top of page

Hong Kong : Antara Kegemerlapan dan Tragedi

  • Bakuy the Sushi Traveler
  • 14 Okt 2017
  • 15 menit membaca

Diperbarui: 19 Jun 2020


Pemandangan Hong Kong dari HKIA Express

Sesuai judul di atas, ini adalah perjalanan paling menyedihkan sekaligus memalukan bagi Bakuy. Setiapkali ingat perjalanan waktu ke Hong Kong, yang Bakuy ingat cuma penyesalan dan sering malah sampai ketawa-ketawa sendiri saking merasa begonya. Asalkan teman-temankuy tau, perjalanan kali ini harus Bakuy bayar mahal akibat kesoktahuan dan keegoisan Bakuy. Pokoknya Bakuy menyarankan bagi semua teman-temankuy untuk jangan pernah sekalipun melakukan apa yang sudah Bakuy lakukan, ya :)

Setelah sebelumnya melakukan transit yang cukup lama di Singapura (silakan baca tulisan sebelumnya 'Singapore : Perjalanan Transit), kini saatnya Bakuy melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yaitu Makau. Sejujurnya, sebelum pesawat berangkat alias ketika Bakuy menginap di Bandara Changi, Bakuy sudah merasakan firasat buruk. Firasatnya pun tidak tanggung-tanggung : yaitu karena melihat cuaca yang tidak bagus. Bakuy berpikir bagaimana kalau penerbangannya terjadi sesuatu? Misal pesawatnya jatuh. Padahal keluarga tahunya kan Bakuy di Singapore. Tahu-tahu Bakuy hilang kontak. Dan ternyata Bakuy uda tenggelam di Laut Cina Selatan. Gila!

Bakuy langsung rindu banget rumah saat itu. Bakuy pengen pulang dan ketemu keluarga. Pokoknya yang jadi mendadak melankolis gitu lah wakakak. Bakuy bahkan sempat berpikir untuk batal aja ke Makau dan tetap di Singapura. Tapi itu berarti tiket 1,1 juta ilang begitu saja. Belum lagi ongkos penginapan di Makau, HK, dan Shenzhen yang sudah dibayar. Terus Bakuy juga harus beli tiket pulang SIN-CGK karena pulang dari Hong Kong-nya rutenya HKG-KUL. Jangan lupa juga kalau Bakuy harus pesen hostel lagi untuk menginap selama di Singapura. Ditambah, saat itu Bakuy masih newbie banget sehingga sangat bergantung pada Traveloka. Ini sih sah-sah aja, tapi masalahnya waktu itu Bakuy masih belum terlalu familiar dengan metode pembayaran di Traveloka selain transfer ATM (sedangkan Bakuy waktu itu engga tau bisa ga transfer pakai ATM Singapore dengan kartu debit Indonesia). Rumit, kan? Atau emang Bakuy nya aja yang waktu itu bego banget sehingga engga ngerti apa-apa? Pokoknya gitu deh!

Alhasil, Bakuy pun memutuskan untuk tetap lanjut ke Makau. Dengan sisa keberanian Bakuy yang udah galau banget kepikiran kecelakaan pesawat dan saldo rekening yang mulai menipis, Bakuy pun melanjutkan penerbangan ke Makau jam 7 pagi keesokan harinya. Rupanya, penderitaan Bakuy belum berhenti di seputar ketakutan kepikiran kecelakaan. Tapi tragedi sebenarnya baru dimulai ketika Bakuy tiba di Makau!

Begitu pesawat mendarat, Bakuy yang duduk di sisi jendela pesawat seneng banget karena ternyata kekhawatiran Bakuy tidak terjadi. Matahari bersinar cerah, dan Bakuy excited banget waktu lihat tulisan Aeroporto Internacional de Macau yang sebelumnya cuma bisa Bakuy lihat di wikipedia hehe. Tapi, pas Bakuy keluar pesawat, wuss! Anginnya dingin parah! Bakuy kira itu cuma AC. Tapi ternyata bukan. Makau saat itu memang lagi dingin banget! Dan yang super bego, Bakuy cuma pakai jaket tipis yang kalau di Indonesia cuma dipakai buat naik motor!

Itu benar-benar bego. Bakuy sedih dan merasa tolol banget karena engga ngecek AccuWeather sebelum pergi ke sana. Masalahnya, Bakuy lupa kalau Makau itu masuk daerah subtropis. Abis, waktu Bakuy cari-cari informasi di blog, foto-foto yang dilampirin pada nunjukin cuaca cerah dan pada pakai tank top semua. Kan Bakuy jadi pikirnya mirip-mirip dengan Indonesia :( sekalinya Bakuy lihat artikel tentang badai, itu terjadinya di bulan-bulan pertengahan tahun. Jadi Bakuy (yang waktu itu super ga berpengalaman) langsung simpulin aman-aman aja. Jadi Bakuy saranin banget untuk para traveler newbie untuk selalu cek cuaca! Atau jangan-jangan emang cuman Bakuy ya yang tololnya minta ampun gini huhu :""

Bakuy juga kecewa karena ternyata di imigrasi Makau paspor kita engga dicap. Jadi cuma dikasih lembaran kertas aja gitu hufttt jadi kurang afdol. Oh iya, sempat terjadi insiden juga pas di bandara yaitu paspor Bakuy hampir hilang! Jadi setelah mendarat dan lewat imigrasi, Bakuy pergi ke toilet buat pakai baju berlapis-lapis. Terus, Bakuy ke tempat dispenser air panas buat menghangatkan diri. Begonya, itu paspor yang sedari tadi Bakuy pegang malah Bakuy taruh di atas dispenser dan Bakuy tinggalin! Untungnya Bakuy sadar kehilangan paspor gak lama setelah keluar bagian arrival. Coba bayangin kalau Bakuy baru sadar setelah meninggalkan bandara. Bisa nangis guling-guling di dalam kasino :(

Untungnya ada bapak-bapak petugas bandara yang pas banget lagi ngelaporin paspor Bakuy di bagian lost and found. Setelah cek-cek, akhirnya Bakuy dikasih paspor Bakuy lagi sambil si bapaknya ketawa-ketawa gitu (kali dalam hati bergumam ni turis bloon amat yak).

Pemandangan Makau dari dalam Shuttle Bus

Sekilas info, Makau ini salah satu dari cuma 2 daerah administratif khusus Republik Rakyat Tiongkok (yang satunya lagi Hong Kong). Wilayah kecil yang terdiri dari Semenanjung Makau, Taipa, Coloane, dan daerah reklamasi Cotai ini terkenal akan industri hiburan berupa judi yang digandrungi orang-orang kaya seantero Tiongkok. Dulu, Makau menjadi sentra penyebaran agama Katholik di Asia dengan Katedral Santo Paul sebagai simbolnya. Tapi seiring dengan berkembangnya Hong Kong dan ketidakmampuan Makau untuk bersaing, perlahan-lahan posisi itu diambil alih. Makau pun berubah menjadi pusat hiburan dan judi. Sebagai bekas jajahan Portugis yang baru dikembalikan ke Tiongkok tahun 1997, Makau terbilang sangat bangga akan sejarah kolonial mereka. Terbukti dari diakuinya bahasa Portugis sebagai bahasa resmi. Bahasa Portugis juga bisa ditemukan di mana-mana di seluruh Makau. Padahal, jumlah penutur bahasa Portugis di Makau cuma... kurang dari 1%. Jadi memang penggunaan bahasa Portugis itu cuma sebagai keperluan seremonial doang. Sungguh orang-orang yang setia pada sejarahnya, ya?

Transportasi di Makau belum semaju Hong Kong. Waktu itu mereka belum punya MRT jadi satu-satunya cara keliling adalah dengan pakai bus. Informasi tentang bus umum di Makau bisa dilihat di sini dan untuk petanya di sini. Tentunya sebagai traveler pemula, Bakuy belum berani dong pakai bus umum. Usut punya usut, Bakuy tau nih kalau tiap kasino punya shuttle bus gratis. Tujuannya biasanya ke kasino si empunya bus atau ke bandara atau ke terminal feri. Nah, untuk sampai ke parkiran shuttle bus ini dari bandara caranya adalah dengan ngikutin petunjuk shuttle bus yang ada di bandara. Pokoknya keluar dari arrival, ikutin aja pedestrian di depan bandara yang searah sama jalur mobil di depannya. Paling sekitar 2 menit jalan kaki. Orang-orang juga banyak kok yang jalan kaki. Ikutin aja mereka. Nanti banyak deh bus-bus dengan desain beraneka macam yang mengantar ke pusat-pusat judi terbesar di Asia. Bakuy yang kedinginan memutuskan ambil sembarangan aja dan naik bus yang ke arah (kalau engga salah) City of Dreams.

Interior Tempat Judi di City of Dreams
Dekorasi Imlek menyambut tahun monyet

Sebelumnya, Bakuy minta maaf karena arahan pada artikel kali ini kurang jelas sebab memang trip ini sekacau itu. Bakuy kedinginan banget sampai engga menikmati perjalanan sama sekali. Kepala pusing. Pikirannya cuman bagaimana cari tempat yang hangat. Dan ternyata oh ternyata, wisata kasino ya... gitu-gitu aja. Makau benar-benar destinasi orang kaya Hong Kong dan Tiongkok yang gemar judi. Jadi cuman kayak ngelihat bangunan megah dengan pusat perbelanjaan mewah yang pasti engga akan kebeli wkwk.


Bosan di City of Dreams, Bakuy pun mencari jalan menuju Venetian Macau yang, berdasarkan hasil browsing di internet sebelumnya, engga jauh dari sana. Tapi yang namanya orang buta arah ya bener-bener gapunya ide sama sekali. Bakuy bener-bener nyasar dan bingung. Tapi untungnya Makau itu kecil. Eh engga tau gimana, tau tau Bakuy uda di pintu masuk Venetian wkwk (belakangan Bakuy baru tau kalau City of Dreams dan Venetian itu seberang-seberangan. Jadi sebenernya Bakuy pas itu muter-muter engga jelas gitu wkwk). Bakuy bersyukur banget karena pas itu Bakuy uda kedinginan parah. Jari-jari jadi kaku rasanya. Dan Venetian adalah... voila. Intinya sih, itu cuma gedung gede yang ada aliran air artifisialnya yang bisa dipake naik perahu, dan langit-langitnya didesain sedemikian rupa supaya benar-benar terasa seperti sedang di Venezia, Italia.


Bakuy pengen banget beli makanan khas Portugis yang namanya egg tart. Tapi katanya sih di Venetian mahal banget. Iya, sih. Dari tempatnya aja uda kelihatan kok. Jadi Bakuy tahan dulu aja laparnya. Katanya di Pastelaria Koi Kei di arah menuju Largo do Senado ada yang cuma 10 MOP (MOP = Macanese Pataca, nilainya sama dengan Hong Kong Dollar. Ohiya, yang unik di Makau adalah HKD diterima di Makau, tapi Pataca tidak diterima di Hong Kong. Tapi kalau kalian belanja di Makau pakai HKD, kembaliannya pasti dalam Pataca).

Setelah puas-puasin ngelihat Venetian yang sebetulnya biasa-biasa aja (ini gara-gara Bakuy turis kere, sih, wkwkwk) Bakuy pun dengan setengah hati memutuskan untuk lanjut ke Largo do Senado dan Ruinas de Sao Paolo. Untuk datang ke sana, ikutin aja gerombolan manusia yang bermodal seadanya. Ini beneran lho. Di sana kelihatan kok mana yang mengandalkan shuttle bus dan mana yang pakai kendaraan pribadi atau taksi hehe.


Ternyata kesialan masih merundungi Bakuy. Shuttle bus menuju San Ma Lo (bahasa Kanton-nya Largo do Senado) super penuh! Literally penuh sampai yang antre mengular. Bakuy dalam hati langsung meringis. Ya ampun, udah kedinginan, masa masih aja harus antre panjang banget kayak begini? Bakuy pun memutuskan untuk mendatangi petugas Venetian yang orang bule untuk sok-sokan tanya mana yang ke arah Largo do Senado. Eh, malah ternyata itu bule kagak bisa bahasa Inggris cuy! Dia malah nyerocos pakai bahasa Portugis. Jadi Bakuy pindah tanya ke petugas yang orang Makau, dan dengan bahasa Inggris yang fasih dia ngarahin Bakuy untuk antre di tempat tadi itu. Hilang deh, imej bahwa orang Tiongkok itu susah berbahasa Inggris dan orang Eropa selalu jago bahasa Inggris (paling tidak yang tinggal di Asia). Rupanya orang-orang bule yang di Makau ini orang Portugis. Mereka bukan warga Makau asli, melainkan diimpor langsung dari Portugal untuk kerja di Makau. Nah, orang Makau engga suka sama mereka karena seringkali kompetensinya rendah tapi dibayar lebih tinggi daripada orang lokal hanya karena mereka bule. Bakuy juga merasakan sih. Waktu tau dia engga bisa bahasa Inggris dan orang Makau malah bisa, Bakuy langsung berpikir jangan-jangan mereka dibawa ke Makau cuman buat jadi manekin supaya rasa-rasa Portugis masih terasa di Makau haha.

Globe di Lobi Utama Venetian Macau

Saat itu Bakuy mulai kedinginan sampai kepala sakit. Mulai deh pikiran paranoid muncul. Misalnya, gimana kalau kuping Bakuy kedinginan dan beku terus harus diamputasi? Pokoknya pikiran Bakuy aneh-aneh deh pas itu. Dan belakangan Bakuy baru ingat kalau penginapan Bakuy di Makau, yaitu di San Va Hotel, belum dibayar. Jadi nanti kalau check-in harus bayar sebesar MOP 260 plus deposit MOP 100. Dengan kondisi rekening yang menyedihkan, Bakuy jadi demotivasi untuk menginap. Apalagi harga-harga di Makau termasuk mahal. Maklum, treveler newbie. Maka dari itu, Bakuy pun memutuskan untuk ganti rute shuttle bus menuju ke Macau Ferry Terminal. Yups, Bakuy memutuskan untuk datang lebih awal ke Hong Kong. Trus nginepnya di mana? Bakuy juga engga tahu hehe. Pikir Bakuy, kalau di Hong Kong minimal bisa lah tidur di bandara kayak di Changi. Apalagi denger-denger bandaranya kan bagus. Jadi pergi lah Bakuy ke terminal feri sambil berharap udara di Hong Kong lebih hangat. Harapan yang tolol, tentu saja.

Jadi, Bakuy melewatkan Old City Macau yang padahal itu primadona kalau ke Makau. Bego banget, ya? Iya! Inilah yang membuat Bakuy kecewa tiapkali melihat orang jalan-jalan ke Makau. Tapi apakah Bakuy ada rencana balik lagi ke Makau? Jawabannya : belum tau. Karena di Makau paspor kita engga dicap. Padahal kan Bakuy pengen paspor Bakuy penuh cap imigrasi. Kalau engga ada capnya mah mending Bakuy traveling di Indonesia aja. Ke Padang, Makassar, Pekanbaru, Bali, Pontianak, atau Indonesia timur. Sense ke luar negeri jadi engga terasa kalau paspor engga diapa-apain (paling engga, menurut Bakuy).

Macau Ferry Terminal

Setelah menikmati pemandangan yang 'Tiongkok banget', akhirnya bus tiba di terminal feri. Terminalnya bagus. Engga kayak terminal feri di Indonesia yang cenderung asal-asalan. Di Makau terminalnya benar-benar kayak gedung yang tertata rapi dan ada fasilitas wifi gratis. Bakuy mengikuti rombongan manusia yang berjalan menuju ke dalam gedung, dan di sana sudah ada banyak kaunter penjualan tiket feri dengan berbagai tujuan. Ada yang ke Hong Kong (Kowloon, Tien Mun, dan Sheung Wan), HKIA, Shenzhen Airport, Zhuhai, dan Shekou (Shenzhen). Untuk yang ke arah HK, pastikan ke mana tujuan teman-temankuy. Kalau teman-temankuy menginap di Tsim Sha Tsui, mending ambil yang ke Kowloon. Kalau di Pulau Hong Kong, mending ambil ke Sheung Wan. Dan bagi teman-temankuy yang mau ambil ke Shenzhen atau Zhuhai, pastikan sudah punya visa Tiongkok karena di kedua perbatasan ini tidak ada layan Visa-on-Arrival sebagaimana yang ada di perbatasan Lo Wu-Luo Hu. Setiap trip ada jadwalnya. Sekali jalan waktu itu HKD 153. Harga weekdays dan weekend beda. Day sail dan night sail juga beda. Harga dari HK ke Makau dan Makau ke HK juga beda. Untuk informasi lebih detil bisa teman-temankuy cek di situs resminya di sini.

Bakuy sendiri pas itu engga tau kenapa malah ambil yang ke Sheung Wan. Engga tau apa motivasinya. Bakuy lupa banget. Karena pas itu Bakuy bener-bener udah kedinginan, kangen keluarga, pokoknya mood liburan uda hilang sama sekali :( jadi udah engga bisa mikir rasional. Setelah itu ikutin aja petunjuk menuju departure lounge. Di sini juga ada pemeriksaan imigrasi. Pastikan lembaran kertas yang dikasih waktu datang ke Makau itu disimpan, ya. Karena akan dicek di sini. Walaupun pada akhirnya kertas itu ga diapa-apain dan dikembalikan lagi ke kita, sih. Dan berangkatlah feri Bakuy menuju Hong Kong. Ferinya bagus, bersih, dan terawat. Ada hiburan berupa majalah dan musik yang semuanya berbahasa Kanton. Untuk pemandangan, kita disajikan laut berair coklat di awal-awal pelayaran di Makau, lalu perlahan-lahan berubah jadi biru. Enaknya lagi adalah di dalam ferinya hangat. Bakuy rasanya pengen perjalanan itu tiba-tiba berubah jadi dua jam biar Bakuy bisa tidur dulu hehe (perjalanan kurang lebih 1 jam, tergantung cuaca).

Lalu apa lagi yang terjadi di Hong Kong? Apakah perjalanan Bakuy akan menjadi lebih baik?

Merindukan aroma Nusantara

Begitu sampai di Hong Kong, benar saja, udaranya ga jauh beda sama di Makau. Justru lebih parah. Bakuy bener-bener mau mati kedinginan rasanya. Pengen beli coat, tapi takut uangnya engga cukup. Pokoknya Bakuy paranoid banget deh pas itu. Turun di Terminal Feri Sheung Wan, kita langsung disambut oleh imigrasi HK. Lagi-lagi tidak ada cap paspor. Cuma selembar kertas yang diselipin. Ah sia-sia deh Bakuy ke luar negeri. Apa gunanya coba ke luar negeri tapi gaada bekas di paspor?

Sambil senewen, Bakuy meneruskan perjalanan keluar dari terminal feri. Rupanya terminal feri menyatu dengan semacam pusat perbelanjaan gitu. Langsung deh nuansanya berubah. Bakuy benar-benar merasakan perbedaan kehidupan antara Makau dengan HK. Di Makau, orang-orangnya relatif lebih tenang. Kotanya lebih sepi, dan kegemerlapan cuma terkonsentrasi di kasino-kasino sahaja. Di HK, kegemerlapan ada di mana-mana. Orang-orangnya disiplin dan lebih cuek. Masyarakatnya konsumtif dan sibuk. HK itu benar-benar perpaduan modernitas Barat dengan tradisionalisme Tiongkok. Unik, sih. Tapi Bakuy langsung bertemu masalah yang kalau dipikir-pikir aneh juga : kotanya bau. Bukan berarti bau sampah atau apa, tapi bau masakan Tionghoa yang aromanya gak tanggung-tanggung. Bakuy sampai pusing nyiumnya. Dan ga berapa lama berjalan, Bakuy ngelihat etalase minuman keras yang di dalamnya masih ada hewan-hewan berbisa macam kalajengking, katak, dan ular kobra! Mendadak perut Bakuy jadi mual. Mana belum makan, lagi.

Udara di HK yang lagi benar-benar engga ramah membuat mood liburan Bakuy langsung babak belur. Bakuy jalan kaki aja deh. Engga tau tujuannya ke mana. Mau nyasar atau apa bodo amat. Bakuy engga peduli. Bakuy uda kangen banget pengen pulang ke rumah saat itu juga hari itu. Tapi duit dari mana coba?

Engga tau berkah dari mana, eh tau-tau uda ketemu aja pintu masuk MTR Stasiun Sheung Wan (di HK namanya MTR/Mass Transit Railway, kalau Singapore namanya MRT/Mass Rapid Transit. Jangan terbalik, ya). Di HK, kalau nyari stasiun MTR, ikutin aja simbol huruf yang kayak serangga itu. Yang ada di ujung kiri-atas gambar peta di bawah. Bakuy segera turun dan beli Octopus Card di gerai Seven Eleven dekat situ. Octopus Card ini semacam kartu serbaguna gitu. Dia bisa dipakai untuk apa aja seperti MTR, bus, tram, bahkan belanja di Sevel juga bisa. Harganya juga lebih murah daripada bayar tunai. Caranya juga gampang. Beli aja di Sevel seharga HKD 150, kita langsung dapat deposit sebesar HKD 50. Untuk anak-anak dan lansia ketentuannya berbeda. Untuk isi ulang, caranya juga gampang. Bisa diisi di gerai-gerai Sevel, kaunter customer service di stasiun, dan juga pasti ada mesin add value di stasiun-stasiun. Kartunya bisa dibawa pulang untuk kenang-kenangan, atau bisa juga dikembalikan ke customer service di bandara untuk refund. Serba praktis. Punya Octopus Card ini sangat direkomendasikan bagi teman-temankuy yang ingin wisata ke HK karena praktis dan jadi lebih murah.

Balik lagi ke cerita, orang HK itu super sibuk. Kelihatan kok dari kehidupan mereka yang selalu terburu-buru. Kalau teman-temankuy jalan kaki, pasti deh kebalap sama orang-orang lokal. Di sinilah Bakuy benar-benar merasakan betapa lemahnya fisik orang Indonesia. Kita sehari-hari terbiasa naik sepeda motor sehingga berjalan kaki sedikit saja sudah terasa melelahkan. Akibatnya, kecepatan berjalan kita juga jadi lamban. Di HK dan Singapura, jalan lamban itu hanya berlaku untuk turis. Itupun turis-turis Asia Tenggara dan Tiongkok karena orang Eropa serta Jepang juga terbiasa berjalan kaki seperti orang HK. Jadi teman-temankuy, mulai biasakanlah jalan kaki yah. Selain bagus untuk kesehatan, itu juga melatih kita supaya tidak manja. Bakuy ingat di kampus Bakuy pernah jalan kaki kira-kira dari kosan ke Margocity. Teman-teman Bakuy langsung terkaget-kaget gitu. Padahal menurut Bakuy itu sesuatu yang biasa. Atau pernah juga waktu SMA, Bakuy pulang sekolah bareng teman gitu ke rumah. Besoknya, teman Bakuy itu udah engga mau jalan kaki lagi. Alasannya? Dimarahin orang tua, karena katanya jalan kaki pulang sekolah itu kayak orang gila. Hah....?

Lanjut lagi ke cerita. Peta MTR HK gampang kok. Ikutin aja rutenya sesuai warna. Atau baca petunjuk yang ada stasiun. Atau kalau memang udah bingung banget, tanya aja ke petugas. Orang HK lumayan fasih berbahasa Inggris meskipun dialeknya aneh. Mereka sibuk tapi bersedia kok kalau ditanya. Walaupun kata tante-nya Bakuy orang HK itu sombong, tapi Bakuy engga merasakan langsung sih.

Peta MTR Hong Kong

Yang perlu diingat adalah harga perjalannya akan naik cukup tajam kalau melewatin jembatan atau laut. Misal, ongkos dari Stasiun Kennedy Town ke Stasiun Tsim Sha Tsui akan lebih mahal daripada dari Kennedy Town ke Stasiun Tin Hau atau Fortress Hill. Makanya tadi Bakuy bilang dari Terminal Feri Makau langsung pilih ke tempat tujuan penginapan apakah di Tsim Sha Tsui atau di HK Island, supaya ongkos MTR-nya engga mahal. Jadi aturlah rute teman-temankuy supaya engga membebani ongkos. Atau bisa juga menyeberangi laut pakai feri tradisional gitu. Naiknya dari Terminal Feri Tsim Sha Tsui. Harganya murah. Tapi opsi ini engga Bakuy ambil karena Bakuy lagi kedinginan.

Rupanya saat itu adalah jam pulang kerja. Kebayang dong, gimana penuhnya MTR pas jam pulang kerja? Udah orang-orangnya sibuk, agresif, pulang kerja pula. Di dalam MTR Bakuy benar-benar digencet dan jadi sedih banget. Udah capek kan bawa-bawa koper, kedinginan, eh masih juga ada cobaan macam gini. Niat yang awalnya mau ke Tsim Sha Tsui mau nginep di hostel murah akhirnya sirna. Bakuy memutuskan pergi menginap di bandara. Setidaknya Bakuy membayangkan bandara yang bagus untuk tidur kayak di Changi. Jadi Bakuy ngebut naik HKIA Express dari Stasiun Hong Kong. Tapi ternyata, HKIA engga sebagus Changi. Entah karena faktor kedinginan atau paranoid, Bakuy tersiksa banget di HKIA. Bakuy kangen rumah, lapar, dan kedinginan. Jadi akhirnya Bakuy memutuskan untuk nelpon rumah pakai fasilitas wifi bandara. Dan di situ Bakuy masih bohong kalau Bakuy di Singapura dan sama dua orang teman :"

Mendengar obrolan orang-orang rumah langsung bikin Bakuy engga betah. Bakuy sedih dan pengen pulang. Engga mau lagi kedinginan dan kelaparan di HK. Puncaknya adalah ketika Bakuy buka AccuWeather dan melihat tiga hari ke depan, yaitu di hari kepulangan Bakuy, HK akan diguyur thunderstorm. Olalalalala. Thunderstorm itu badai petir kan? Berarti kemungkinan kecelakaan pesawat makin gede dong?


Paranoid mode : on.


Setelah itu Bakuy mulai deh baca-baca kisah orang yang terbang pas cuaca buruk. Ada yang delay, ada yang cancel, bahkan ada yang di dalam pesawat tergoncang-goncang. Bakuy langsung lemes. Maka malam itu juga Bakuy pc abangnya Bakuy dan bilang ke dia semuanya. Bahwa Bakuy ada di HK dan Bakuy sendirian. Jreng jreng. Abang bener-bener marah. Ya iyalah! Dia ngancam laporin ke orang tua tapi Bakuy bilang jangan dulu. Ntar aja Bakuy yang bilang. Setelah debat berapa lama, akhirnya abang menurut juga. Dia tanya Bakuy pengen apa, dan Bakuy bilang pengen pulang aja wakakakak. Dan beneran dikabulin! Malam itu juga Bakuy dibeliin tiket pulang Tigerair untuk besok pagi seharga 3,5 juta. Bayangkan, teman-temankuy, 3,5juta keluar sia-sia hanya karena paranoid yang berlebihan! Belum lagi ongkos-ongkos hotel dan tiket pulang yang hangus begitu saja. Bakuy engga ngerti lagi. Apa sih yang Bakuy pikirin pas itu? Kenapa malah ambil keputusan tolol begitu? Kenapa engga Bakuy nginep aja di hotel tiga hari full dan udah engga usah ke mana-mana. Bukankah itu lebih hemat? Setelah Bakuy ingat-ingat, masalah utamanya cuma satu : Bakuy takut sama thunderstorm di hari kepulangan Bakuy. Jadi Bakuy harus pulang sebelum thunderstorm itu. Yang bikin kesal adalah, pas Bakuy cek cuaca Singapura, hari itu juga keterangannya thunderstorm. Tapi pas Bakuy mendarat, cerah-cerah aja tuh. Ternyata tulisan thunderstorm itu bukan berarti badai yang parah gitu. Itu emang sering terjadi di Asia, tapi bukan berarti yang dimaksud adalah badai ekstrem. Lagipula dunia penerbangan sekarang sudah canggih. Mereka tahu mana yang aman dan mana yang engga, jadi kita ga perlu sok-sok mengkhawatirkan semacam ini.

Kondisi Bakuy di HKIA. Persis teroris.
Penampilan Bakuy di HKIA. Persis gembel.

Oh iya ada satu kisah menarik waktu Bakuy terdampar di HKIA. Jadi ada anak magang gitu yang mewawancarai Bakuy tentang fasilitas dan kebiasaan belanja di HKIA. Cewek asli HK gitu. Cakep dan baik banget. Dia juga yang ngasih tau Bakuy kalau saat itu HK sedang mengalami temperatur terdingin sejak 60 tahun terakhir. Bahkan ada banyak turis yang terjebak dan satu meninggal karena hipotermia di Ngong Ping. Alamak. Pantas saja Bakuy engga tahan. Makasih informasinya ya, Ci. Sayangnya, Bakuy harus berbohong kalau Bakuy mendarat di HKIA padahal kan di Makau. Abis dia juga ga bilang dari awal kalau yang mau dia wawacara itu yang mendarat di HKIA. Ngasih taunya baru di akhir-akhir setelah wawancara kelar, yang itu memakan waktu kurang lebih setengah jam. Kan Bakuy mau terus terang jadi engga enak. Mana ada supervisornya dia lagi (yang kelihatannya sih ramah dan baik juga). Jadi selagi dia ngecek flight Bakuy di Arrival Schedule, Bakuy langsung cabut gitu. Maafkan Bakuy ya, Ci :( terus Bakuy lihat dari atas, mereka kayak kebingungan gitu nyariin Bakuy pengen konfirmasi kebenaran nomor penerbangan karena mereka engga menemukan nomor penerbangan Bakuy di Arrival Schedule. Huhu..

Satu-satunya Kenang-Kenangan Hong Kong yang Bisa Bakuy Ambil

Jadi itulah tragedi perjalanan perdana Bakuy. Hong Kong seolah-olah menjadi mimpi buruk yang selalu menghantui Bakuy setiapkali melakukan sebuah perjalanan. Lalu, apakah tragedi itu sekaligus mengurungkan niat Bakuy untuk solotraveling? Jawabannya : ENGGA DONG!


Justru Bakuy merasa makin tertantang untuk membuat perjalanan yang sukses berikutnya. Yang jelas, perjalanan ini adalah awal dari petualangan-petualangan Bakuy selanjutnya. Ini mungkin gagal, dan harus dibayar luar biasa mahal, tapi Bakuy mendapat pelajaran berharga yang sampai sekarang Bakuy pegang teguh. Bahwa harga dari sebuah pelajaran itu luar biasa besar. Tapi, harga dari sebuah pemikiran yang paranoid itu jauh lebih besar. Jika kita takut ber-solotraveling hanya karena pikiran paranoid (takut hilang, takut kriminalitas, takut tabungan habis, takut kecelakaan, takut... takut...) pada akhirnya kita sendiri yang akan merugi karena waktu yang terbuang dan impian yang tak tercapai. Nyatanya, Bakuy melanjutkan ber-solotraveling yang akhirnya sukses setelah tragedi Hong Kong ini. Tidak ada lagi rasa paranoid karena Bakuy sudah bertekad untuk menyingkirkannya jauh-jauh. Bakuy punya impian dan Bakuy akan mewujudkan impian itu apapun pengorbanannya.

Tapi kalau ditanya apa kesan selama perjalanan ke HK, jawabannya : MEMILUKAN. Haha. Dan kalau ditanya apakah mau balik lagi ke HK, jawabannya : mau, apabila mereka sudah punya cap yang akan ditempelkan di paspor Bakuy hahaha!

P.S. : Bakuy melewatkan banyak sekali destinasi di HK dan Shenzhen karena tragedi memalukan ini. Bahkan teman-teman di kampus bukannya simpati malah ngetawain Bakuy hiks hiks. Bagi teman-temankuy yang ingin mendapat VoA di perbatasan HK-Shenzhen, pastikan terus cek peraturan VoA-nya ya, karena kebijakan visa itu termasuk kebijakan yang gampang berubah jadi bisa saja ketika teman-temankuy datang, regulasinya sudah berubah. Per Juni 2020, setau Bakuy fasilitas VoA di perbatasan Hong Kong-Shenzhen sudah ditiadakan.


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page