berapa lama, sampai deh ke Merlion dan Marina Bay Sands. Ikutin aja petunjuk jalannya. Singapore gampang dijelajah karena petunjuk sejelas itu. Tapi hati-hati juga karena negara itu terkenal akan sebutan 'Fine City'. Kesalahan kecil saja seperti menyeberang tidak pada zebra cross akan membuat kita kena saman.

Peta MRT Singapore

Tidak butuh waktu lama bagi Bakuy untuk mencapai satu titik yang membahayakan : jenuh. Hmmm, menurut Bakuy sih Singapura bukan tempatnya traveler kayak Bakuy, yang suka banget sama sejarah. Bakuy ke luar negeri untuk mendatangi tempat-tempat bersejarah yang engga ada di Indonesia. Tapi Singapura ya... cuma seperti itu. Wisatanya cuma keberagaman dan... belanja... dan gedung. Udah. Singapura itu cocok untuk liburan keluarga. Atau mau jalan-jalan sama teman pas weekend dan pengen yang gampang tapi serba ada. Selebihnya, ga ada yang spesial. Beneran deh. Bakuy baru beberapa jam keliling-keliling ke Bugis, Haji Lane, beberapa museum dan... bosan. Bakuy ga bisa bayangin jadi warga Singapore yang tiap hari disuguhin pemandangan yang itu itu aja. Ditinggal bertahun-tahun juga kayaknya ga bakal ada yang berubah deh...


Note : waktu itu Bakuy belum tau tentang Fort Siloso. Entah kok bisa kelewatan. Kayaknya waktu itu Bakuy kurang cari tau tentang Singapura. Maklum, uda sendirian, pertama kali ke luar negeri pula. Jadinya norak :")

Bakuy sengaja engga ke tempat-tempat kayak Universal Studios atau Madame Tussauds karena Bakuy emang bukan traveler yang suka theme park semacam itu (di samping fakta bahwa ngapain coba sendirian naik wahana-wahan kan menyedihkan wkwkwk). Ke Garden by the Bay juga... B aja sih. Cuman mungkin memang menarik bagi orang Indonesia karena rapi banget dan teknologinya juga modern. Tapi ya udah. Itu doang. Jadi di antara semua perjalanan Bakuy, kayaknya Singapore ini yang paling B aja sih. Saran Bakuy kalau mau ke Singapore WAJIB ramai-ramai, jangan solotraveling.

Setelah capek keliling-keliling dan beli oleh-oleh di Bugis (harus beli karena kan keluarga taunya ke Singapore), kira-kira jam 8 malam Bakuy memutuskan untuk balik ke bandara. Walaupun penerbangan ke Makau itu besok paginya, tapi kan Bakuy udah memutuskan untuk menginap di bandara. Jadi, ya udah.

Tapi, drama sebenarnya baru terjadi di bandara. Tragedi yang sebenarnya baru saja dimulai di sini hehe. Apakah itu? Yuk, baca di tulisan Bakuy yang selanjutnya "Hong Kong : Antara Kegemerlapan dan Tragedi".

P.S. : Di sini Bakuy ga akan jelasin terlalu detil tentang perjalanan di Singapura karena informasi tentang negara ini sudah banyak sekali yang berbahasa Indonesia. Tinggal search di google saja akan langsung ketemu dan lengkap banget. Jadi detil-detilnya di tempat-tempat yang masih jarang dikunjungi orang Indonesia saja yaa :)

You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page